Senin, 15 Januari 2018

Jalan Jalan ke Shenzhen Ngga Bikin Bosen

Shenzhen sudah tidak asing lagi bagi orang Indonesia karena banyak sekali program tour ke China yang menawarkan kunjungan ke kota ini.  Biasanya tour ke Shenzhen digabung dengan ke Hong Kong dan Macau.  Maklum saja, ketiga kota ini berdekatan lokasinya dan mempunyai keunggulan masing-masing.  Hong Kong masih menjadi surga belanja dan lebih bergaya western meskipun sudah kembali di bawah kekuasaan Pemerintah RRC.  Sedangkan Macau lebih dikenal sebagai surga bagi para gambler atau penjudi karena disinilah terdapat kasino yang lumayan besar untuk ukuran Asia.  Dan di Macau, kita bisa melihat peninggalan bersejarah kolonial Portugis seperti benteng atau gedung-gedung bergaya Eropa.  Tapi kalau Shenzhen, benar-benar China punya.  Kota ini disulap oleh Pemerintah China menjadi kota metropolitan baru yang tidak kalah dengan kota-kota besar lainnya di China.


Kota Shenzhen yang dipenuhi gedung pencakar langit

Mirip Hong Kong


Shenzhen memang mirip Hong Kong.  Gedung pencakar langit ada dimana-mana, shopping mall tersedia di setiap sudut kota, transportasi yang modern di segala moda seperti kereta api, bus dan transportasi laut, serta penduduk yang terbiasa berjalan cepat, benar-benar serasa kita berada di Hong Kong.  Tapi Shenzhen bukanlah Hong Kong.  Pemerintah China lebih bangga dengan Shenzhen daripada Hong Kong karena Shenzhen sepenuhnya dibangun oleh Pemerintah China.  Tidak ada yang berbau kolonial disini.


Suasana kota-1

Suasana kota-2

Suasana kota-3

Suasana kota-4

Suasana kota-5

Suasana kota-6


Justru sekarang Shenzhen menjadi surga belanja menggantikan Hong Kong.  Brand-brand Internasional ada disini.  Bahkan turis yang hobby belanja akan terpuaskan disini apalagi bagi penggemar produk ternama tetapi kemampuannya terbatas.  Ya, Shenzhen punya produk-produk KW yang memang di China lah pusatnya.  Tidak ada yang meragukan kepandaian negara yang satu ini dalam hal meniru suatu produk.  Semua bisa dibuat disini.  Tapi kita harus hati-hati kalau menggunakan produk KW itu di Eropa atau di Amerika, bisa-bisa kita dilaporkan ke polisi, barang kita disita dan dihancurkan, kita pun dikenakan denda serta diblack-list masuk ke negara itu. 


Shopping center produk-produk murah

Area terbuka dekat dengan stasiun kereta dan pelabuhan Luohu

Gedung berciri khas China


Selain sebagai kota industri dan perdagangan, Shenzhen memantapkan diri sebagai kota tujuan wisata.  Adalah Splendid of China yang kerap menjadi destinasi wisatawan dalam dan luar negeri.  Tempat wisata ini sangat luas dan merupakan tempat yang tepat untuk mengenal lebih jauh tentang budaya, suku-suku dan tradisi masyarakat China. 


Bagian luar Splendid of China

Pengunjung selalu berfoto disini

Tangga masuk area

Pengunjung pun sering berfoto disini

Area pertama setelah tangga masuk

Kendaraan keliling area disediakan, tapi tidak gratis


Aku bisa betah seharian berada disini.  Bagaimana tidak?  Aku benar-benar menyukai hal yang tradisional, otentik, yang menggambarkan negara atau daerah itu, bukan tradisi atau budaya lain yang diusung dan dipamerkan apalagi diklaim menjadi budaya negeri sendiri.  Makanya aku kurang suka dengan Window of the world, salah satu tempat wisata di Shenzhen yang mengusung semua landmark dunia seperti menara Eiffel, Big Ben, dll. Lebih baik kita datang langsung ke negara asalnya daripada melihat tiruannya. Masa' foto menara Eiffel di China?  Namun, di Splendid of China ada banyak tempat menarik untuk dikunjungi, salah satunya yang bikin adem mata kita.  Di tempat ini terdapat taman-taman yang tertata rapi, bersih dengan desain yang menarik sehingga tidak sedikit pengunjung yang mampir dan berfoto disini.



Taman romantis

Miniatur taman Tianmen

Taman di bagian tengah

Hijau dan bersih


Di Splendid of China aku  dapat mengenal kebudayaan masyarakat Yunan yang konon adalah nenek moyang orang Indonesia.  Kalau diperhatikan dari pakaian dan rumah adatnya memang mirip banget dengan suku dayak yang ada di Kalimantan.  Bahkan peralatan berkebun, perkakas rumah tangganya pun mirip yang ada di Indonesia.  Lay out rumah yang memisahkan antara tempat untuk tidur dengan tempat masak atau tempat untuk bersantai seperti bale-bale, menunjukkan ada kemiripan dengan masyarakat Indonesia. Jadi aku tidak ragu kalau mereka adalah asal dari nenek moyang kita.


Mereka banyak membangun tugu-tugu penyembahan

Rumah adat suku Yunan

Pakaian adat dan perkakas rumah yang digunakan


Kalau kulihat dengan akurat, beberapa budaya suku-suku yang ada China mirip dengan budaya di negara lain.  Ada yang seperti di Thailand dengan kuil-kuil Budha dan gajahnya, ada juga yang mirip di Kamboja dengan kuil-kuil Hindunya.  Tidak bisa dipungkiri, China adalah negara dengan wilayah yang super luas dan populasi penduduk yang terbesar di dunia.  Sudah barang tentu, China punya banyak suku atau budaya yang beraneka ragam.  Tidak menutup kemungkinan mereka hijrah ke negara-negara tetangga sekalian membawa budaya dan tradisi leluhurnya.


Lebih mirip suku pedalaman

Mirip dengan budaya Thailand

Apalagi dengan gajah-nya

Seperti rumah adat di Kalimantan

Gapura-gapura mirip di Kamboja

Unik dan menarik

Terkesan religius


Tidak hanya suku-suku yang ada China, tetapi di Splendid of China kita juga bisa melihat miniatur temple atau lebih mirip istana kerajaan yang ada di negeri tirai bambu ini.  Meskipun berukuran kecil tetapi dibuat dengan skala yang presisi dan mirip betul dengan aslinya.  Kalau kita berfoto disini terlihat seperti raksasa dan liliput.


Temple-1

Temple-2

Temple-3

Temple-4

Temple-5

Temple-6

Temple-7


Salah satu tempat menarik lainnya justru ada di bandara, khususnya di bagian dalam terminal penumpang.  Bentuk atau design-nya lebih bagus dari bandara yang ada di Guangzhou.  Disamping menggunakan material bangunan yang bagus dan terlihat megah, bandara ini dilengkapi dengan peralatan canggih yang membuat bandara ini semakin wah!


Megah terlihat dari luar

Jalan yang lebar menuju terminal

Penjagaan super ketat demi ketertiban

Terminal terlihat dari luar


Ada beberapa hal yang dapat ditiru oleh pengelola bandara di Indonesia, seperti tempat untuk menata kembali isi kopor yang terkadang membuat repot penumpang, juga penempatan alat pemadam api ringan yang rapi di dalam sebuah laci yang multi fungsi.  Serta yang paling menarik bagiku adalah adanya jalur jalan cukup lebar di atas lantai dengan warna biru yang mengarahkan penumpang menuju area boarding.  Dijamin, penumpang setelah check-in akan dengan mudah menemukan area boarding bila mengikuti jalur itu.  Maklum terminal ini lumayan besar, banyak penumpang dan konter-konter komersil, serta signage di area check-in.  Kalau tidak dibantu dengan signage lantai tadi, tidak menutup kemungkinan penumpang yang tidak familiar dengan bandara ini pasti mondar mandir tidak jelas arah.


Langit-langit dan pilar yang terlihat mewah

Check in counter

Hiasan di bagian tengah

Tempat merapikan isi bagasi

Boarding lounge


Bicara tentang makanan, Shenzhen tidak kalah dengan Guangzhou.  Aku punya rekomendasi tempat makan yang enak, ramai dan halal.  Sayangnya aku tidak ingat nama kedua restaurant itu.  Maklum saja, semuanya tertulis dalam huruf China dan aku tidak bisa membacanya.  Tapi jangan khawatir, aku punya foto-foto untuk menggambarkan kondisi restaurant itu beserta menu andalannya.  Yang pertama ini, mereka mengklaim super halal, karena hanya menggunakan daging sapi.  Bahkan mereka sengaja memperlihatkan potongan daging-daging sapi itu di pintu masuk, tepatnya di counter pengambilan nomor antrian.  Ya, kalau mau makan disini kita harus antri karena tempat ini tidak pernah sepi pengunjung setiap hari.  Para pengunjung pun rela antri berbaris di lorong pintu masuk.  Terkadang sampai 1 jam, mereka baru dapat meja.  Hebatnya, mereka tidak ada yang komplain.


Restaurant serba daging sapi

Counter pengambilan sambal sesuka hati pengunjung

Tidak pernah sepi pengunjung

Siap direbus dan disantap


Tempat makan yang kedua lebih mudah dicapai karena berada di dalam mall.  Awalnya aku agak ogah kesini karena kurang suka dengan restaurant bergaya mall.  Aku lebih suka yang bangunan khusus, terpisah dari mall atau keramaian, sehingga restaurant itu terlihat special.  Tapi karena saat itu aku juga sedang mencari sesuatu di mall tersebut, pikir punya pikir tidak ada salahnya mencoba sesuatu yang baru di tempat ini.  Apalagi tempat makan itu mempromosikan masakan khas Yunan dan terlihat ramai pengunjung, pasti saja makanan disini enak rasanya.  Aku memang penasaran dengan Yunan.  Apakah memang benar ada kaitannya dengan penduduk Indonesia yang bernenek moyang suku Yunan dari China?  Kalau dari rumah adat dan atribut lainnya sudah terlihat mirip suku-suku pedalaman di Indonesia, tapi aku ingin mengenal dari sisi makanan.  Dari masakan yang disajikan dan kurasakan,  aku semakin yakin kalau nenek moyang kita berasal dari sana.



Masuk di mall sebelah kanan itu

Seragam pelayan restaurant

Sup ikannya enak, segar mirip tom yam

Rempah-rempah yang digunakan mirip di Indonesia


Itulah acara jalan-jalanku ke Shenzhen.  Singkat, padat dan pas untuk mereka yang tidak punya banyak waktu seperti aku.  Orang bijak bilang, bersenang-senanglah sebelum kesempatan itu hilang, dan berbahagialah sebelum bahagia itu pergi.  Kerja untuk hidup, bukan hidup untuk kerja kan?  Ada masanya kita mengumpulkan uang, tapi ada masanya juga untuk menggunakan uang hasil jerih payah kita itu.  Bahagia milik semua orang, termasuk bahagia karena terpenuhinya sebuah keinginan atau karena berimbangnya kerja keras dengan kesenangan.  Kita lanjutkan untuk perjalanan berikutnya.