|
Patung Budha di tengah kota |
Srilankan
Airlines dengan nomor penerbangan UL365 membawaku terbang dari Bandara
Internasional Soekarno-Hatta Jakarta ke Bandaranaike Colombo di Sri Lanka. Aku harus hati-hati dan benar dalam penulisan
nama negara ini karena selama ini kita sering menulisnya salah. Penulisan yang benar adalah dipisah antara
Sri dan Lanka. Tepatnya ditulis Sri
Lanka, bukan Srilanka seperti biasa kita menulis nama Negara ini. Dan sekarang, Srilankan Airlines adalah satu-satunya
maskapai penerbangan dari Sri Lanka yang terbang ke Indonesia
memberikan pelayanan premium langsung dari Jakarta ke Colombo. Dulu ada Air Lanka dan Mihinlanka yang sudah tidak beroperasi lagi di Jakarta. Dengan armada Airbus 321 dan jarak tempuh 4,5
jam, aku merasakan pelayanan yang sangat baik dari para air crew. Ini bukan karena aku duduk di bangku terdepan
business class, tapi menurut testimoni sebagian besar orang, pelayanan di udara
Srilankan Airlines sangat bagus.
Pramugarinya ramah-ramah. Makanan
di udaranya pun enak, pas di lidah kita karena full dengan rempah seperti
makanan Indonesia.
|
Front row in business class |
Bagi yang
belum pernah terbang dengan Srilankan Airlines, pasti merasakan sesuatu yang
unik dari penampilan pramugari-nya. Kita
mungkin sudah terbiasa melihat pramugari berpakaian sexy dengan belahan sampai pangkal
paha. Atau potongan baju yang sangat
ketat sehingga jelas mempertontonkan lekuk tubuh sang pramugari. Tapi di Srilankan Airlines, anda akan
mendapat ‘lebih’. Tahukan baju sari ala
India? Nah, seperti itulah seragam
pramugari Srilankan Airlines, ketat dan sedikit terbuka di bagian perut. Sayangnya, ada pramugari ‘senior’ yang
sedikit mengganggu pemandangan. Menurutku, lebih
baik dia menutup semua bagian yang terbuka itu.
|
Teh asli Sri Lanka yang selalu pakai susu |
Menu makan
siang kali ini lumayan bervariasi yang disediakan dalam penerbangan UL365. Ada Tikka chicken breast, Seer fish curry,
Braised leg of lamb dan vegetarian choice bagi yang tidak suka makan makanan
dari binatang. Sedangkan sajian umum
seperti appetizer dan dessert, tidak jauh berbeda dengan airlines kelas premium
lainnya. Kita bisa memilih makanan
penutup berupa a seasonal assortment of the finest fresh fruit alias irisan
buah-buahan segar pilihan, atau bread and butter pudding with almond flakes
yang kupilih saat itu. Kita juga bebas
menikmati wine, minuman bersoda atau minuman beralkohol. Saranku, sebaiknya pilih teh asli Sri Lanka
dan ikuti kebiasaan atau cara orang Sri Lanka meminum teh.
|
Pelayanan yang berkelas dan berkesan |
Bicara
tentang visa ke Sri Lanka, kita punya 2 pilihan. Beli langsung via online atau datang ke
counter Visa On Arrival di bandara Bandaranaike Colombo. Tarifnya murah, hanya 35 dollar. Bagi yang beli online, kalian harus print out
bukti approval atau persetujuan dari Kedutaan Sri Lanka. Ini buat jaga-jaga saja kalau petugas
imigrasi reseh. Mereka pun sebenarnya
bisa langsung tahu dari komputernya apakah kita ini disetujui masuk Sri Lanka
atau tidak. Tapi kembali lagi, lebih baik kita antisipasi kondisi yang tidak
diinginkan.
|
Pesawatku baru saja mendarat di Colombo |
|
Bandara Bandaranaike Colombo Sri Lanka dari sisi udara |
|
Lounge di terminal |
Bandaranaike
berukuran lebih kecil daripada terminal 2 Bandara Soekarno-Hatta, tapi
bangunannya lebih modern. Yang unik
adalah barang-barang yang dijual di duty free.
Pasti kita tidak pernah terbayang kalau di duty free jualan TV, mesin
cuci atau alat-alat rumah tangga berukuran besar. Tapi di Bandaranaike, barang-barang seperti
itu sudah lumrah. Aku sampai terbengong-bengong
melihat penumpang pulang membeli TV layar lebar di duty free. Sedangkan yang unik satu lagi yaitu
penjemput. Para penjemput khususnya dari
para agen perjalanan diperboleh masuk ke area kedatangan, namun ruang gerak
mereka dibatasi dalam suatu area yang diberi queue line. Bagi yang pertama kali berkunjung ke Sri
Lanka, aku jamin pasti bingung karena jumlah mereka banyak banget dan semuanya
bawa banner kertas dengan tulisan nama penumpang yang dijemput. Cara termudahnya, lebih baik janjian di
counter-counter agen perjalanan yang banyak menempati space di area
kedatangan. Tidak usah memaksa diri
mencari penjemput kita, waktu kita akan habis terbuang.
|
Duty free di arrival hall lantai 2 bandara |
|
Menuju baggage claim area |
|
Baggage claim area |
|
Penumpang ramai di ruang pengambilan bagasi |
|
Penjemput pun lebih ramai di ruangan dalam kedatangan |
Penduduk Sri
Lanka mayoritas beragama budha, makanya disini kita akan sering melihat
patung-patung Budha di sepanjang perjalanan.
Bila patung tersebut berada di seberang jalan raya, maka kebanyakan
diberi kaca agar tetap terjaga kebersihannya.
Ada juga yang menempatkan patung Budha di puncak bukit. Mereka sangat percaya kekuatan sang Budha
yang akan memberikan ketenangan, kebahagiaan, kemakmuran dan petunjuk hidup
bagi mereka. Bagi turis yang belum
pernah melihat fenomena ini pasti akan tertarik untuk mengetahui lebih jauh
kehidupan penganut agama Budha sekaligus kehidupan sang Budha saat itu. Oleh karena itu, kalau berkunjung ke Sri
Lanka akan belum lengkap bila tidak mengunjungi Rock temple di Dambulla. Lokasinya sangat jauh dari bandara. Butuh 4 jam perjalanan dengan mobil. Dengan mempertimbangkan jadwal pendaratan
pesawat Srilankan Airlines, maka kuputuskan untuk bermalam di Dambulla karena
kalau harus berangkat dari Colombo akan lebih lama lagi dan aku tidak akan puas
menikmati wisata utama di Sri Lanka.
|
Negeri Budha, semua serba Budha |
|
Posisi sang Budha sedang tidur |
Memasuki
area rock temple, kita akan bertemu dengan Sumawathe stupa yang telah berusia
1500 tahun. Bangunan stupa ini mirip
dengan yang di Borobudur, hanya bahan pembuat stupa-nya yang berbeda. Disini, stupa dibuat dari tumpukan batu bata
merah, oleh karena itu bentuknya standard dan tidak ada ukiran apapun seperti
di Borobudur. Di area stupa banyak kita
temui monyet-monyet liar. Untungnya
mereka tidak galak. Mungkin sudah biasa
melihat turis. Dan keberadaan mereka ternyata ada dimana-mana.
|
Stupa Sumawathe |
|
Terbuat dari batu bata merah |
Untuk
mencapai rock temple, kita harus beli tiket masuk 1500 Rupee terlebih
dahulu. Counter tiket berada persis di
anak tangga pertama menuju puncak bukit.
Jumlah anak tangganya 504,
lumayan curam dan berbahaya bila gerimis atau musim hujan karena akan sangat
licin dan berpotensi menimbulkan musibah.
Apalagi kalau melihat para orang-orang lanjut usia yang kelelahan menuju
puncak. Seharusnya Pemerintah setempat
menyediakan handrail atau pegangan dan memperkokoh anak tangga yang terbuat
dari batu karena beberapa batu tersebut dalam kondisi labil.
|
504 anak tangga yang harus didaki |
|
Monyet ada dimana-mana |
|
Menarik perhatian para pengunjung |
|
Bahkan cuek berpose |
|
Berat bagi yang lanjut usia |
|
Semakin ke atas, semakin curam dan berisiko |
|
Tanpa pegangan dan sebagian tangga rusak |
Rasa lelah
mendaki akan terbayar bila kita sudah sampai di puncak dan masuk ke kuil
Budha. Tapi jangan lupa, ada peraturan
disini yang mengharuskan kita melepaskan alas kaki apapun. So, kita harus bertelanjang kaki memasuki
kuil suci ini. Kalau pakai kaos kaki
masih diperbolehkan. Bagi yang takut
sepatu atau sandalnya hilang, jangan khawatir, disini disediakan tempat
penitipan, tapi harus bayar 25 Rupee per pasang. Di pintu masuk, penjaga akan menyobek
lembaran kecil tiket dan mengecek alas kaki.
|
Pemandangan dari puncak kuil |
|
Pintu masuk kuil |
|
Tempat penitipan alas kaki |
|
Area depan, diluar gua atau kuil |
|
Lonceng setelah pintu masuk |
Ada 5
ruangan besar yang harus kita masuki di Rock temple. Di ruangan pertama kita akan melihat patung
besar Sang Budha saat menjelang ajal.
Ini kata guide yang mendampingiku selama perjalanan di Sri Lanka. Bagi orang lain mungkin tidak ada bedanya
bila melihat posisi patung tersebut, tapi bagi penganut agama Budha, mereka
bisa membedakan makna dari posisi patung sang Budha. Hanya di gua pertama kita akan menemui Sang
Budha berposisi tidur menjelang ajal, selebihnya posisi sang Budha benar-benar
sekadar tiduran.
|
Sang Budha dengan posisi sedang tidur |
|
Kata guide-ku ini posisi Sang Budha menjelang ajal |
|
Dua patung di ujung kaki Sang Budha |
|
Kaki Sang Budha |
Di gua kedua
kita akan bertemu dengan pemandangan yang lebih unik. Disamping jumlah patung Budha yang lumayan
banyak, disini kita akan melihat keajaiban air yang mengalir bertentangan
dengan hukum alam. Bukan dari atas ke
bawah, melainkan sebaliknya dari bawah mengalir ke atas. Air ini disucikan oleh penganut Budha,
makanya dibuat ruangan khusus untuk menampung air itu.
|
Budha-1 |
|
Budha-2 |
|
Budha-3 |
|
Budha-4 |
|
Budha-5 |
|
Budha-6 |
|
Budha-7 |
Disamping
patung-patung Budha, pengunjung dibuat kagum dengan lukisan di atap setiap
ruangan. Konon bahan yang digunakan
untuk melukis atap batu di dalam gua itu dari bahan-bahan alami yang punya daya
tahan sangat tinggi terhadap kelembaban dan panasnya suhu di Sri Lanka. Ya, udara di dalam gua itu sangat panas, dijamin
kita bakal berkeringat kalau memasuki setiap ruangan.
|
Lihat lukisan di atap gua |
|
Budha meditasi dan kobra diatasnya |
|
Sang Budha |
|
Sang Budha (lagi) |
|
Patung raja terakhir Sri Lanka |
Ada satu
lagi tempat wisata yang wajib dikunjungi di Sri Lanka yaitu the Lion Mountain
atau ada yang menyebutnya sebagai Lion Rock.
Lokasinya tidak jauh dari Dambulla, tepatnya di Sigiriya. Masalahnya, untuk mencapai puncak bukit batu
itu, kita harus mendaki bukit yang sangat curam selama 3 jam. Itu pun tergantung stamina kita. Kalau tidak sedang fit bisa memakan waktu
lebih lama. Aku yang memang tidak punya
banyak waktu, memutuskan tidak pergi ke istana sang raja yang ada di puncak
bukit itu, melainkan cukup mengetahui sejarah pembangunan dan kehidupan sang
raja dari museum Sigiriya yang ada di kaki bukit.
|
Memasuki area wisata Lion Rock |
|
Tidak sempat mendaki, jadinya hanya ke museum Sigiriya |
|
Jadi tahu banyak sejarah tentang Lion Rock |
|
Contoh bangunan di atap Lion Rock |
|
Contoh lukisan dinding di Lion Rock |
|
Gambaran kehidupan para selir raja |
Sayangnya di
museum Sigiriya ini kita dilarang mengambil gambar isi museum. Kalau sekadar bagian luar ruangan masih
diperbolehkan. Aku kesal banget dengan
si guide yang lupa mempersilakan aku mengambil gambar bukit singa itu yang
terlihat jelas dari museum. Alamat aku
tidak punya foto bukit itu, cuman tiket masuk museum yang dibaliknya ada gambar
bukit Singa. Mungkin karena aku kesal
dengan dia, alih-alih untuk menebus kesalahan, aku dibawa ke spa tradisional di
Sigiriya. Selama 2 jam penuh aku
dimanjakan dengan pelayanan pijat sekujur tubuh, sauna dengan ‘tabung’
tradisional yang terbuat dari kayu, lalu diakhiri dengan mandi uap di steaming
room. Kirain si guide membayari spa itu,
ternyata tidak. Tapi tidak apalah, tarif
spa di Sri Lanka ini sangat murah, hanya 4000 Rupee (1 USD = 150 Rupee) atau
hanya 27 dollar!
|
Gambar bukit singa di balik tiket masuk museum |
Selama di
Dambulla aku menginap di Rangiri Dambulla Resort. Jangan dibayangkan seperti resort-resort di
Indonesia ya, disini resort-nya sangat sederhana, bahkan jalan masuk ke resort
ini saja tidak diaspal atau paving block, murni masih berupa tanah. Aku sudah sampaikan masukan ke manager hotel
untuk memasang minimal paving block biar kalau hujan tidak becek atau tapak
kaki pengunjung tidak mengotori lantai hotel.
|
Rangiri Dambulla Resort |
|
Pintu masuk resort |
|
Ruangan lobby resort |
|
Kamar tidur di Rangiri resort |
|
TV dan segala peralatan tersedia |
|
Buah-buahan segar tersedia di kamar |
|
Kamar mandi-1 |
|
Kamar mandi-2 |
Rangiri
Dambulla Resort menyediakan berbagai bentuk ruangan atau lebih tepat dibilang
rumah. Ada yang berbentuk tenda, ada
juga yang berupa rumah dengan teras dan pekarangan. Setiap bangunan ada pembatas berupa area
terbuka, sehingga tidak akan mengganggu siapa pun yang menginap di
sebelahnya. Disamping itu, di resort ini
juga tersedia swimming pool ukuran kecil tetapi lumayan cantik disainnya.
|
Rumah model tenda |
|
Yang model ini tempatku menginap |
|
Model rumah mungil di area belakang |
|
Romantis dan landscape yang menawan |
|
Ukuran besar untuk keluarga besar |
|
Kolam renang di tengah area |
|
Kebun buah dan sayuran di halaman belakang |
Yang unik di
resort ini adalah saat kita sarapan atau makan siang di restaurant yang berada
persis di sebelah lobby area. Bukan ala
buffet atau prasmanan, disini kita dilayani bak raja. Tata cara penyajian makanan berurutan mulai
dari makanan pembuka sampai penutup.
Pelayan akan menyampaikan menu yang ada saat itu dan tamu dipersilakan
memilih dan menentukan kapan menu itu disajikan. Saat makan pun, pelayan akan berdiri dan
mengawasi kita sambil menunjukkan sikap yang siap sedia melayani
pengunjung. Mereka akan dengan ramah
menanyakan bagaimana rasa makanan dan cekatan dalam merapikan alat makan di
setiap sesi penyajian. Yang membuatku
surprise adalah saat pelayan mengatakan bahwa semua bahan makanan kecuali ikan
didapat dari kebun di sekitar resort.
|
Menu sarapanku |
|
Menu makan siangku |
|
Restaurant di resort |
|
Kebun sayuran |
|
Sang bangau menyambut pagi |
Aku memang
tidak sempat mengeksplor ibukota Sri Lanka, Colombo karena aku lebih tertarik
dengan mengunjungi wisata utama di Sri Lanka yang ada di Dambulla dan
Sigiriya. Colombo sama seperti kota-kota
utama di Asia. Padat dan ramai kendaraan
hilir mudik. Bangunan-bangunan tinggi
pun banyak di kota yang terbagi atas 15 zona ini. Sayangnya, aksesibilitas ke kota Colombo
cuman satu, sehingga kalau kita sampai di tol menuju kota ini pas di jam berangkat
kantor dan pulang kantor, siap-siap kita akan terjebak macet dimana-mana. Makanya aku kurang bersemangat berlama-lama
di Colombo.
|
Town hall |
|
Bandaranaike Memorial Building |
|
Golden road kawasan elit di Colombo |
|
Independence monument, fotonya gelap (sorry) |
Hotel yang
kupilih untuk bermalam di Colombo yaitu Hilton.
Memang Colombo sudah memiliki banyak hotel berbintang 5, juga
gedung-gedung pencakar langit dan mal, tetapi kalau dibandingkan dengan
Jakarta, masih kalah jauh. Di Sri Lanka
perbandingan kemajuan kota-kota besarnya sangat menyolok. Kota terbesar kedua di negara ini, Kandy,
kondisinya sangat jauh berbeda dengan Colombo.
Bahkan kalau dibandingkan dengan Tangerang saja, Kandy kalah jauh. Tapi begitulah fenomena kota di Sri Lanka
atau Ceylon, sebutan dari sang penjajah Inggris. Unik dan menarik bagi wisatawan. Penduduknya sangat ramah dengan
pendatang. Meskipun melindungi semua
penganut agama, Sri Lanka lebih ‘Budha’ daripada Thailand, sehingga tidaklah
salah kalau kita sebut Sri Lanka sebagai tempat singgasana Sang Budha.
|
Kamar tidur-1 |
|
Kamar tidur-2 |
|
Kamar mandi-1 |
|
Kamar mandi-2 |
|
Lemari dan mini bar |
Sudah saatnya kita mengenal Sri Lanka, tujuan wisata murah, penduduknya ramah dan ada penerbangan langsung dari Jakarta . So, semuanya mudah. Selamat berwisata...