Sabtu, 09 Maret 2019

Sejuta Pesona Derawan Di Sebelah Timur Kalimantan

Pesawat bombardier milik maskapai Garuda Indonesia yang kutumpangi mendarat mulus di landasan Bandara Kalimarau Tanjung Redeb Kabupaten Berau Kalimantan Timur.  Nama bandara itu baru kutahu setelah mendarat dan taxiing ke apron.  Di boarding pass tertulis Tanjung Redeb, bukan Kalimarau dan publik malah lebih kenal dengan Berau atau Derawan.  Mereka tidak tahu bahwa Derawan, meskipun bagian dari Kabupaten Berau, tapi Derawan adalah sebuah kepulauan di sebelah timur pulau Kalimantan yang berbatasan dengan negeri Sabah Malaysia.  Ada empat pulau yang sangat terkenal di gugusan pulau ini yaitu Maratua, Sangalaki, Kakaban dan pulau Derawan itu sendiri.  Setiap pulau memiliki daya tarik tersendiri dan hari ini aku ingin mengeksplor semua hal yang menarik dan membaginya ke pembaca setia blog-ku.


Pesawat menuju apron bandara Kalimarau

CRJ1000, pesawat milik Maskapai Garuda Indonesia

Meski kecil tapi nyaman


Keberadaan Bandara Kalimarau sangat menunjang program pariwisata atau promosi obyek wisata Derawan.  Turis domestik dan lokal jadi lebih mudah bila ingin mengunjungi pulau yang terkenal di manca negara ini.  Meskipun berukuran kecil, namun bandara ini sudah melayani 5 airlines besar domestik, Garuda Indonesia, Sriwijaya Air, Nam Air, Wings Air dan Susi Air.  Penumpang yang bareng denganku di bombardier itu pun terlihat penuh, padahal aku terbang kesana bukan di akhir pekan.  Load factor-nya tinggi, artinya penerbangan tujuan Berau menjanjikan keuntungan bagi maskapai.


Bandara Kalimarau yang mungil

Bersih dan masih sedikit penerbangan ke bandara ini

Tempat pengambilan bagasi

Akustik di terminal kedatangan


Bandara Kalimarau tidak berada di Derawan.  Kita harus naik kendaraan via darat dengan jarak tempuh sekitar 2 jam menuju pelabuhan Tanjung Batu.  Kondisi jalan raya lumayan bagus, hanya di beberapa tempat agak rusak.  Kata sopir yang membawaku, kondisi jalan itu bukannya rusak, melainkan dalam proses perbaikan dan jalan yang kami lalui adalah jalan pintas menuju pelabuhan.


Minuman gratis di tempat pengambilan bagasi

Berfoto ria sebelum keluar dari tempat pengambilan bagasi

Area kedatangan

Jalan menuju pelabuhan-1

Jalan menuju pelabuhan-2

Jalan menuju pelabuhan-3


Sesampai di pelabuhan, beberapa speed boat sudah stand by di pinggir dermaga.  Selesai menggunakan toilet yang jorok di pelabuhan, aku bergegas menaiki boat agar segera sampai di tempat tujuan dan tidak bertemu dengan gelombang pasang.  Sekitar 1 jam di atas laut, akhirnya sampai juga di Dive Resort yang ada di Pulau Derawan.  Kondisi resort ini mengingatkanku saat berkunjung ke Maldives.  Penginapannya berupa rumah kayu di atas bibir pantai sampai ke pinggir laut.  Material kayu sangat dominan dan dermaga yang seperti jalan setapak itu terbuat dari kayu dengan tiang-tiang kayu yang terlihat kuat menancap di dasar laut.  Sebagian tiang ditambah papan kayu dengan posisi menyilang, bertujuan untuk memperkuat tiang dan menahan air laut saat pasang.


Mendekati dermaga penyeberangan

Speed boat yang mengantarkanku ke Pulau Derawan

Kapasitas 20 orang, cepat dan aman

Dermaga terbuat dari kayu

Tempat penginapan terapung di Dive Resort


Setiap bangunan rumah bisa terdiri dari beberapa kamar.  Setiap kamar dilengkapi dengan fasilitas seperti AC, TV, kamar tidur dan kamar mandi serta beberapa fasilitas pendukung untuk meningkatkan kenyamanan penghuninya.  Namun sayangnya, dekoder digital yang ada di kamarku bermasalah.  Aku hanya bisa menikmati satu channel saja, selebihnya hanya ada tulisan di display TV 'tidak ada pesan/channel tidak tersedia'.  Mungkin kita harus keluar kamar dan beraktivitas diluar lebih lama daripada di dalam kamar?.


Dive resort di Pulau Derawan

Tempat tidur di Dive Resort

Interior di dalam kamar

Ruang lega di bagian belakang kamar

Fasilitas di dalam kamar


Kegiatan outdoor pertamaku adalah mengenal lingkungan sekitar.  Makan siang di restoran di Kampung Wisata Bahari yang lokasinya persis di belakang Dive Resort.  Suasana di kampung siang itu tidaklah ramai.  Hampir setiap rumah disini menawarkan diri sebagai homestay bagi wisatawan, namun kali ini kondisinya lagi sepi pengunjung.  Kata penduduk disini, semua penginapan akan ramai di musim liburan dan saat cuaca bersahabat bagi para pecinta alam bawah air.  Harga makanan disini juga tidak mahal untuk ukuran pulau yang harus ditempuh 1 jam perjalanan dari pelabuhan.  Disinilah aku mengenal buah lokal Berau, Lai yang bentuknya mirip durian namun bentuknya lebih kecil dan kulitnya seperti cempedak.  Rasanya memang tidak semanis dan selegit durian, namun baunya lebih bersahabat.


Kampung Wisata Bahari

Rumah-rumah penduduk di sekitar resort

Material didominasi oleh kayu

Buah Lai, mirip 'kawin silang' durian dengan cempedak

Rasanya begitu menggoda


Banyak aktifitas yang dapat dilakukan di pulau ini di sore hari.  Ada spot yang menarik yang masih berada dalam kawasan resort ini yaitu semacam tugu berbentuk perahu dengan tulisan huruf kapital besar Derawan.  Kalau ada waktu, tidak ada salahnya untuk bersepeda keliling pulau.  Hanya sekitar 30 menit bersepeda santai sudah dapat mengenal pulau dan penduduk disini.  Setelah bersepeda, kita bisa melepas lelah dengan duduk di pinggir pantai atau dermaga kayu sambil menikmati matahari terbenam.  Jangan melewatkan indahnya sunset disini dengan kamera.


Bersepeda di kampung wisata

Anak-anak di kampung Wisata Bahari

Senja di Derawan


Keesokan harinya setelah sarapan di pondok ujung dermaga, acara wisata laut dimulai dengan berkunjung ke Pulau Sangalaki.  Tujuannya untuk berenang dengan Manta atau ikan pari yang berukuran besar dan melihat penangkaran serta pelestarian penyu laut.  Binatang yang satu ini kondisinya sudah mengkhawatrikan di Indonesia.  Banyak perburuan liar oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab.  Memang penyu adalah binatang yang bernilai komersial.  Telurnya diburu untuk dikonsumsi dan konon berkhasiat untuk meningkatkan daya tahan tubuh.  Dagingnya pun bisa dikonsumsi.  Beberapa daerah malah menjadikan penyu sebagai santapan khusus di ritual acara kebudayaan.  Terakhir, punggung atau batok keras penyu pun dapat diolah menjadi suvenir atau cindera mata.  Menyedihkan.  Apalagi ada predator yang bukan berbentuk manusia yang juga mengancam keberadaan penyu.  Untuk menghindari dari predator inilah, makanya bayi-bayi penyu atau biasa disebut tukik ini dilepasnya ke laut dari penangkaran pada malam hari.


Rumah untuk pertemuan satu-satunya di Sangalaki

Signage penangkaran penyu di Sangalaki

Kolam pengembang-biakan penyu

Boleh foto bersama si tukik



Dari Sangalaki, acara dilanjutkan ke Pulau Kakaban.  Di tempat ini terdapat danau air asin yang dihuni oleh ubur-ubur tidak beracun.  Danau itu terletak di tengah pulau yang ukurannya kecil dan tidak berpenduduk karena tidak ada sumber air tawar,  Pengunjung pulau ini tidak ingin melewatkan kesempatan untuk menceburkan diri di danau dan berfoto dengan ubur-ubur.  Namun, guide-ku mengingatkan bila berfoto dengan ubur-ubur, jangan memegang apalagi meremas ubur-ubur karena itu masuk kategori menyiksa binatang dan pasti akan mendapatkan respon negatif bagi siapa pun yang melihatnya.


Gerbang masuk pulau Kakaban

Air pantai bersih dan jernih
Jalan menuju danau di tengah pulau

Danau yang dipenuhi ubur-ubur

Lihat yang berwarna coklat itu


Pulau Kakaban ini sebenarnya indah banget pemandangannya,  Lautnya berwarna hijau jernih sehingga kita bisa melihat dasar laut dan batu-batu koral yang ada di dalamnya.  Juga tanaman mangrove yang hampir tumbuh di sekeliling pantai memberi keindahan tersendiri pulau ini.  Namun sayangnya, fasilitas umum yang ada disini tidak dirawat dengan baik.  Toilet, ruang ganti dan jembatan kayu yang ada pada rusak.


Siap berenang bersama ubur-ubur

Air danau yang payau

Dermaga kayu saat harus kembali ke boat

Kamar ganti yang tidak terawat/rusak


Dari Kakaban, perjalanan selanjutnya menuju Maratua.  Disini terdapat resort mewah yang sangat terkenal di Kepulauan Derawan.  Disamping menyediakan fasilitas yang bagus, resort ini menempati area dengan pemandangan pantainya yang menakjubkan.  Air laut itu berwarna hijau jernih di dekat pantai dan kebiruan di sisi luarnya.  Dermaga kayunya terawat baik dan dibangun cafe bar di ujung dermaga.  Banyak pengunjung yang berfoto di dermaga menikmati keindahan pantai sambil duduk di kursi kayu di atas dermaga.


Air laut hijau nan bersih dan jernih

Dermaga yang cocok sebagai tempat berfoto


Pulau Maratua mempunyai wilayah yang sangat luas dengan populasi penduduk yang lumayan padat.  Ini pulau satu-satunya yang dibangun bandar udara.  Meskipun berukuran kecil, tetapi bandara ini sangat membantu bagi transportasi wisatawan yang ingin cepat tiba di Maratua dan menjadi jalur alternatif bilamana air laut sedang bergejolak.  Namun daya tarik pulau ini lebih tertuju pada kolam gua yang bentuknya unik.  Untuk menikmati kolam gua itu ada dua cara.  Kita bisa terjun langsung ke kolam atau turun tangga menuju mulut gua. Bila terjun langsung, sang guide mengingatkan kita untuk berhati-hati karena kalau salah titik jatuhnya. badan kita bukannya terjun ke air, tapi malah menghantam batu karang yang ada di bawah kolam.  Bentuk kolam itu seperti ceruk, jadi sangat dalam dan menyempit ke bawah.  Katanya, ada turis asing yang berani menyelam di ceruk itu yang hanya muat untuk satu tubuh manusia.  Kedalamannya lebih 20 meter dan di akhir ceruk itu si turis menemukan area yang sangat lapang.  Namun, karena sangat sepi, belum pernah dijamah manusia dan berpotensi risiko lebih parah, si turis bergegas kembali ke daratan.


Menuju Goa Halo Tabung

Pos depan di goa

Jalan setapak di daerah goa

Tidak akan menyesal setelah melihat yang indah ini

Ceruk kolam yang misterius itu



Sama seperti di beberapa daerah wisata pantai di Indonesia, Derawan juga punya pulau pasir yang dikenal dengan nama gusung pasir.  Pulau ini sangat kecil, seperempat lapangan bola dan hanya terbentuk dari pasir laut.  Tidak ada tanaman dan sudah pasti tidak berpenduduk.  Namun pulau ini tidak pernah sepi pengunjung karena di tempat ini dapat menghasilkan foto yang sangat bagus, apalagi di siang hari.  Pasir putih, air laut hijau muda, langit biru dengan serpihan awan putih merupakan kombinasi warna yang indah.


Gusung pasir

Ada yang bergulung-gulung di pasir

Atau sekadar berfoto


Itu baru yang terlihat di atas permukaan.  Derawan punya yang lebih indah lagi yaitu alam bawah lautnya.  Di gugusan pulau ini tersebar keindahan bawah laut yang sudah diakui dunia.  Tidak mengherankan turis asing berdatangan kesini untuk snorkeling atau pun diving.  Sebagai warga Indonesia, kita pasti bangga dan berharap keindahan alam di Derawan tidak pudar karena ulah manusia.


Yang penting, Let's get fun