Minggu, 04 Juni 2017

Sri Lanka, Singgasana Sang Budha Yang Melegenda

Patung Budha di tengah kota



Srilankan Airlines dengan nomor penerbangan UL365 membawaku terbang dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta Jakarta ke Bandaranaike Colombo di Sri Lanka.  Aku harus hati-hati dan benar dalam penulisan nama negara ini karena selama ini kita sering menulisnya salah.  Penulisan yang benar adalah dipisah antara Sri dan Lanka.  Tepatnya ditulis Sri Lanka, bukan Srilanka seperti biasa kita menulis nama Negara ini.  Dan sekarang,  Srilankan Airlines adalah satu-satunya maskapai penerbangan dari Sri Lanka yang terbang ke Indonesia memberikan pelayanan premium langsung dari Jakarta ke Colombo.  Dulu ada Air Lanka dan Mihinlanka yang sudah tidak beroperasi lagi di Jakarta.  Dengan armada Airbus 321 dan jarak tempuh 4,5 jam, aku merasakan pelayanan yang sangat baik dari para air crew.  Ini bukan karena aku duduk di bangku terdepan business class, tapi menurut testimoni sebagian besar orang, pelayanan di udara Srilankan Airlines sangat bagus.  Pramugarinya ramah-ramah.  Makanan di udaranya pun enak, pas di lidah kita karena full dengan rempah seperti makanan Indonesia.


Front row in business class


Bagi yang belum pernah terbang dengan Srilankan Airlines, pasti merasakan sesuatu yang unik dari penampilan pramugari-nya.  Kita mungkin sudah terbiasa melihat pramugari berpakaian sexy dengan belahan sampai pangkal paha.  Atau potongan baju yang sangat ketat sehingga jelas mempertontonkan lekuk tubuh sang pramugari.  Tapi di Srilankan Airlines, anda akan mendapat ‘lebih’.  Tahukan baju sari ala India?  Nah, seperti itulah seragam pramugari Srilankan Airlines, ketat dan sedikit terbuka di bagian perut.  Sayangnya, ada pramugari ‘senior’ yang sedikit mengganggu pemandangan.  Menurutku, lebih baik dia menutup semua bagian yang terbuka itu.


Teh asli Sri Lanka yang selalu pakai susu


Menu makan siang kali ini lumayan bervariasi yang disediakan dalam penerbangan UL365.  Ada Tikka chicken breast, Seer fish curry, Braised leg of lamb dan vegetarian choice bagi yang tidak suka makan makanan dari binatang.  Sedangkan sajian umum seperti appetizer dan dessert, tidak jauh berbeda dengan airlines kelas premium lainnya.  Kita bisa memilih makanan penutup berupa a seasonal assortment of the finest fresh fruit alias irisan buah-buahan segar pilihan, atau bread and butter pudding with almond flakes yang kupilih saat itu.  Kita juga bebas menikmati wine, minuman bersoda atau minuman beralkohol.  Saranku, sebaiknya pilih teh asli Sri Lanka dan ikuti kebiasaan atau cara orang Sri Lanka meminum teh.


Pelayanan yang berkelas dan berkesan


Bicara tentang visa ke Sri Lanka, kita punya 2 pilihan.  Beli langsung via online atau datang ke counter Visa On Arrival di bandara Bandaranaike Colombo.  Tarifnya murah, hanya 35 dollar.  Bagi yang beli online, kalian harus print out bukti approval atau persetujuan dari Kedutaan Sri Lanka.  Ini buat jaga-jaga saja kalau petugas imigrasi reseh.  Mereka pun sebenarnya bisa langsung tahu dari komputernya apakah kita ini disetujui masuk Sri Lanka atau tidak. Tapi kembali lagi, lebih baik kita antisipasi kondisi yang tidak diinginkan. 


Pesawatku baru saja mendarat di Colombo
Bandara Bandaranaike Colombo Sri Lanka dari sisi udara
Lounge di terminal


Bandaranaike berukuran lebih kecil daripada terminal 2 Bandara Soekarno-Hatta, tapi bangunannya lebih modern.  Yang unik adalah barang-barang yang dijual di duty free.  Pasti kita tidak pernah terbayang kalau di duty free jualan TV, mesin cuci atau alat-alat rumah tangga berukuran besar.  Tapi di Bandaranaike, barang-barang seperti itu sudah lumrah.  Aku sampai terbengong-bengong melihat penumpang pulang membeli TV layar lebar di duty free.  Sedangkan yang unik satu lagi yaitu penjemput.  Para penjemput khususnya dari para agen perjalanan diperboleh masuk ke area kedatangan, namun ruang gerak mereka dibatasi dalam suatu area yang diberi queue line.  Bagi yang pertama kali berkunjung ke Sri Lanka, aku jamin pasti bingung karena jumlah mereka banyak banget dan semuanya bawa banner kertas dengan tulisan nama penumpang yang dijemput.  Cara termudahnya, lebih baik janjian di counter-counter agen perjalanan yang banyak menempati space di area kedatangan.  Tidak usah memaksa diri mencari penjemput kita, waktu kita akan habis terbuang. 


Duty free di arrival hall lantai 2 bandara
Menuju baggage claim area
Baggage claim area
Penumpang ramai di ruang pengambilan bagasi
Penjemput pun lebih ramai di ruangan dalam kedatangan


Penduduk Sri Lanka mayoritas beragama budha, makanya disini kita akan sering melihat patung-patung Budha di sepanjang perjalanan.  Bila patung tersebut berada di seberang jalan raya, maka kebanyakan diberi kaca agar tetap terjaga kebersihannya.  Ada juga yang menempatkan patung Budha di puncak bukit.  Mereka sangat percaya kekuatan sang Budha yang akan memberikan ketenangan, kebahagiaan, kemakmuran dan petunjuk hidup bagi mereka.  Bagi turis yang belum pernah melihat fenomena ini pasti akan tertarik untuk mengetahui lebih jauh kehidupan penganut agama Budha sekaligus kehidupan sang Budha saat itu.  Oleh karena itu, kalau berkunjung ke Sri Lanka akan belum lengkap bila tidak mengunjungi Rock temple di Dambulla.  Lokasinya sangat jauh dari bandara.  Butuh 4 jam perjalanan dengan mobil.  Dengan mempertimbangkan jadwal pendaratan pesawat Srilankan Airlines, maka kuputuskan untuk bermalam di Dambulla karena kalau harus berangkat dari Colombo akan lebih lama lagi dan aku tidak akan puas menikmati wisata utama di Sri Lanka.


Negeri Budha, semua serba Budha
Posisi sang Budha sedang tidur


Memasuki area rock temple, kita akan bertemu dengan Sumawathe stupa yang telah berusia 1500 tahun.  Bangunan stupa ini mirip dengan yang di Borobudur, hanya bahan pembuat stupa-nya yang berbeda.  Disini, stupa dibuat dari tumpukan batu bata merah, oleh karena itu bentuknya standard dan tidak ada ukiran apapun seperti di Borobudur.  Di area stupa banyak kita temui monyet-monyet liar.  Untungnya mereka tidak galak.  Mungkin sudah biasa melihat turis. Dan keberadaan mereka ternyata ada dimana-mana. 


Stupa Sumawathe
Terbuat dari batu bata merah


Untuk mencapai rock temple, kita harus beli tiket masuk 1500 Rupee terlebih dahulu.  Counter tiket berada persis di anak tangga pertama menuju puncak bukit.  Jumlah anak tangganya  504, lumayan curam dan berbahaya bila gerimis atau musim hujan karena akan sangat licin dan berpotensi menimbulkan musibah.  Apalagi kalau melihat para orang-orang lanjut usia yang kelelahan menuju puncak.  Seharusnya Pemerintah setempat menyediakan handrail atau pegangan dan memperkokoh anak tangga yang terbuat dari batu karena beberapa batu tersebut dalam kondisi labil.   


504 anak tangga yang harus didaki
Monyet ada dimana-mana
Menarik perhatian para pengunjung
Bahkan cuek berpose
Berat bagi yang lanjut usia
Semakin ke atas, semakin curam dan berisiko
Tanpa pegangan dan sebagian tangga rusak

Rasa lelah mendaki akan terbayar bila kita sudah sampai di puncak dan masuk ke kuil Budha.  Tapi jangan lupa, ada peraturan disini yang mengharuskan kita melepaskan alas kaki apapun.  So, kita harus bertelanjang kaki memasuki kuil suci ini.  Kalau pakai kaos kaki masih diperbolehkan.  Bagi yang takut sepatu atau sandalnya hilang, jangan khawatir, disini disediakan tempat penitipan, tapi harus bayar 25 Rupee per pasang.  Di pintu masuk, penjaga akan menyobek lembaran kecil tiket dan mengecek alas kaki. 


Pemandangan dari puncak kuil
Pintu masuk kuil
Tempat penitipan alas kaki
Area depan, diluar gua atau kuil
Lonceng setelah pintu masuk


Ada 5 ruangan besar yang harus kita masuki di Rock temple.  Di ruangan pertama kita akan melihat patung besar Sang Budha saat menjelang ajal.  Ini kata guide yang mendampingiku selama perjalanan di Sri Lanka.  Bagi orang lain mungkin tidak ada bedanya bila melihat posisi patung tersebut, tapi bagi penganut agama Budha, mereka bisa membedakan makna dari posisi patung sang Budha.  Hanya di gua pertama kita akan menemui Sang Budha berposisi tidur menjelang ajal, selebihnya posisi sang Budha benar-benar sekadar tiduran. 


Sang Budha dengan posisi sedang tidur
Kata guide-ku ini posisi Sang Budha menjelang ajal
Dua patung di ujung kaki Sang Budha
Kaki Sang Budha


Di gua kedua kita akan bertemu dengan pemandangan yang lebih unik.  Disamping jumlah patung Budha yang lumayan banyak, disini kita akan melihat keajaiban air yang mengalir bertentangan dengan hukum alam.  Bukan dari atas ke bawah, melainkan sebaliknya dari bawah mengalir ke atas.  Air ini disucikan oleh penganut Budha, makanya dibuat ruangan khusus untuk menampung air itu. 


Budha-1
Budha-2
Budha-3
Budha-4
Budha-5
Budha-6
Budha-7


Disamping patung-patung Budha, pengunjung dibuat kagum dengan lukisan di atap setiap ruangan.  Konon bahan yang digunakan untuk melukis atap batu di dalam gua itu dari bahan-bahan alami yang punya daya tahan sangat tinggi terhadap kelembaban dan panasnya suhu di Sri Lanka.  Ya, udara di dalam gua itu sangat panas, dijamin kita bakal berkeringat kalau memasuki setiap ruangan. 


Lihat lukisan di atap gua
Budha meditasi dan kobra diatasnya
Sang Budha
Sang Budha (lagi)
Patung raja terakhir Sri Lanka


Ada satu lagi tempat wisata yang wajib dikunjungi di Sri Lanka yaitu the Lion Mountain atau ada yang menyebutnya sebagai Lion Rock.  Lokasinya tidak jauh dari Dambulla, tepatnya di Sigiriya.  Masalahnya, untuk mencapai puncak bukit batu itu, kita harus mendaki bukit yang sangat curam selama 3 jam.  Itu pun tergantung stamina kita.  Kalau tidak sedang fit bisa memakan waktu lebih lama.  Aku yang memang tidak punya banyak waktu, memutuskan tidak pergi ke istana sang raja yang ada di puncak bukit itu, melainkan cukup mengetahui sejarah pembangunan dan kehidupan sang raja dari museum Sigiriya yang ada di kaki bukit.


Memasuki area wisata Lion Rock
Tidak sempat mendaki, jadinya hanya ke museum Sigiriya
Jadi tahu banyak sejarah tentang Lion Rock
Contoh bangunan di atap Lion Rock
Contoh lukisan dinding di Lion Rock
Gambaran kehidupan para selir raja


Sayangnya di museum Sigiriya ini kita dilarang mengambil gambar isi museum.  Kalau sekadar bagian luar ruangan masih diperbolehkan.  Aku kesal banget dengan si guide yang lupa mempersilakan aku mengambil gambar bukit singa itu yang terlihat jelas dari museum.  Alamat aku tidak punya foto bukit itu, cuman tiket masuk museum yang dibaliknya ada gambar bukit Singa.  Mungkin karena aku kesal dengan dia, alih-alih untuk menebus kesalahan, aku dibawa ke spa tradisional di Sigiriya.  Selama 2 jam penuh aku dimanjakan dengan pelayanan pijat sekujur tubuh, sauna dengan ‘tabung’ tradisional yang terbuat dari kayu, lalu diakhiri dengan mandi uap di steaming room.  Kirain si guide membayari spa itu, ternyata tidak.  Tapi tidak apalah, tarif spa di Sri Lanka ini sangat murah, hanya 4000 Rupee (1 USD = 150 Rupee) atau hanya 27 dollar!


Gambar bukit singa di balik tiket masuk museum


Selama di Dambulla aku menginap di Rangiri Dambulla Resort.  Jangan dibayangkan seperti resort-resort di Indonesia ya, disini resort-nya sangat sederhana, bahkan jalan masuk ke resort ini saja tidak diaspal atau paving block, murni masih berupa tanah.  Aku sudah sampaikan masukan ke manager hotel untuk memasang minimal paving block biar kalau hujan tidak becek atau tapak kaki pengunjung tidak mengotori lantai hotel.  


Rangiri Dambulla Resort
Pintu masuk resort
Ruangan lobby resort
Kamar tidur di Rangiri resort
TV dan segala peralatan tersedia
Buah-buahan segar tersedia di kamar
Kamar mandi-1
Kamar mandi-2


Rangiri Dambulla Resort menyediakan berbagai bentuk ruangan atau lebih tepat dibilang rumah.  Ada yang berbentuk tenda, ada juga yang berupa rumah dengan teras dan pekarangan.  Setiap bangunan ada pembatas berupa area terbuka, sehingga tidak akan mengganggu siapa pun yang menginap di sebelahnya.  Disamping itu, di resort ini juga tersedia swimming pool ukuran kecil tetapi lumayan cantik disainnya. 


Rumah model tenda
Yang model ini tempatku menginap
Model rumah mungil di area belakang
Romantis dan landscape yang menawan
Ukuran besar untuk keluarga besar
Kolam renang di tengah area
Kebun buah dan sayuran di halaman belakang


Yang unik di resort ini adalah saat kita sarapan atau makan siang di restaurant yang berada persis di sebelah lobby area.  Bukan ala buffet atau prasmanan, disini kita dilayani bak raja.  Tata cara penyajian makanan berurutan mulai dari makanan pembuka sampai penutup.  Pelayan akan menyampaikan menu yang ada saat itu dan tamu dipersilakan memilih dan menentukan kapan menu itu disajikan.  Saat makan pun, pelayan akan berdiri dan mengawasi kita sambil menunjukkan sikap yang siap sedia melayani pengunjung.  Mereka akan dengan ramah menanyakan bagaimana rasa makanan dan cekatan dalam merapikan alat makan di setiap sesi penyajian.  Yang membuatku surprise adalah saat pelayan mengatakan bahwa semua bahan makanan kecuali ikan didapat dari kebun di sekitar resort. 


Menu sarapanku
Menu makan siangku
Restaurant di resort
Kebun sayuran
Sang bangau menyambut pagi


Aku memang tidak sempat mengeksplor ibukota Sri Lanka, Colombo karena aku lebih tertarik dengan mengunjungi wisata utama di Sri Lanka yang ada di Dambulla dan Sigiriya.  Colombo sama seperti kota-kota utama di Asia.  Padat dan ramai kendaraan hilir mudik.  Bangunan-bangunan tinggi pun banyak di kota yang terbagi atas 15 zona ini.  Sayangnya, aksesibilitas ke kota Colombo cuman satu, sehingga kalau kita sampai di tol menuju kota ini pas di jam berangkat kantor dan pulang kantor, siap-siap kita akan terjebak macet dimana-mana.  Makanya aku kurang bersemangat berlama-lama di Colombo. 


Town hall
Bandaranaike Memorial Building
Golden road kawasan elit di Colombo
Independence monument, fotonya gelap (sorry)


Hotel yang kupilih untuk bermalam di Colombo yaitu Hilton.  Memang Colombo sudah memiliki banyak hotel berbintang 5, juga gedung-gedung pencakar langit dan mal, tetapi kalau dibandingkan dengan Jakarta, masih kalah jauh.  Di Sri Lanka perbandingan kemajuan kota-kota besarnya sangat menyolok.  Kota terbesar kedua di negara ini, Kandy, kondisinya sangat jauh berbeda dengan Colombo.  Bahkan kalau dibandingkan dengan Tangerang saja, Kandy kalah jauh.  Tapi begitulah fenomena kota di Sri Lanka atau Ceylon, sebutan dari sang penjajah Inggris.  Unik dan menarik bagi wisatawan.  Penduduknya sangat ramah dengan pendatang.  Meskipun melindungi semua penganut agama, Sri Lanka lebih ‘Budha’ daripada Thailand, sehingga tidaklah salah kalau kita sebut Sri Lanka sebagai tempat singgasana Sang Budha.


Kamar tidur-1
Kamar tidur-2

Kamar mandi-1
Kamar mandi-2
Lemari dan mini bar

Sudah saatnya kita mengenal Sri Lanka, tujuan wisata murah, penduduknya ramah dan ada penerbangan langsung dari Jakarta . So, semuanya mudah.  Selamat berwisata...