Rabu, 12 Desember 2018

Yvoire, Daya Pikat Bagi Siapapun Yang Melihat

Memang betul, tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini.  Siapa sangka, sebuah kota yang sangat kecil di perbatasan suatu negara dan berpenduduk sangat minim jumlahnya, bisa mendatangkan devisa?  Dialah Yvoire, tempat wisata dengan luas 3,12 km2 di Perancis yang berada tepat di garis perbatasan dengan Swiss, dengan populasi dibawah 1.000 jiwa namun bisa mendatangkan devisa rata-rata diatas 1000 Euro setiap hari.  Artinya produktivitas penduduknya sangat tinggi, satu orang bisa menghasilkan 1 Euro lebih per hari!!


Boat, transportasi ke Yvoire


Awalnya aku juga ragu, apa sih menariknya berkunjung ke Yvoire?  Terbayang dipikiranku saat itu, bisa jadi ada sesuatu yang indah luar biasa disana yang tidak jauh dengan produk-produk andalan wisata Perancis seperti puri, istana kerajaan, taman atau gedung-gedung tua.  Atau kota di abad pertengahan ini punya nilai sejarah tinggi di masa perjuangan Perancis atau peradaban bangsa Eropa.  Kalau kita tanya mbah Google ya memang ada beberapa tempat wisata disana, tapi semua tidak bisa dinilai bila hanya sekadar baca artikel, lihat gambar atau dengar cerita teman.  Lebih baik kita lihat dengan mata kepala sendiri, bisa jadi obyek wisata itu bukan satu-satunya alasan orang bepergian kesana.  Mungkin saja ada faktor X yang menjadi daya tarik wisatawan.  Nah, silakan saja cari tahu jawabannya.  Aku hanya cerita apa dan bagaimana perjalanan singkatku ke Yvoire.


Siap-siap meninggalkan Swiss menuju Perancis


Aku berangkat dari pelabuhan kecil di tengah kota Geneva ke Yvoire.  Kapal kecil berkapasitas 50 orang yang 2 jam sekali membawa penumpang ke Yvoire.  Kita dibuat terkesima dengan kondisi kapal yang berumur cukup tua tetapi masih terawat dengan baik.  Lantai setiap ruangan semuanya bersih.  Dinding bercat putih yang tidak banyak ornamen pun terlihat bersih.  Toiletnya juga terjaga kebersihannya.  Tapi yang paling mengagumkan adalah kapal ini digerakkan oleh mesin Sulzer Freres Winterthur yang telah berusia 104 tahun !!  Dan kondisinya masih sangat bagus.  Mesin itu bersih mengkilap, tidak ada kotoran, karat atau percikan oli lapisan logam mesin itu


Dermaga

Menuju Yvoire

Mesin kapal buatan 1914

Tempat makan di dalam kapal


Sekitar 1 jam perjalanan, boat itu akhirnya berlabuh di dermaga kecil di Yvoire.  Penumpang bergegas turun dari kapal dan berjalan memasuki tempat tujuan.  Di bagian depan terlihat restaurant dengan menu Eropa dan bangunan kuno ala rumah batu tempo dulu.  Yang menarik bukan di bangunannya, tetapi tanaman anggur yang menutupi sebagian dinding samping restaurant.  Buah anggur yang berwarna hijau itu tumbuh rimbun di sepanjang tangkai.  Tidak hanya diriku, beberapa wisatawan juga tergelitik untuk memetik beberapa biji.  Rasanya manis dan juicy.


Bersandar di dermaga Yvoire

Boat turis yang bersandar di dermaga


Jalan masuk ke perkampungan Yvoire berupa tanjakan curam dengan tingkat kemiringan sekitar 45 derajat.  Untungnya jalan itu cukup pendek dan banyak yang bisa dilihat di sepanjang jalan.  Rumah-rumah berbentuk mungil dengan disain yang unik. Di persimpangan jalan, terdapat toko yang menjajakan produk-produk dari bahan kaca.  Sepintas produk yang dipasarkan itu mirip produk-produk kristal karena desainnya sangat detail, shiny dan menarik.  Ada yang berbentuk perhiasan, lampu, bunga hiasan meja, atau bentuk abstrak dengan cita rasa seni yang tinggi.  Namun, harga produknya relatif mahal untuk kantong orang Indonesia.  


Tempat penjualan produk-produk berbahan kaca


Kalau boleh jujur, tidak ada yang terlalu istimewa di tempat ini.  Puri dan taman bunga yang ditawarkan menurutku biasa-biasa saja.  Puri yang ada sama seperti puri-puri yang ada di benua Eropa, baik itu dari sisi bentuk bangunannya, material, lay-out dan eksteriornya.  Tapi penilaian terakhir ada pada wisatawan, bisa jadi mereka melihat dari sisi yang berbeda atau mereka punya tujuan yang lain ke kota ini.


Jalan-jalan di dalam area

Suasana pasar tempo dulu


Selain belanja produk-produk lokal yang kreatif, sepertinya wisatawan menyukai suasana dan alam di Yvoire.  Disini areanya sangat bersih.  Taman-taman tertata dan terawat dengan baik.  Sebagian wisatawan terlihat bersantai dan berjemur di pinggir pantai.  Sebagian juga ada yang berenang.  Kalau dicermati dengan baik, bangunan-bangunan dan disain kampung di Yvoire ini mirip sekali dengan perkampungan orang Perancis (French Village) yang ada di Ba Na Hills Vietnam.  Sekarang, tergantung dengan anda, apakah tertarik mengunjungi Yvoire atau cukup sekadar tahu saja dari cerita orang?






Senin, 08 Oktober 2018

Banda Aceh Bersolek Diri Pasca Tsunami

Aceh, demikian nama propinsi, suku, daerah di ujung pulau Sumatera ini, 14 tahun yang lalu luluh lantah oleh bencana alam Tsunami.  Tepatnya di tanggal 26 Desember 2004, 1 hari setelah umat nasrani merayakan natal dan 5 hari menjelang pergantian tahun 2005, Sang Penguasa seolah-olah memberi peringatan keras kepada dunia ini bahwa kekuasaanNya lebih kuat dari segala apapun yang ada di bumi ini.  Tidak ada yang tidak mungkin bagiNya.  Bila Dia berkata 'Jadi', maka 'Terjadi lah' hal-hal yang menurut akal manusia tidak mungkin terjadi.  Tidak ada satu pun yang dapat menghalangiNya, semuanya bisa dihancurkan dalam sekejap dengan kehendakNya.  Salah satu bukti kekuatanNya ya tsunami itulah yang terjadi di negeri serambi Mekkah itu.  Sepertinya banyak pesan, hikmah, pelajaran yang dapat dipetik dari musibah itu.  Apakah ada yang salah di bumi Aceh saat itu?  Apakah ini bentuk kemurkaan Tuhan kepada hambaNya yang tidak menjalankan perintahNya?  Atau ini hanya sekadar ujian kenaikan derajat ketaqwaan masyarakat Aceh di depan Sang Pencipta?  Jujur, hanya masyarakat Aceh yang selamat dari bencana itu yang lebih tahu jawabannya.


Maket kota Banda Aceh sebelum tsunami, padat pemukiman

Setelah tsunami, hancur lebur, daratan terlihat lebih luas

Masjid raya yang selamat dan tetap berdiri kokoh


Semua peristiwa besar itu terekam dengan baik dan dapat kita lihat di Museum Tsunami yang berada di tengah kota Banda Aceh.  Kondisi atau kehidupan masyarakat sebelum dan sesudah tsunami tergambar jelas disini.  Di setiap dokumentasi disajikan cerita singkat, sehingga mempermudah pengunjung memahami alur cerita kejadian. 


Fasad depan museum

Helikopter NBO-105 buatan IPTN yang hancur oleh tsunami

Area untuk melihat rekaman video singkat peristiwa tsunami

Jembatan dan bendera negara penyumbang


Foto-foto kesedihan berjejer dipajang di hampir seluruh ruangan.  Ada juga yang disajikan dalam bentuk video berdurasi pendek, ada juga dalam bentuk gambar-gambar statis namun menyiratkan sejuta arti.  Yang paling menyentuh lubuk hati kita adalah ruangan yang dikenal dengan 'Sumur Doa'.  Ruangan ini berbentuk melingkar seperti sumur dengan diameter sekitar 4 meter dan di seluruh dinding sumur itu tertulis nama-nama korban tsunami.  Ruangan ini sengaja dibuat agak gelap, tanpa suara, supaya pengunjung dapat dengan tenang melihat nama-nama korban sekaligus memanjatkan doa bagi mereka atau dapat meresapi arti musibah dan berdoa agar musibah itu tidak datang kembali menimpa bumi pertiwi ini.


Cerita di balik musibah

Dinding sumur doa

Nama-nama korban


Memang museum tidak dapat menampilkan semua bukti suatu peristiwa, apalagi kalau bukti itu dalam bentuk kapal besar seperti Kapal Apung Pembangkit Listrik Tenaga Diesel milik PLN yang terdampar di tengah-tengah pemukiman penduduk.  Ini bukti konkrit kedasyatan tsunami yang tidak dapat dipungkiri oleh siapa pun.  Kapal dengan berat 2800 ton ini dihempas oleh tsunami sejauh 5 km ke daratan, tepatnya di area Punge Blang Cut, Banda Aceh.


Pintu gerbang ke Kapal Apung I

Kapal Apung I tampak dari samping

PLTD Apung I, bukti nyata tsunami Aceh 2004

Dikelilingi oleh pemukiman

Tugu peringatan


Sebenarnya pasca tsunami, PLN ingin mengembalikan kapal ini ke laut karena kondisi mesin tidak rusak parah dan diharapkan masih mampu memasok listrik sebesar 10,5 MW seperti sedia kala.  Namun, Pemerintah setempat justru ingin menjadikannya sebagai wisata sejarah.  Akhirnya PLN hanya mencabut mesin-mesinnya saja dan kapal ini sekarang menjadi salah satu tempat tujuan wisata utama di Aceh.  


Dalam kapal-1

Dalam kapal-2

Dalam kapal-3

Dalam kapal-4


Ada juga peninggalan sejarah musibah tsunami Aceh yaitu kapal nelayan yang terdampar di atap rumah.  Pemandangan ini lebih unik dan menarik, tanpa bermaksud mengabaikan penderitaan korban saat kejadian itu, tapi bila dilihat dari sisi pariwisata, obyek ini layak untuk menjadi destinasi wisata bagi turis yang ingin melihat bukti nyata tsunami Aceh 2004.  Sebelum musibah itu terjadi, sebenarnya kapal kayu sepanjang 25 meter ini sedang berada di dock kapal di sungai Krueng Aceh di Lampulo dan siap untuk berlabuh tanggal 26 Desember 2004.  Tetapi Tuhan berkata lain, justru di hari diluncurkannya kapal dengan berat 20 ton ini menjadi sejarah tragedi tsunami.  59 orang menjadi saksi hidup selamat dari bencana dengan kapal ini.  Yang mereka tahu, kapal ini melindungi mereka dari hempasan gelombang besar.  Karena tersangkut di atap rumah inilah, kapal itu tidak hanyut terhempas jauh di laut lepas, sehingga saat gelombang pasang itu surut, mereka dapat dengan mudah turun ke darat.


Bukti nyata keganasan tsunami
Kampung nelayan dekat lokasi 'kapal di atas atap'


Mungkin kita dapat sejenak melewatkan kisah-kisah sedih tsunami karena Aceh sudah bangkit dari kehancuran alam dan ekonomi.  Tsunami memang membawa hikmah tersendiri dengan berhentinya konflik kekuasaan antara Pemerintah Indonesia dengan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) yang berkobar sejak tahun 1976.  Akhirnya pada tanggal 15 Agustus 2005 ditandatangani perjanjian damai antara Pemerintah RI dengan GAM di Helsinki Finlandia.  Perjanjian tersebut memberi harapan kembali untuk membangun Aceh bersama setelah tsunami.  Dan kini Aceh sudah menunjukkan banyak perubahan.  Perekonomian sudah bergerak cepat.  Masyarakat dan Pemerintah setempat juga terus berupaya membangun daerahnya agar tidak tertinggal dengan daerah-daerah lain di Indonesia termasuk di sektor pariwisata.  Pulau Sabang masih menjadi destinasi favorit turis asing yang menggemari wisata alam bawah laut.  Pulau kecil ini punya dermaga untuk kapal pesiar berukuran besar berlabuh disini.  Juga punya resort dan fasilitas untuk snorkeling atau diving.  Untuk menuju pulau Sabang dapat ditempuh dengan menggunakan kapal penyeberangan atau menggunakan penerbangan dari Bandara Soekarno-Hatta Jakarta atau Bandara Kualanamu Medan.  Para turis lebih cenderung terbang dari Jakarta ke Bandara Sultan Iskandar Muda Banda Aceh lalu menggunakan transportasi ferry ke Sabang, karena jadwal keberangkatan lumayan banyak dan tidak lama, serta pemandangan di sepanjang perjalanan cukup menarik.  Hanya saja faktor cuaca menjadi penentu berangkat tidaknya kapal penyeberangan. 


Yang menyita perhatian dunia


Aceh punya pantai yang indah dan layak untuk dikunjungi.  Lokasinya memang lumayan jauh dari bandara atau dari pusat kota, tapi pengunjung dijamin akan betah berada disini menikmati keindahan alam pantai yang bisa dibilang belum setenar pantai yang ada di Bali atau Lombok.  Namun pantai ini punya daya tarik tersendiri selain hamparan pasirnya yang bersih dan ombaknya yang tidak begitu kencang, di pinggir pantai ini tumbuh pohon-pohon rindang dan dibangun gubuk-gubuk yang nyaman untuk acara berkumpul bersama teman atau keluarga.  Apalagi disini juga tersedia rumah makan atau warung minuman, sehingga terbayang betapa nikmatnya sore itu, berteduh di bawah gubuk menikmati matahari tenggelam sambil ditemani air kelapa muda yang fresh disajikan bersama batok kelapanya.  Namun ada satu hal yang perlu diingat bagi pengunjung, bahwa Aceh memberlakukan syariat Islam, artinya meskipun di pantai, anda tidak dapat dengan bebas mengumbar aurat disini.


Pantai Lhok Nga-1

Pantai Lhok Nga-2

Pantai Lhok Nga-3

Pantai Lhok Nga-4


Kalau masih suka dengan suasana pantai, tidak ada salahnya untuk mampir ke Lhok Aroen karena disini ada cafe yang bangunannya menjorok di pantai.  Kalau dilihat sepintas lalu mirip banget dengan cafe-cafe yang ada di Maldives.  Sangat nyaman rasanya, duduk-duduk santai minum kopi diiringi dengan sepoi-sepoi angin laut dan hamparan pemandangan alam yang indah.  


Lhok Aroen-1

Lhok Aroen-2

Lhok Aroen-3

Lhok Aroen-4


Bicara tentang kopi, Aceh lah tempatnya.  Kopi Aceh sudah sangat terkenal di bumi nusantara ini.  Disamping punya rasa yang khas, ada mitos atau respon senada dari para penyuka kopi Aceh.  Katanya kopi Aceh lain efeknya, kalau kopi biasanya bikin melek, kopi Aceh justru sebaliknya, bikin tidur.  Makanya tidak ada yang khawatir menikmati kopi Aceh di malam hari.  Namun semuanya kembali kepada penilaian masing-masing.  Tapi sekali lagi, kalau anda ke Aceh dan ingin bergaul atau diterima baik dengan masyarakat disana, maka anda harus menyukai kebiasaan yang mereka lakukan yaitu minum kopi.


Belum afdol bila ke Aceh tidak minum kopi Aceh

Kopi Aceh sudah mendunia


Satu lagi juga yang perlu anda coba bila sedang berkunjung ke Aceh.  Ayam tangkap, makanan khas Aceh yang sangat populer.  Rasanya juicy dan yummy banget.  Ayam itu sepertinya di bumbui terlebih dahulu dan didiamkan selama waktu tertentu sebelum digoreng di penggorengan yang sangat panas.  Disajikannya panas-panas dan selalu ditaburi goreng rempah-rempah seperti daun pandan, beberapa daun herbal dan cabe besar.  Dijamin, satu potong saja tidak akan cukup.  Anda akan bisa menghabiskan lebih dari 1 potong.


Full rempah dan berasa kelezatannya

Gulai kambing termasuk menu andalan

Yang paling dicari dan disukai banyak orang, Ayam Tangkap

Suasana restaurant 'Ayam Pramugari' dekat bandara

Semua diolah 'fresh' dan dijamin enak

Jam makan siang, restaurant sangat ramai, harus 'book' dulu


Itulah Aceh.  Propinsi di paling ujung kiri negara ini sekarang telah bangkit dan bersolek diri.  Mereka tidak pasrah begitu saja dengan musibah.  Mereka masih memegang asa.  Harapan menjadikan negeri ini makmur, damai dan sejahtera tidak akan sirna.  Banyak hal yang akan kita dapat bila berkunjung ke Aceh.  So, welcome to Aceh.





Rabu, 26 September 2018

Anjangsana ke kota dunia, Geneva

Tidak semua orang tahu kalau ditanya tentang Geneva (baca: Jenewa) karena kota ini kalah ngetop dengan Zurich yang sering dipromosikan oleh agen-agen wisata/perjalanan di Indonesia.  Paket tur ke negara Eropa Barat khususnya ke Swiss cenderung diarahkan ke Zurich.  Cukup beralasan karena memang Zurich lebih besar dan lebih ramai daripada Geneva, bahkan jauh lebih populer daripada Bern, ibukota Swiss.  Nasibnya sama seperti Australia.  Kota Sydney, Brisbane, Gold Coast, Melbourne, semuanya lebih terkenal daripada Canberra. Alasannya cukup masuk akal, karena mereka tidak ingin semua aktifitas perekonomian dan pembangunan terpusat di satu titik yang berakibat munculnya masalah-masalah sosial seperti yang terjadi di negara kita.  Mereka ingin pemerataan pembangunan, sehingga ada kota-kota besar lainnya sebagai pelengkap dan penopang perekonomian bangsa.  Berbanding terbalik dengan negara kita, Jakarta masih menjadi sentral kehidupan dan roda perekonomian Indonesia.  


Mendarat di bandara Geneva

Sisi udara bandara


Terbang ke Geneva sekarang sangat mudah ditempuh dari Bandara Soekarno-Hatta Jakarta.  Lebih dari 10 maskapai menyediakan penerbangan kesana dengan hanya 1 kali transit di homebase mereka masing-masing.  Kali ini aku pilih terbang bersama Etihad, maskapai Timur Tengah yang bermarkas di Abu Dhabi karena aku hanya akan transit di negara Uni Emirat Arab itu selama 2 jam 50 menit.  Aku termasuk penumpang yang tidak suka jam transitnya terlalu lama, nyusahin dan bikin bete bawaannya karena ada juga maskapai yang 'memaksa' kita berlama-lama transit di bandara negara itu dengan tujuan supaya kita berbelanja.  Mungkin bagi ibu-ibu yang doyan belanja cocok juga kali ya...??


Check-in area bandara Geneva

Ruang tunggu


Geneva adalah kota kecil di ujung bawah negara Swiss yang berdekatan dengan Itali.  Meskipun kota ini cenderung macet di jam-jam berangkat dan pulang kantor, tapi jangan sekali-kali membandingkan Geneva dengan Jakarta.  Jauhhh.......Masih kalau ramai baik itu dilihat dari jumlah manusianya atau pusat-pusat perbelanjaannya.  Migros dan Manor, 2 nama yang sangat terkenal di Geneva.  Migros, supermarket (ada juga yang kecil sekelas Alfamidi) yang menyediakan kebutuhan pokok seperti sayuran, susu, keju, bumbu dapur, coklat atau barang-barang yang dikonsumsi setiap hari warga.  Kalau Manor ini cenderung menyediakan pakaian, sepatu, perkakas rumah tangga dan souvenir.  Sama seperti kota-kota lainnya di Swiss, Geneva juga memiliki toko-toko penjualan jam tangan.  Berbagai merk jam tangan buatan Swiss ada disini.  Ada yang baru, ada juga yang 'second'.  Ada yang counter khusus untuk 1 atau 2 brand, ada juga yang menyediakan beberapa brand terkenal.  Pokoknya bagi penggemar atau kolektor jam tangan, negara ini 'surganya'.  


Kota Geneva-1

Kota Geneva-2

Kota Geneva-3

Kota Geneva-4


Karena kecilnya ukuran kota Geneva, maka kita cukup berjalan kaki menelusuri sudut kota.  Tapi kalau kita malas berjalan kaki, kita bisa bepergian menggunakan transportasi publik seperti bus, kereta, trem atau sejenis bus yang dioperasikan menggunakan kabel listrik yang membentang di sepanjang jalan.  Kita bisa naik angkutan umum itu secara gratis dengan meminta kartu dari hotel tempat kita menginap.  Katanya, ini bagian dari promosi Pemerintah setempat kepada turis agar mereka pro ke angkutan masal, sekaligus mengurangi kepadatan lalu lintas kendaraan di Geneva.  Sangat efektif untuk menarik wisatawan.


Katedral utama

Bangunan tua terawat dengan baik

Jalan sepi bila di jam kerja

Jalan raya lengang di jam kerja

Stasiun kereta api

Kereta beroperasi 24 jam


Tempat wisata utama sebagai icon dari kota Geneva adalah jet d'eau.  Air mancur yang berada di dermaga tengah kota.  Kota Geneva memang berlokasi di pinggir danau Geneva.  Pemerintah membangun dermaga-dermaga di pinggir danau sebagai prasarana transportasi publik.  Jet d'eau ada di depan dermaga.  Sebenarnya lebih tepat dibilang air pompa yang disemprotkan ke atas dengan kekuatan yang tinggi sehingga terlihat seperti air mancur.  Sayangnya, air mancur ini tidak beroperasi 24 jam. Macam-macam alasannya. Ada yang bilang, sudah ada korban yang 'nekad' mendekatkan tangannya ke dalam semprotan air tersebut dan........tahu sendiri kalau air disemprotkan dengan kekuatan pompa yang sangat tinggi itu semprotannya seperti sebilah pisau.  Ada juga yang bilang, biaya listrik dan perawatan mesin pompa itu terlalu mahal, sehingga tidak mungkin dihidupkan 24 jam.


Icon sekaligus maskot kota Geneva

Pelabuhan di pinggir danau

Tempat warga kota bersantai

Difasilitasi oleh pemerintah setempat


Nah, yang lebih menjustifikasi bahwa Geneva sebagai kota dunia adalah berdirinya gedung-gedung organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa atau PBB yang sekaligus sebagai markas atau kantor pusatnya.  Ada gedung PBB itu sendiri, ada juga markas WHO (World Health Organization)/ Organisasi Kesehatan Dunia, ada ILO (International Labour Office)/ Organisasi Buruh Dunia, Palang Merah Dunia, dan lain-lain. Yang tidak boleh dilupakan adalah patung kursi rusak yang berada di depan pintu gerbang utama PBB.  Broken chair ini menandakan bahwa kekuasaan yang berlebihan menimbulkan tirani dan pemimpin yang otoriter.  Kepemimpinan yang zalim akan membangkitkan perlawanan rakyat yang dapat menumbangkan kekuasaan.


Kantor PBB

Spot terbaik untuk berfoto

Kantor ILO

Kantor Pusat Palang Merah Dunia

Broken chair


Dulu, kantor pusat ICAO (International Civil Aviation Organization) / Organisasi Penerbangan Sipil Dunia atau organisasi induk semua pelaku industri penerbangan, berlokasi disini.  Juga IATA (International Air Transport Association)/ organisasi induk perusahaan penerbangan/airlines dan ACI (Airport Council International)/ organisasi induk perusahaan bandara/airport, bermarkas di Geneva.  Tapi sekarang, semuanya telah pindah ke Montreal Canada.  Namun keberadaan kantor mereka di Geneva tetap ada, meskipun sudah beralih fungsi menjadi kantor perwakilan.


Kantor IATA Center


Untuk kuliner, harus dicoba fondue, makanan khas masyarakat Geneva.  Makanan ini terbuat dari keju asam yang dipanaskan di tungku sehingga menjadi cairan kental seperti fla.  Aromanya sangat menyengat dan rasanya juga sangat kuat.  Kalau yang tidak suka atau tidak biasa makan keju, pasti sekali coba sudah langsung berhenti karena rasanya itu tadi yang asam dan agak getir diakhirnya.  Cara makannya dengan mencelupkan roti tawar yang dipotong kecil-kecil ke dalam panci yang berisi fondue lalu disantap panas-panas.  Kalau sudah dingin, rasa kejunya justru makin keras dan biasanya orang lokal tidak suka.  Mereka ada yang menyantapnya dengan kentang rebus dan ditemani dengan segelas red wine.


Tungku pemanas dan kentang rebus

Kaju cair dan roti tawar


Di Geneva juga terdapat museum yang menjadi destinasi para wisatawan, namanya Romain museum.  Di museum yang super kecil ini tersimpan peninggalan sejarah bangsa Romawi seperti dinding atau material yang digunakan untuk bangunan, alat-alat masak, perangkat berperang dan lain-lain.  Meskipun kecil, museum ini tertata dan dirawat dengan baik, serta artistik, sehingga kita tidak bosan berada di dalamnya.  


Pintu depan museum

Artifak romawi

Miniatur pembangunan gedung

Bersih, layout menarik dan nyaman

Banyak juga dikunjungi wisatawan


Sudah barang tentu, sama seperti kota-kota di Eropa, di Geneva juga menyimpan sejarah monarki atau kerajaan berupa istana atau puri tua.  Tepatnya di kota tua Nyon. Salah satu puri yang dibuka untuk umum dan kukunjungi yaitu Le Chateau de Nyon.  Meskipun berukuran kecil, puri ini sangat terkenal di Geneva.  Di dalam puri ini juga terdapat museum untuk mengenal lebih dekat sejarah tentang Le Chateau ini. 


Le Chateau de Nyon

Ruang pameran di dalam museum

Ruang pamer kerajinan berbahan gelas mendominasi museum

Ruang pameran untuk produk-produk berbahan kayu

Ruang pameran foto-foto jadul

Salah satu lukisan dalam ruang pameran


Kalau ada waktu panjang, mampirlah ke Cern, kota yang berada di pinggiran ini jarang dikunjungi wisatawan asing karena kebanyakan mereka lebih menyukai tempat yang rileks, menyenangkan, banyak makanan atau tidak jauh seperti pantai, danau, gunung, istana.  Tapi bagi penyuka science atau ilmu pengetahuan, mereka akan sangat terhibur bila mengunjungi Cern.  Disinilah kita akan belajar tentang partikel, atom, energi, dan teori-teori tentang relativitas.


Gedung masuk, gratis

Gedung pameran tentang ilmu perbintangan

Salah satu sisi dalam ruang pameran

Barang pameran di luar gedung


Uniknya disini kita dapat mengetahui kekuatan cahaya sekaligus belajar tentang muon partikel amat kecil yang muncul ke masa depan  Atau lebih mudahnya dibilang objek yang ada di masa lalu dibawa menembus relung-relung waktu dan muncul di masa depan, atau sebaliknya.  Pernah lihat serial time tunnel? Manusia bisa dengan mudahnya menggunakan mesin penjelajah waktu dapat keluar masuk di masa lalu dan masa depan.  Atau pernah dengar cerita John Titor, manusia yang mengaku pernah hidup di tahun 2036 muncul di tahun 2000?  Kalau bicara teknologi, kita akui bisa jadi dulunya kita tidak pernah percaya kalau itu terjadi, misalnya hand phone yang bisa video call?  Tahun 1876 Alexander Graham Bell menemukan telephone hanya sekadar kabel yang dapat mengirim suara ke si penerima, itupun punya keterbatasan jarak dan cuaca.  Tapi sekarang, telepon kabel sudah tidak laku, materi yang dikirim pun tidak hanya suara, melainkan gambar dan tidak dipengaruhi oleh faktor jarak.  Atau sama seperti teknologi yang bisa mendaratkan manusia ke bulan?  Terbayang tidak manusia bisa melewati lapisan-lapisan atmosfer dan hidup di planet hampa udara?


Ruangan astronomi-1

Ruangan astronomi-2

Produk pameran-1

Mirip mesin penjelajah waktu kan?



Jadi banyak yang dapat kita lakukan untuk menghibur diri di Geneva.  Semua tergantung dari selera masing-masing.  Hanya ada satu yang perlu diantisipasi atau disiapkan sebelum kita jalan-jalan ke kota ini yaitu 'bekal' yang banyak karena disini tidak ada yang murah.  Geneva masih masuk sebagai 10 kota termahal di dunia.