Minggu, 08 Januari 2017

Pesona Kota Charleston South Carolina, Sisi Romantika Amerika

Kembali lagi bicara tentang jalan-jalan ke Amerika.  Aku lebih suka menghabiskan waktu ke negara bagian Amerika yang tidak sering di-ekspos.  Ada kebanggaan tersendiri kalau kita bisa menjejakan kaki ke negeri yang asing bagi kita warga negara Indonesia.  Syukur-syukur dapat menjadi orang yang pertama mengunjungi negeri itu.  Meskipun terkesan berlebihan, tetapi tidak menutup kemungkinan kita benar-benar jadi orang yang pertama.  Bersyukurlah aku yang punya teman bule yang tinggal disana.  Walau hanya beberapa hari (karena aku memang tidak pernah punya banyak hari), perjalanan ke Charleston, ibukota negara bagian South Carolina Amerika Serikat, sangat berkesan di hati.  Tempat pertama yang harus dikunjungi atau wajib bagi siapa pun yang baru pertama kali menjejakkan kaki di Charleston adalah Visitor Center karena disinilah kita akan dibawa ke sejarah kota Charleston.  Gedung ini seperti bukti keseriusan dan perhatian Pemerintah lokal terhadap turis.  Sangat lengkap dan sarat dengan informasi yang perlu diketahui oleh turis. 


Visitor Center Charleston
Tempat pertama sebelum mengawali perjalanan
Peta kota di lantai bawah
Ruangan dalam-1
Ruangan dalam-2


Kepedulian Pemerintah ditunjukkan dengan fasilitas gratis bagi pengunjung untuk keliling kota dengan menaiki trolley bus.  Cukup dengan kendaraan ini kita bisa mengunjungi satu persatu tempat menarik dan bersejarah di Charleston.  Meskipun jalannya lambat, kendaraan ini tepat waktu berangkat dan tiba di tujuan sesuai schedule.  Sengaja jalan lambat supaya kita dapat memotret dengan mudah spot-spot menarik sepanjang perjalanan. 


Visitor center-1
Visitor center-2
Visitor center-3
Visitor center-4
Visitor center-5
Trolley bus
Trolley bus
Trolley bus


Tempat wisata pertama yang kukunjungi, Liberty Square.  Datang ke tempat ini, ibarat beli barang satu dapat dua, kenapa?  Karena di taman ini kita bisa mengunjungi Fort Sumter National Monument sekaligus South Carolina Aquarium.  Meskipun ada dua tempat, aku lebih memilih masuk ke Fort Sumter karena kupikir aquarium cenderung sama, tidak jauh dari hewan dan biota laut seperti di Atlanta.  Dan sepertinyanya aquarium disini sangat kecil, tidak sebanding dengan yang di Atlanta, so lebih baik aku berhemat waktu hanya mengunjungi tempat yang benar-benar menarik, unik dan lain daripada yang lain.


Signage depan taman
Nama taman itu
Sekaligus ada aquarium besar
Fort Sumter
Aquarium
Dermaga di belakang Fort Sumter yang ramai bila musim panas


Di Fort Sumter kita akan mengetahui sejarah tentang perbudakan di South Carolina dan perang saudara di Amerika yang lebih dikenal dengan perang konfederasi.  Perjuangan warga kulit hitam di Amerika dalam menuntut kesetaraan hak sebagai manusia sangat berat.  Tidak sedikit mereka harus berkalang tanah dalam perjuangan,  Itulah Amerika.



Bendera Amerika super besar di kiri dalam gedung
Pengunjung lumayan banyak pagi itu
Signage besar di tengah depan
Isi Fort Sumter-1
Isi Fort Sumter-2
Isi Fort Sumter-3
Isi Fort Sumter-4
Isi Fort Sumter-5


Perjalananku keliling kota sedikit terkendala dengan gerimis yang tidak berhenti saat aku datang.  Tapi aku pantang menyerah kalau hanya sekadar gerimis.  Langkahku tidak akan berhenti untuk mengenal kota Charleston supaya dapat berbagi cerita dengan pembaca.  Sasaran berikutnya adalah taman kota, White Point Garden.  Taman ini berada di kawasan elit kota.  Konon harga rumah di area ini mahal banget.  Dulu hanya kaum bangsawan yang dapat tinggal disini.  Disamping ada beberapa patung tokoh-tokoh bersejarah, meriam bukti alat perang, di taman ini dulu juga dijadikan tempat untuk menghukum budak.  Bahkan ada yang bilang, budak-budak yang melakukan tindakan kriminal, dihukum berat dengan digantung atau dipenggal kepalanya di taman ini.


Patung pejuang Charleston
Taman kota-1
Meriam bukti sejarah perjuangan di sekitar taman
Replika cannon ball
Taman kota-2
Sayangnya cuaca kurang mendukung siang itu
Tapi tidak masalah bagi mereka yang suka tantangan


Dari White Point, aku meneruskan berjalan kaki menuju City hall, gedung penting yang selalu ada di setiap kota besar di Amerika.  Selain sebagai pusat pemerintahan, gedung pertemuan warga dengan pemerintah, juga sebagai lambang kebesaran atau kebanggaan kota.  Suhu 5 derajat Celcius, gerimis dan berangin menjadi tantangan tersendiri bagiku untuk dapat mengabadikan bangunan itu sekaligus gereja utama disamping City hall.


Satu-satunya rumah yang berwarna pink di Charleston
Gedung walikota Charleston
City hall
Gedung Bea Cukai
Gereja utama


Bagi yang ingin beli souvenir atau oleh-oleh, datanglah ke City Market atau yang lebih dikenal dengan black market karena memang dulunya adalah pasar yang banyak didatangi oleh kaum negro Amerika.  Pasar ini terdiri dari beberapa bangunan berderet yang menyajikan berbagai macam produk yang bisa dijadikan oleh-oleh bila kita berkunjung ke Charleston.  Bila anda penggemar coklat, sempatkan diri mampir dan beli produk coklat di toko seberang gedung city market.  Ada dua outlet, yang pertama berada di ujung depan pasar, dan yang satu lagi berada agak di tengah.  Kita bisa menyicipi gratis setiap kue coklat yang kita inginkan.  Dan kedua toko ini menawarkan bonus bila kita membeli dengan berat atau takaran tertentu.  Rasa coklatnya, luar biasa nikmat.....Ini diakui juga oleh petugas security bandara yang sempat memeriksa barang yang kubawa ke cabin pesawat.  Dia senyum bangga melihat aku ngeborong coklat dari Charleston.


Pasar rakyat di tengah kota
Berupa potongan gedung-gedung satu lantai yang lumayan panjang
Menyediakan berbagai macam kebutuhan masyarakat
City Market-1
City Market-2
City Market-3
Ngeborong coklat Charleston


Berkunjung di Southern countries atau negara bagian Amerika bagian Selatan terasa belum lengkap kalau kita tidak menikmati kuliner asli warga Selatan.  Jestine's Kitchen adalah restaurant satu-satunya di Charleston yang menyajikan menu asli South Carolina dan punya cita rasa tinggi yang diakui oleh semua pengunjung yang datang.  Nama Jestine diambil dari nama Jestine Matthews, budak kulit hitam yang bekerja di keluarga Ellison.  Dana Berlin, anak satu-satunya Ellison inilah yang membuka rumah makan dengan nama Jestine's Kitchen untuk menghormati pengabdian si Jestine dan berbagi kebahagiaan menikmati masakan sang pembantu yang enak.  Rumah makan ini didisain seperti namanya, Kitchen.  Kita akan disuguhkan dengan barang-barang dapur seperti penggorengan, panci dan lain-lain.  Menu andalan disini adalah ayam goreng.  Tetapi menu yang lainnya tidak kalah enak.


Jestine's Kitchen, tidak buka cabang dimanapun
Asli masakan rumahan, interior dibuat seperti dapur rumah
Pelayan kebanyakan dari keluarga juga
Fried chicken khas Jestine plus red rice, mac & cheese
Meatloaf, baked potatoes, collard greens


Setelah perut kenyang, acara jalan-jalanku berlanjut.  Masih di tengah kota Charleston yang berjuluk Palmetto city, kota dengan seribu pohon palm.  Agak unik memang julukan kota ini.  Pohon palm lebih cenderung tumbuh di pesisir pantai, sedangkan Charleston bukan berada di pinggir pantai.  Sungai Ashley memang sangat besar dan luas membelah kota.  Saking besarnya sampai terlihat seperti laut.  Tapi memang di kota ini banyak kita temui pohon-pohon palm.


Kota yang sepi karena gerimis datang
Charleston, Palmetto City


Disamping pohon palm sebagai lambang kota, ada satu lagi pohon yang tidak bisa ditinggalkan dari Charleston.  The angel oak, pohon oak raksasa yang berusia 500 tahun dengan tinggi 20 meter yang batang, ranting dan daunnya menutupi area sekitar 1.600 meter persegi.  Tapi ingat, kalau mau datang ke tempat ini jangan sampai tiba diatas jam 5 sore karena bakal tidak dapat melihat pohon itu.  Pengunjung hanya diperbolehkan datang sebelum jam 5, setelah itu kita harus keluar dari area karena tempat itu otomatis ditutup.


Oak tree yang ngetop itu


Meskipun punya waktu terbatas, tetapi kebahagiaan yang kudapat tanpa batas selama melakukan perjalanan ke Charleston.  Keindahan alam dan keramahtamahan orang Selatan memberikan kesan tersendiri bagiku.  Kenangan manis yang akan selalu terpatri di dalam hati.