Rabu, 14 Agustus 2019

Serba Serbi di Amsterdam


Amsterdam mencatatkan diri sebagai kota wisata yang tidak pernah sepi turis.  Mau musim gugur kek, musim dingin atau musim panas seperti kali ini, wisatawan dari luar negeri masih antusias berkunjung ke negeri kincir angin ini.  Terlihat dari tampang dan bahasa yang digunakan, mereka bukan warga lokal.  Salut buat Pemerintah Belanda yang tidak perlu susah payah menarik turis datang.  Dunia pariwisata sudah tumbuh dengan sendirinya.  Kondisi perekonomian dan keamanan yang stabil bisa jadi menjadi salah satu kunci keberhasilan.  Tidak ada demo yang berlebihan disini.  Masyarakatnya yang multi kultural dan multi ras bisa hidup berdampingan dengan baik, tidak sibuk mengurusi perbedaan yang tidak akan pernah berakhir karena mereka sadar setiap orang berbeda, baik itu secara fisik, karakter, sifat atau opini.  Yang penting tidak mengganggu atau merugikan orang lain, menurut mereka sah-sah saja orang mengekspresikan kepribadiannya.  Tapi kalau urusan kriminal, jangan sekali-kali cari masalah disini.  Dendanya super besar bagi setiap pelanggaran dan bisa berakibat kita dideportasi keluar dari Belanda atau di blacklist tidak boleh masuk negeri ini.  


Kincir angin sudah menjadi icon Belanda

Jalan raya lebih mirip gang

Tidak pernah sepi wisatawan

Berbagi tempat dengan pesepeda


Seribu alasan bagi turis berkunjung ke Amsterdam.  Kota ini memang unik bila dilihat dari geografisnya.  Dikelilingi oleh kanal-kanal yang memang menjadi ciri khas sekaligus sejarah daratan Belanda.  Kalau sudah tahu begitu, jangan tanya tentang subway atau kereta api bawah tanah.  Tentu saja Amsterdam berbeda dengan Paris, London, Berlin atau kota-kota besar di Eropa yang punya berbagai macam moda transportasi publik.  Belanda punya trem dan kereta api atau spoor, sama dengan ucapan dan artinya dengan kereta api dalam bahasa Jawa.  Tapi kalau sekadar jalan-jalan di Amsterdam, apalagi kalau cuaca mendukung, lebih baik jalan kaki atau rental sepeda.  Pusat keramaian kota ngumpul di Dam Square.  Disini banyak terdapat restaurant dengan berbagai macam cita rasa.  Juga ada outlet penjual kue, keju, permen, souvenir sampai ke barang-barang yang tidak lazim di negara kita seperti ganja.


Dam Square di Amsterdam

Canal cruise-1

Canal cruise-2

Canal cruise-3

Canal cruise-4


Memang benar, Belanda termasuk salah satu negara yang melegalkan penjualan ganja dan produk-produk turunannya.  Untuk mengenali toko yang menjual ganja cukup mudah, lihat gambar daun ganja atau tulisan Cannabis di bagian depan toko, kalau ada, berarti disitu dijual ganja.  Bentuknya bermacam-macam, ada yang disajikan dalam bentuk coklat, permen, rokok atau kue kering.  Ada juga yang hanya sebagai aksesoris atau gambar pada t-shirt, asbak atau souvenir lainnya.


Lihat billboard bulat sebelah kanan

Anak-anak di bawah umur dilarang masuk

Toko coklat yang unik

Menyediakan bubuk coklat seperti serbuk kokain

Semua pada ingin berfoto seperti pecandu narkoba


Yang paling 'unik' dan mungkin sebagian orang malah 'jijik' adalah toko Condomerie.  Dari namanya sudah bisa ditebak produk apa yang dijual di toko itu.  Benar, Condomerie menjual produk-produk kondom dalam berbagai macam bentuk, ukuran dan rasa.  Kalau ukuran, sudah bisa dibayangkan mereka menyediakan untuk konsumen Asia, Eropa, Timur Tengah dan Afrika.  Tapi kalau bentuk, ini tidak ada kaitannya dengan ukuran.  Mereka membuat kerajinan tangan dan souvenir dari kondom.  Ada yang berbentuk gajah, buaya ada juga bunga yang tersusun dari puluhan kondom warna warni.  Sedangkan rasa, ini yang sulit dibayangkan dan sulit dipahami bagi yang tidak pernah menggunakan kondom.  Kata penjualnya, cukup dibau dari dekat, tidak usah dijilat, kita akan tahu rasa dari kondom itu.  Ada-ada saja.  


Tidak boleh foto di dalam toko


Selain ganja, prostitusi pun di legal kan juga di Amsterdam.  De Wallen, distrik khusus untuk yang suka 'jajan nafsu' di Belanda.  Lokasinya masih diseputaran Dam Square dan menarik minat turis untuk sekadar ingin tahu bagaimana bisnis lendir ini berjalan atau ingin tahu tampang pramu syahwat yang bermacam-macam penampilannya. Para penjaja sex ini akan duduk manis dan diam ditempatnya sambil melemparkan senyum kepada siapapun yang lewat. Bak manekin atau boneka pajangan di toko-toko pakaian dalam perempuan.  Kalau harga cocok, transaksi bisa berlanjut di tempat itu atau keluar.  Tapi perlu diingat, tidak boleh mengambil gambar disini.  Polisi berpatroli setiap waktu dan siap memberikan sanksi bagi yang melanggar aturan.  


Gereja Oude di area De Wallen


Keindahan kanal-kanal dan bangunan di pinggir sungai menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan.  Sudah banyak sekali film-film Indonesia dan video klip penyanyi tanah air yang mengambil gambar di Amsterdam.  Sebut saja film Si Doel Anak Sekolahan, hampir separuh ceritanya berlokasi di Belanda.  Sungai-sungai di negeri ini dijaga betul kebersihannya dan masyarakatnya pun sadar betul akan arti kebersihan dan kesehatan, sehingga sungai-sungai berfungsi dengan baik. Kita tidak perlu merasa jijik duduk bersantai sambil menyantap makanan di pinggir sungai.  Bagi dunia pariwisata, sungai itu punya 'nilai jual'.


Restaurant atau cafe pinggir sungai jadi tempat favorit

Bersih dan dalam

Lokasi favorit untuk syuting film atau video clip

Gedung tua pinggir sungai jadi tempat berkumpul para pelukis

Ada yang individu, ada yang terorganisir dalam kompetisi menggambar


Dam Square menyediakan apapun yang kita mau.  Yang suka gedung-gedung atau bangunan tua bisa dengan puas mengambil gambar disini.  Persis di depan monumen nasional terdapat Royal Palace yang ukurannya besar banget dan bebas untuk difoto.  Halaman depan istana itu sangat luas seperti city hall-nya Amsterdam.  Di depan sebelah kanan istana ada Madame Tussaud. museum patung-patung lilin orang-orang terkenal.  Sedangkan di samping kiri monumen nasional ada museum Ripley atau kumpulan hal-hal teraneh di dunia yang muncul di acara TV Believe it or not.  Disamping museum Ripley ini terdapat gang kecil yang kerap menjadi tempat foto para model dunia karena Eropa banget rasanya.  Gedung-gedungnya berwarna krem, jalanya terbuat dari batu bata merah yang tersusun rapi dan bersih.  Ini menjadi tempat wajib bagi yang hobby foto.  


Monumen nasional

Museum Ripley

Acara TV Believe it or Not

Dam Square yang ramai pengunjung

Royal palace di depan monumen nasional

Gedung Madame Tussaud


Bicara tentang wisata kuliner, Amsterdam punya banyak restaurant.  Masih di sekitar Dam Square, ada rumah makan Timur Tengah seperti kebab, ada juga yang bercita rasa Amerika Latin, yang kebanyakan dari Argentina, dan yang pasti yang bernuansa Eropa juga ada seperti pizza, burger, steak atau full dining restaurant elit.  Untuk yang harus ketemu nasi, langsung saja ke China town, kawasan Pecinan yang masih di sekitar Dam Square juga.  Tapi bagaimana pun juga selera anda, rasanya tidak afdol kalau anda tidak mencoba snacks atau makanan ringan khas Belanda.  Febo, rumah makan favorit di Belanda yang menyajikan berbagai macam camilan khas lokal.  Kroket adalah snacks andalan di Febo.  Anda tinggal memasukkan uang koin ke lubang samping oven kecil, lalu buka oven dan ambil snacks yang kita inginkan. Jangan bandingkan dengan harga di Indonesia ya....kalau standar harga Eropa, kroket di Febo tergolong murah.


China town atau Pecinan di Amsterdam

Istilah 'toko' dipakai disini

Oven-oven kecil tersusun rapi di Febo

Sedia camilan khas lokal


Kuliner yang unik justru ada di Tokoman.  Rumah makan ukuran kecil ini menyediakan makanan khas Suriname.  Yang uniknya, kalau dilihat dari bentuk atau penampilan masakannya serta namanya, mirip sekali dengan masakan Indonesia.  Ada nasi goreng, mie goreng, ayam balado, opor ayam, sambal goreng ati, pokoknya Indonesia banget.  Kata penjual memang masakan Suriname identik dengan masakan Indonesia khususnya Jawa.  Meskipun beberapa nama menggunakan bahasa Inggris, tapi ada yang punya nama atau pengucapannya sama dengan bahasa Indonesia seperti krupuk.  Mereka nulisnya kroepoek, tapi dibacanya krupuk ! Yang paling berkesan adalah pastel-nya.  Ukuran pastel disini 4 kali lipat dari ukuran yang ada di Indonesia.  Gedhe bangetssss.........!!


Kroepoek mirip di warung-warung

Kebanyakan beli untuk dibawa pulang

Minuman kaleng made in Suriname


Sama seperti di Perancis, harga normal sneakers Vans dan Converse di Belanda lebih mahal daripada di Indonesia.  Kelebihannya, counter-counter disini lebih kaya model sepatunya dan ada beberapa model yang tidak dijual di Indonesia.  Jadi kalau mau beli yang model klasik seperti black old skool, white checkered skate, lebih baik beli di Indonesia.  Harga sepatu favorit itu disini bisa berkisar Rp 900.000 sampai Rp 1.200.000.  Kalau masuk kategori favorit, artinya sepatu itu tidak akan ada sale.  Sebaliknya, di Indonesia masih banyak online shop yang jual lebih murah sepatu itu.


Counter Vans di Amsterdam

Produk terbaru diletakkan di tengah ruangan

Koleksinya bikin ngiler pengin beli

Bayangkan kalau itu ada di lemari sepatu kita


Bagi anda pecinta sepak bola, tidak ada salahnya mampir ke stadium Ajax di Amsterdam.  Kalau anda fans dari Ajax, anda wajib mampir ke megastore Ajax yang lokasinya di sebelah kanan stadium.  Disana anda dapat membeli jersey terbaru yang digunakan pemain Ajax.  Bahkan kalau ingin jersey itu ditempelin nama dan nomor yang kita inginkan, anda tinggal nambah 20 Euro ke kasir yang terkadang merangkap jadi tukang sablon juga.  


Ajax Amsterdam stadium

Megastore produk-produk Ajax

Ayo dipilih-dipilih

Semuanya menarik


Jadi banyak kan alasan anda perlu jalan-jalan ke Amsterdam.  Sekadar saran, kalau bawa anak-anak remaja atau yang menginjak dewasa, perlu pengawasan ekstra dan parental guide yang baik biar tidak pergi ke tempat hiburan malam sendirian.  Selamat jalan-jalan...............




Rabu, 07 Agustus 2019

Ke Paris, Tetap Gaya Tanpa Bikin Kantong Tipis



Memang, begitulah adanya.  Meskipun Paris terkenal dengan orang-orangnya yang bergaya aristokrat, cenderung pamer dan suka barang-barang bermerek, bukan berarti kita harus takut atau khawatir tidak bisa jalan-jalan disana.  Hal itu juga bukan alasan yang tepat untuk mengurungkan niat karena ketakutan tidak dapat menanggung semua biaya selama tinggal disana.  Apalagi semua tour and travel agent tidak ada yang pasang harga murah per orang bila ingin jalan-jalan ke Paris.  Sebagian orang mungkin tidak terlalu peduli dengan harga travel, bila memang punya uang berlebih atau memang biasa 'dilayani' sehingga sadar betul perlakuan seperti ini berkonsekuensi pada biaya.  Tapi bagi orang yang memang hobi jalan-jalan apalagi ramai-ramai dengan keluarga, mereka akan lebih cenderung mengatur dengan baik biaya yang akan dikeluarkan.  Kalau bisa biaya yang dikeluarkan seminim mungkin, tapi kenikmatan atau kebahagiaan yang didapat maksimal.  Orang yang kaya tapi bijak pun akan sepaham, meski kita banyak duit, bukan berarti harus bayar mahal untuk semua kebutuhan kita kan? Dari sinilah, baru kita sadar, betapa pentingnya informasi dari luar yang mau berbagi pengalaman mengatur perjalanan sendiri.  Nah, itulah salah satu fungsi media blog atau vlog perjalanan.


Tujuan utama ke Paris


Penghematan pertama yaitu tiket pesawat.  Acara travel fair atau pameran wisata yang mengikutsertakan maskapai-maskapai penerbangan atau pameran tunggal salah satu maskapai adalah ajang yang tepat untuk mendapatkan tiket murah.  Perjalanan kali ini aku dapat harga murah dari Emirates.  Pada travel fair di salah satu mal di Jakarta itu, semua airlines asing banting harga. Bisa jadi mereka ingin menggenjot load factor menjelang low season 2019.  Jelas saja aku tidak mau kehilangan kesempatan ini untuk ikut berburu tiket ke Eropa.  Aku sudah kangen betul dengan Paris dan rasanya sudah pengin sekali kembali kesana.  Jam penerbangan yang kupilih yaitu malam atau dini hari dari Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta dengan harapan saat tiba di Bandara Charles de Gaulle Paris pagi menjelang siang.  Hitung-hitung proses imigrasi dan pengambilan bagasi yang sering makan waktu serta perjalanan dari bandara ke hotel, aku berharap tiba di hotel bisa langsung check-in dan rehat sebentar sebelum memulai acara jalan-jalan.


Dari jendela pesawat Emirates

Dari Dubai (transit) ke Paris


Perhitunganku agak meleset sedikit.  Ternyata proses pengambilan bagasi di Bandara Charles de Gaulle lebih lama dari di Soekarno-Hatta.  Tidak sebanding dengan proses imigrasi dan bea cukainya.  Alhasil aku tiba di Hotel Mercure Gare de Lyon tempatku menginap di Paris menjelang sore hari alias jam 3.  Kenapa Mercure Gare de Lyon?  Awalnya aku sudah booking di hotel Mercure Bastile Saint Antoine, tapi setelah kulihat di peta bahwa hotel ini lumayan jauh dari stasiun metro dan aku memang ada perlu dengan stasiun metro, makanya aku tidak mau menginap di hotel yang berjauhan dari stasiun.  Acara jalan-jalan dan shopping pasti membutuhkan aktivitas mondar-mandir dan perlu energi ekstra bawa belanjaan.  Kalau lokasi hotel jauh dari stasiun, konsekuensinya aku akan capek jalan kaki bawa barang atau harus keluar uang untuk naik taksi.  Disamping harganya mahal, yang berisiko juga kalau kita dapat supir yang nakal dan mau ambil keuntungan dari turis yang tidak hafal jalan.  Bisa saja kita diputar-putar atau sengaja dicari jalan yang macet sehingga argo jalan terus.  Daripada kita menyesal dan was-was, mending naik metro.  Dan pilihanku sangat tepat saat kuputuskan untuk menginap di Mercure Gare de Lyon yang berlokasi tepat di area stasiun kereta api besar Gare de Lyon Paris.  Penghematan kedua.


Gare de Lyon, hotel Mercure ada di bagian ujung kanan

TV dalam kamar

Fasilitas dalam kamar mandi, hanya sabun batang dan body lotion

Minibar dalam kamar

View di depan hotel


Hotel Mercure Gare de Lyon adalah hotel berbintang 4 yang sangat strategis lokasinya.  Keluar dari pintu masuk hotel, belok kanan dan jalan 5 meter sudah kita masuki pintu ke stasiun kereta api cepat bawah tanah yang disini disebut metro.  Beruntungnya, Gare de Lyon punya semua rute atau jurusan di seluruh penjuru kota Paris.  Aku ingin menggunakan fasilitas dari Pemerintah Perancis untuk turis asing yaitu Paris Visite Card (PVC) sejenis kartu abonemen yang dapat kita gunakan sepuasnya dalam menggunakan transportasi publik selama jangka waktu tertentu.  Di stasiun metro besar ini kita dapat membeli PVC di counter informasi di lantai terbawah atau 2 lantai dari lantai dasar.  Harga kartu ini tergantung dari jumlah hari yang kita inginkan. Kelebihan mempunyai PVC, kita dapat menggunakan semua transportasi publik di Paris seperti bus, metro/kereta bawah tanah, kereta api/atas tanah, selama 24 jam.  Kita bisa berpindah-pindah moda transportasi atau bolak-balik ke jurusan itu-itu saja sepuasnya.  Kartu PVC itu kita gunakan untuk membuka portal masuk dan keluar (sortie) di peron.  Sebelum menggunakan kartu itu, diwajibkan kita menulis nama kita sesuai yang tercantum dalam passport dan tanggal berlakunya kartu karena polisi secara random bisa saja menanyakan tiket atau kartu yang kita miliki.  Oiya, transportasi publik di Paris dibagi atas 5 zone.  Harga PVC itu juga tergantung dari banyaknya zone yang akan kita datangi.  Kalau kalian memang ingin jalan-jalan ke banyak tempat dalam 1 hari, menggunakan PVC akan jauh lebih hemat daripada harus beli ketengan di mesin pembelian tiket.  Sudah begitu, dengan PVC kita terhindar dari risiko beli tiket lagi bila salah kereta atau salah masuk/keluar peron.  Meskipun signage atau rambu petunjuk cukup jelas disini, tapi risiko salah masuk/keluar selalu ada, apalagi bagi yang belum pernah ke Paris, tidak hafal daerah atau nama-nama tempat di Paris atau tidak terbiasa menggunakan transportasi umum.  Makanya sangat disarankan untuk membeli PVC.  Penghematan ketiga.


Paris Visite Card yang sangat bermanfaat dan hemat


Sebenarnya banyak sekali tempat wisata menarik di Paris, tetapi kembali lagi, semua tergantung ketersediaan waktu dan kemauan kita sendiri.  Bagi yang belum pernah ke Paris, kalian wajib ke tempat-tempat yang menjadi icon atau landmark kota Paris.  Yang pertama pastinya menara Eiffel.  Caranya sangat mudah menuju ke Eiffel, cukup naik metro jurusan Trocadero.  Keluar dari stasiun Trocadero, jalan kaki 10 meter langsung akan terlihat menara Eiffel yang berdiri tegak menanti kedatangan pengunjung.  Kebanyakan orang sudah tidak sabar ingin mengambil gambar disini.  Kalau anda tiba di sore hari, di Trocadero inilah background view Eiffel-nya bagus karena tidak melawan sinar matahari.  Langit akan terlihat sangat biru.  Tapi kalau anda datang di pagi atau siang hari, sebaiknya mengambil gambar di sisi sebaliknya.  Anda harus turun dulu dari Musee National de la Marine ke arah jembatan Pont d'Lena dan lanjut berjalan kaki ke taman Champ de Mars.  Disinilah spot terbaik untuk foto dengan background Eiffel di pagi dan siang hari.


Eiffel dilihat dari Trocadero di siang hari

Pont d'Lena, jembatan ke arah Champ de Mars

Eiffel dilihat dari Champ de Mars


Yang kedua, Arc de Triomphe, termasuk icon dan landmark kota Paris.  Pokoknya kalau orang lihat gambar bangunan seperti gerbang ini, pasti mereka langsung tahu kalau itu Paris.  Arc de Triomphe adalah monumen untuk mengenang kemenangan Napoleon dalam perang. Kalau mau kesini, naik metro jurusan Charles de Gaulle-Etoile karena turun dari stasiun ini anda akan langsung dapat 2 tempat wisata sekaligus yaitu Arc de Triomphe dan Champs Elysees, surga belanja bagi kaum jetset yang suka produk dari brand-brand internasional seperti Cartier, Montblanc dan lain-lain.  


Diresmikan pada tahun 1836
Butik-butik elite di Champs Elysees


Yang ketiga, Notre Dame,  Katedral utama kota Paris ini sangat terkenal namanya sampai pernah dibuat film oleh Disney pada tahun 1996, The Hunchback of Notre Dame. Disamping sebagai tempat ibadah umat Nasrani, Notre Dame adalah titik 0 km kota Paris.  Semua tempat jaraknya dihitung dari Notre Dame, oleh karena itu keberadaan katedral ini menjadi sangat penting bagi Paris.  Sayangnya, waktu aku kesini, Notre Dame sedang diperbaiki pasca kebakaran tragis bulan April yang lalu.  


Bentuk katedral pasca kebakaran bulan April lalu


Yang keempat adalah yang paling unik.  Bangunan ini bukannya ciri khas Paris, melainkan icon atau landmark negara Mesir.  Dan bangunan ini pun berada di salah satu museum yang bukan satu-satunya museum di Paris, bahkan bisa dibilang bukan museum terbesar di negara ini.  Tapi Pemerintah Perancis berhasil membuat bangunan ini menjadi sangat terkenal dan masuk jajaran icon kota Paris.  Adalah piramid kaca di museum Louvre.  Bentuknya yang unik dan di kelilingi oleh bangunan tua gaya Eropa menjadi piramid ini destinasi utama para pelancong.  Untuk sekadar foto di piramid ini tidak dipungut biaya, anda tinggal masuk dari gerbang utama pintu museum Louvre tepatnya di depan stasiun metro Palais Royal Musee du Louvre.  Bahkan di sortie atau pintu keluar stasiun ini terdapat beberapa bangunan penting yang cocok untuk menjadi background foto.  


Stasiun metro

Gerbang masuk museum Louvre

Bangunan di sekitar stasiun metro

Gedung di dalam Louvre

Inilah Louvre Pyramid, salah satu icon kota Paris




Kalau sudah mengunjungi ke 4 landmark itu artinya anda sudah lulus dan benar-benar membuktikan pernah ke Paris.  Destinasi berikutnya tergantung dari anda sendiri.  Yang suka belanja produk brand internasional bisa melanjutkan ke galeri Lafayette. Yang suka sneakers sepertiku, sebaiknya mampir ke Chatelet, distrik ekonomi atau area belanja yang sangat terkenal di Paris.  Chatelet juga merupakan station transit metro terbesar karena semua jurusan melewati stasiun ini.  Disini banyak sekali counter-counter individual produk sneakers terkenal seperti Nike, Vans, Puma atau yang gabungan berbagai merk seperti Footlocker, Size dan lain-lain.  Di sekitar Chatelet juga terdapat beberapa spot menarik untuk berfoto seperti Fontaine des innocents, air mancur bergaya Renaissance yang dibangun di masa kekuasaan Raja Henri IV.


Surga belanja

Tidak pernah sepi

Sneaker shop ada disini

Belanja dan belanja

Berapa box sneaker itu?


Fontaine des innocents


Aku juga menyempatkan diri mengunjungi Stadium Les Parc des Princes tempat markas klub sepak bola Paris Saint Germain (PSG) yang disegani di Perancis.  Di seberang stadium terdapat Megastore yang menjual produk-produk yang berkaitan dengan klub PSG.  Semua asli khususnya jersey yang sama dipakai oleh pemain PSG.  Para fans PSG selalu memadati toko ini karena disamping berburu produk-produk PSG, mereka dapat bertemu antar penggemar atau kalau mujur berkesempatan ketemu dengan pemain PSG.


Spot berfoto terbaik

Megastore, toko khusus merchandize PSG

Bawaannya pengin borong semuanya

Mau ada nama dan nomor sendiri di jersey?


Lokasi Les Parc des Princes sebenarnya berdekatan dengan Rolland Garros, stadium tempat pertandingan tenis grand slam Perancis Terbuka.  Jadi, bagi penggemar tenis, mereka bisa sekaligus berkunjung ke Rolland Garros.  Namun searah dengan perjalanan ke stadium lapangan tanah liat itu, tidak ada salahnya mampir ke botanical garden atau kebun tanaman Jardin des serres d'Auteuil.  Bangunannya unik, koleksi tanamannya banyak dan tersedia toilet gratis yang bersih dan terawat baik.


Botanical garden di dekat stadium

Spot terbaik untuk foto


Bagi yang suka ngemil, perlu dicoba toko-toko kue kering yang ada stasiun metro atau ada di pinggir jalan seperti La mie caline, hmm.......kuenya fresh dari oven dan rasanya enak banget.  Atau yang ingin nyimpan makanan ringan atau minuman di hotel atau dalam perjalanan, bisa mampir ke Monop, Carrefour atau supermarket lainnya. Harganya, jauh lebih murah daripada di restaurant.  Untuk makanan halal pun banyak di Paris.  Restaurant Timur Tengah atau yang berbau Arab dan Turki bisa dikatakan halal semua.  Kalau di dekat hotel Mercure Gare de Lyon, restaurantnya ada di seberang depan stasiun. Harganya murah, tapi porsinya besarrrrr bangettzz....... Kalau masih susah nyarinya, kalian bisa pergi ke KFC yang serba ayam semua, hanya bentuk pelayanannya berbeda disini.  Anda harus pilih dan pesan makanan/minuman di mesin order, lalu bayar sekalian dengan menggunakan kartu kredit.  Tapi kalau ingin bayar cash, anda harus ke counter order atau pay untuk bayar, lalu antri orderan datang di depan counter pengambilan makanan.  Yang kerap jadi masalah, mereka teriaknya pakai bahasa Perancis bila menyebutkan nomor order yang sudah siap diambil. 


La mie Caline

Buah-buahnya fresh semua

Minumannya macam-macam

Ada yang self service ada juga yang dilayani kasir

Untuk beli oleh-oleh makanan pun oke juga


So, tidak ada alasan sekarang untuk tidak jalan-jalan ke Paris.  Transportasi hemat, penginapan hemat, makan hemat.  Belanjanya doang yang ngga hemat hehe...........maklum yang satu ini tidak masuk hitungan dalam penghematan, sangat personal.  Yang penting perjalanan kita menjadi lebih murah, meriah, aman, seru dan tetap penuh gaya.