Rabu, 26 September 2018

Anjangsana ke kota dunia, Geneva

Tidak semua orang tahu kalau ditanya tentang Geneva (baca: Jenewa) karena kota ini kalah ngetop dengan Zurich yang sering dipromosikan oleh agen-agen wisata/perjalanan di Indonesia.  Paket tur ke negara Eropa Barat khususnya ke Swiss cenderung diarahkan ke Zurich.  Cukup beralasan karena memang Zurich lebih besar dan lebih ramai daripada Geneva, bahkan jauh lebih populer daripada Bern, ibukota Swiss.  Nasibnya sama seperti Australia.  Kota Sydney, Brisbane, Gold Coast, Melbourne, semuanya lebih terkenal daripada Canberra. Alasannya cukup masuk akal, karena mereka tidak ingin semua aktifitas perekonomian dan pembangunan terpusat di satu titik yang berakibat munculnya masalah-masalah sosial seperti yang terjadi di negara kita.  Mereka ingin pemerataan pembangunan, sehingga ada kota-kota besar lainnya sebagai pelengkap dan penopang perekonomian bangsa.  Berbanding terbalik dengan negara kita, Jakarta masih menjadi sentral kehidupan dan roda perekonomian Indonesia.  


Mendarat di bandara Geneva

Sisi udara bandara


Terbang ke Geneva sekarang sangat mudah ditempuh dari Bandara Soekarno-Hatta Jakarta.  Lebih dari 10 maskapai menyediakan penerbangan kesana dengan hanya 1 kali transit di homebase mereka masing-masing.  Kali ini aku pilih terbang bersama Etihad, maskapai Timur Tengah yang bermarkas di Abu Dhabi karena aku hanya akan transit di negara Uni Emirat Arab itu selama 2 jam 50 menit.  Aku termasuk penumpang yang tidak suka jam transitnya terlalu lama, nyusahin dan bikin bete bawaannya karena ada juga maskapai yang 'memaksa' kita berlama-lama transit di bandara negara itu dengan tujuan supaya kita berbelanja.  Mungkin bagi ibu-ibu yang doyan belanja cocok juga kali ya...??


Check-in area bandara Geneva

Ruang tunggu


Geneva adalah kota kecil di ujung bawah negara Swiss yang berdekatan dengan Itali.  Meskipun kota ini cenderung macet di jam-jam berangkat dan pulang kantor, tapi jangan sekali-kali membandingkan Geneva dengan Jakarta.  Jauhhh.......Masih kalau ramai baik itu dilihat dari jumlah manusianya atau pusat-pusat perbelanjaannya.  Migros dan Manor, 2 nama yang sangat terkenal di Geneva.  Migros, supermarket (ada juga yang kecil sekelas Alfamidi) yang menyediakan kebutuhan pokok seperti sayuran, susu, keju, bumbu dapur, coklat atau barang-barang yang dikonsumsi setiap hari warga.  Kalau Manor ini cenderung menyediakan pakaian, sepatu, perkakas rumah tangga dan souvenir.  Sama seperti kota-kota lainnya di Swiss, Geneva juga memiliki toko-toko penjualan jam tangan.  Berbagai merk jam tangan buatan Swiss ada disini.  Ada yang baru, ada juga yang 'second'.  Ada yang counter khusus untuk 1 atau 2 brand, ada juga yang menyediakan beberapa brand terkenal.  Pokoknya bagi penggemar atau kolektor jam tangan, negara ini 'surganya'.  


Kota Geneva-1

Kota Geneva-2

Kota Geneva-3

Kota Geneva-4


Karena kecilnya ukuran kota Geneva, maka kita cukup berjalan kaki menelusuri sudut kota.  Tapi kalau kita malas berjalan kaki, kita bisa bepergian menggunakan transportasi publik seperti bus, kereta, trem atau sejenis bus yang dioperasikan menggunakan kabel listrik yang membentang di sepanjang jalan.  Kita bisa naik angkutan umum itu secara gratis dengan meminta kartu dari hotel tempat kita menginap.  Katanya, ini bagian dari promosi Pemerintah setempat kepada turis agar mereka pro ke angkutan masal, sekaligus mengurangi kepadatan lalu lintas kendaraan di Geneva.  Sangat efektif untuk menarik wisatawan.


Katedral utama

Bangunan tua terawat dengan baik

Jalan sepi bila di jam kerja

Jalan raya lengang di jam kerja

Stasiun kereta api

Kereta beroperasi 24 jam


Tempat wisata utama sebagai icon dari kota Geneva adalah jet d'eau.  Air mancur yang berada di dermaga tengah kota.  Kota Geneva memang berlokasi di pinggir danau Geneva.  Pemerintah membangun dermaga-dermaga di pinggir danau sebagai prasarana transportasi publik.  Jet d'eau ada di depan dermaga.  Sebenarnya lebih tepat dibilang air pompa yang disemprotkan ke atas dengan kekuatan yang tinggi sehingga terlihat seperti air mancur.  Sayangnya, air mancur ini tidak beroperasi 24 jam. Macam-macam alasannya. Ada yang bilang, sudah ada korban yang 'nekad' mendekatkan tangannya ke dalam semprotan air tersebut dan........tahu sendiri kalau air disemprotkan dengan kekuatan pompa yang sangat tinggi itu semprotannya seperti sebilah pisau.  Ada juga yang bilang, biaya listrik dan perawatan mesin pompa itu terlalu mahal, sehingga tidak mungkin dihidupkan 24 jam.


Icon sekaligus maskot kota Geneva

Pelabuhan di pinggir danau

Tempat warga kota bersantai

Difasilitasi oleh pemerintah setempat


Nah, yang lebih menjustifikasi bahwa Geneva sebagai kota dunia adalah berdirinya gedung-gedung organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa atau PBB yang sekaligus sebagai markas atau kantor pusatnya.  Ada gedung PBB itu sendiri, ada juga markas WHO (World Health Organization)/ Organisasi Kesehatan Dunia, ada ILO (International Labour Office)/ Organisasi Buruh Dunia, Palang Merah Dunia, dan lain-lain. Yang tidak boleh dilupakan adalah patung kursi rusak yang berada di depan pintu gerbang utama PBB.  Broken chair ini menandakan bahwa kekuasaan yang berlebihan menimbulkan tirani dan pemimpin yang otoriter.  Kepemimpinan yang zalim akan membangkitkan perlawanan rakyat yang dapat menumbangkan kekuasaan.


Kantor PBB

Spot terbaik untuk berfoto

Kantor ILO

Kantor Pusat Palang Merah Dunia

Broken chair


Dulu, kantor pusat ICAO (International Civil Aviation Organization) / Organisasi Penerbangan Sipil Dunia atau organisasi induk semua pelaku industri penerbangan, berlokasi disini.  Juga IATA (International Air Transport Association)/ organisasi induk perusahaan penerbangan/airlines dan ACI (Airport Council International)/ organisasi induk perusahaan bandara/airport, bermarkas di Geneva.  Tapi sekarang, semuanya telah pindah ke Montreal Canada.  Namun keberadaan kantor mereka di Geneva tetap ada, meskipun sudah beralih fungsi menjadi kantor perwakilan.


Kantor IATA Center


Untuk kuliner, harus dicoba fondue, makanan khas masyarakat Geneva.  Makanan ini terbuat dari keju asam yang dipanaskan di tungku sehingga menjadi cairan kental seperti fla.  Aromanya sangat menyengat dan rasanya juga sangat kuat.  Kalau yang tidak suka atau tidak biasa makan keju, pasti sekali coba sudah langsung berhenti karena rasanya itu tadi yang asam dan agak getir diakhirnya.  Cara makannya dengan mencelupkan roti tawar yang dipotong kecil-kecil ke dalam panci yang berisi fondue lalu disantap panas-panas.  Kalau sudah dingin, rasa kejunya justru makin keras dan biasanya orang lokal tidak suka.  Mereka ada yang menyantapnya dengan kentang rebus dan ditemani dengan segelas red wine.


Tungku pemanas dan kentang rebus

Kaju cair dan roti tawar


Di Geneva juga terdapat museum yang menjadi destinasi para wisatawan, namanya Romain museum.  Di museum yang super kecil ini tersimpan peninggalan sejarah bangsa Romawi seperti dinding atau material yang digunakan untuk bangunan, alat-alat masak, perangkat berperang dan lain-lain.  Meskipun kecil, museum ini tertata dan dirawat dengan baik, serta artistik, sehingga kita tidak bosan berada di dalamnya.  


Pintu depan museum

Artifak romawi

Miniatur pembangunan gedung

Bersih, layout menarik dan nyaman

Banyak juga dikunjungi wisatawan


Sudah barang tentu, sama seperti kota-kota di Eropa, di Geneva juga menyimpan sejarah monarki atau kerajaan berupa istana atau puri tua.  Tepatnya di kota tua Nyon. Salah satu puri yang dibuka untuk umum dan kukunjungi yaitu Le Chateau de Nyon.  Meskipun berukuran kecil, puri ini sangat terkenal di Geneva.  Di dalam puri ini juga terdapat museum untuk mengenal lebih dekat sejarah tentang Le Chateau ini. 


Le Chateau de Nyon

Ruang pameran di dalam museum

Ruang pamer kerajinan berbahan gelas mendominasi museum

Ruang pameran untuk produk-produk berbahan kayu

Ruang pameran foto-foto jadul

Salah satu lukisan dalam ruang pameran


Kalau ada waktu panjang, mampirlah ke Cern, kota yang berada di pinggiran ini jarang dikunjungi wisatawan asing karena kebanyakan mereka lebih menyukai tempat yang rileks, menyenangkan, banyak makanan atau tidak jauh seperti pantai, danau, gunung, istana.  Tapi bagi penyuka science atau ilmu pengetahuan, mereka akan sangat terhibur bila mengunjungi Cern.  Disinilah kita akan belajar tentang partikel, atom, energi, dan teori-teori tentang relativitas.


Gedung masuk, gratis

Gedung pameran tentang ilmu perbintangan

Salah satu sisi dalam ruang pameran

Barang pameran di luar gedung


Uniknya disini kita dapat mengetahui kekuatan cahaya sekaligus belajar tentang muon partikel amat kecil yang muncul ke masa depan  Atau lebih mudahnya dibilang objek yang ada di masa lalu dibawa menembus relung-relung waktu dan muncul di masa depan, atau sebaliknya.  Pernah lihat serial time tunnel? Manusia bisa dengan mudahnya menggunakan mesin penjelajah waktu dapat keluar masuk di masa lalu dan masa depan.  Atau pernah dengar cerita John Titor, manusia yang mengaku pernah hidup di tahun 2036 muncul di tahun 2000?  Kalau bicara teknologi, kita akui bisa jadi dulunya kita tidak pernah percaya kalau itu terjadi, misalnya hand phone yang bisa video call?  Tahun 1876 Alexander Graham Bell menemukan telephone hanya sekadar kabel yang dapat mengirim suara ke si penerima, itupun punya keterbatasan jarak dan cuaca.  Tapi sekarang, telepon kabel sudah tidak laku, materi yang dikirim pun tidak hanya suara, melainkan gambar dan tidak dipengaruhi oleh faktor jarak.  Atau sama seperti teknologi yang bisa mendaratkan manusia ke bulan?  Terbayang tidak manusia bisa melewati lapisan-lapisan atmosfer dan hidup di planet hampa udara?


Ruangan astronomi-1

Ruangan astronomi-2

Produk pameran-1

Mirip mesin penjelajah waktu kan?



Jadi banyak yang dapat kita lakukan untuk menghibur diri di Geneva.  Semua tergantung dari selera masing-masing.  Hanya ada satu yang perlu diantisipasi atau disiapkan sebelum kita jalan-jalan ke kota ini yaitu 'bekal' yang banyak karena disini tidak ada yang murah.  Geneva masih masuk sebagai 10 kota termahal di dunia.