Apa yang ada di benak anda saat mendengar kata Bvlgari (baca: Bulgari)? Pasti yang terbayang adalah merek sebuah
parfum mahal atau nama hotel super luxury yang hanya ada di 5 kota di dunia
yang salah satunya ada di Bali dengan bandrol tarif semalam di atas 10 juta. Atau terbayang nama suatu negara di
Eropa? Semuanya benar, tapi apakah semua
itu ada hubungannya? Kalau kita cek di
situs https://www.bulgari.com/en-sg/visionary-architecture-video-page , Bulgari
ibaratnya matahari di Italia bagian Selatan yang identik dengan keindahan
alamnya, arsitektur bangunannya, kelezatan makanannya dan keindahan asesoris
perhiasannya yang menjadi salah satu mahakarya yang tidak ternilai
harganya. Bulgari seperti brand patokan bagi
barang-barang mewah dan mahal. Seperti
hotel yang dimiliki yang jumlahnya masih terbatas dan hanya hadir di kota-kota
destinasi berkelas dunia. Untungnya Bali
masuk dalam satu cosmopolitan wisata berkelas Bulgari. Namun, baik parfum, perhiasan, jam tangan,
tas sampai hotel Bulgari semuanya menampilkan kekayaan bangsa Romawi
Italia. Lalu bagaimana dengan
Bulgaria? Yang pasti Bulgaria bukan
Italia. Bulgaria adalah negara berdaulat
di Eropa yang lokasi geografisnya jauh dari Italy. Tapi, sejarah mencatat bahwa
Bulgaria pernah dijajah oleh Romawi di tahun 46 Masehi. Kalau aku, lebih karena penasaran saja apakah
Bulgaria itu negara maju, luxury atau semewah produk-produk Bulgari?
|
Bendera negara Bulgaria |
Yang aku tahu, Bulgaria itu terkenal dengan para pemain sepak bolanya
yang mendunia seperti Hristo Stoichkov yang pernah menjadi runner up dua kali
dalam FIFA World Player of The Year tahun 1992 dan 1994, serta memenangkan
Ballon dÓr di tahun 1994 saat dia membela klub Barcelona dan membawa
tim nasionalnya masuk ke semifinal World Cup 1994. Ada juga Dimitar Barbatov
yang malang melintang di klub-klub elite Inggris seperti Manchester United,
Tottenham Hotspur, dan Fulham. Di cabang lain, Bulgaria punya Grigor Dimitrov, petenis peringkat 6 dunia. Jadi bisa dikatakan, Bulgaria menyimpan
segudang prestasi di dunia olah raga.
Bagaimana di dunia wisata? Inilah sekelumit kisah perjalananku yang untuk pertama kalinya berkunjung ke Sofia, ibukota Bulgaria yang dikenal sebagai
Çity of Wisdom.
|
Kota Sofia yang bersih dan rapi |
|
Trem masih menjadi transportasi publik andalan |
|
Monument Saint of Sofia di tengah kota |
|
Kantor Presiden Bulgaria, kita boleh berfoto di depannya |
Sofia berarti holy God’s wisdom. Nama
Sofia berasal dari Saint Sofia Church, gereja tertua kedua di ibukota Bulgaria
yang dibangun pada abad ke 4 Masehi yang keberadaannya sangat penting di masa
itu. Pembangunan gereja tersebut diawali
di masa Penjajahan Romawi dan diselesaikan di masa Pemerintahan Justinian I
dari Kerajaan Byzantine yang saat itu sangat berkuasa di daratan Eropa termasuk
Turki. Bentuk bangunan gereja yang
memiliki dua Menara ini sangat mirip dengan masjid Hagia Sophia yang ada di
Turki. Disamping menjadi pusat
kebudayaan beberapa suku bangsa dan tempat beberapa universitas besar dunia,
kearifan Sofia terlihat dengan kerukunan 3 umat besar beragama disini yaitu
Kristen, Yahudi dan Islam. Gereja,
Sinagog dan masjid dibangun berdekatan jaraknya. Mereka hidup damai, saling menghormati dan
menghargai. Tapi tujuanku kesana
bukanlah untuk melihat keharmonisan hubungan 3 agama itu, tetapi melihat daya tarik
wisata kota Sofia.
|
Gereja tua tinggal puing berada di belakang kantor presiden |
|
Pusat kota Sofia |
|
Tidak terlalu sibuk oleh orang dan kendaraan |
|
Katedral Alexander Nevsky yang terbesar di Bulgaria |
|
Taman kota terawat dengan baik |
Ada monastery yang sangat terkenal di Bulgaria. Rila namanya yang dibangun pada tahun 876
oleh Saint Ivan of Rila, seorang pendeta Orthodox yang sangat terkenal di masa
Kekaisaran Peter I. Saint Ivan tinggal
di gua yang tidak jauh dari lokasi monastery yang dibangun oleh murid-muridnya. Monastery ini memiliki 300 kamar dan menjadi asrama atau tempat tinggal para murid dan pengajar. Bangunan asrama itu didominasi oleh kayu yang
ukurannya sangat kecil bagi orang Eropa, menurutku. Meskipun turis tidak diperbolehkan naik atau
masuk ke asrama, tetapi kita bisa melihat bagian dalam asrama dari kejauhan. Ukuran tangganya pun sangat kecil, jadi aku
berasumsi bahwa asrama ini bergaya minimalis dan sederhana fasilitasnya.
|
Rila monastery tampak depan, pintu masuk |
|
Bagian dalam monastery |
|
Gereja di tengah monastery |
|
Kondisi di dalam gereja |
|
Iconostasis yang dilapisi emas |
Di bagian tengah monastery dibangun gereja. Disinilah letak daya tarik Rila karena di
bagian dalam dan luar gereja terdapat lukisan dinding yang sangat menyolok
dengan warna-warna kontras. Dan di dalam
gereja ini juga terdapat iconostasis yang dilapisi dengan emas dan beberapa
peninggalan bersejarah yang menjadi alasan mengapa kita dilarang mengambil gambar di
dalam. Tapi aku sempat mengambil gambar
sebelum ditegur si penjaga karena tidak tahu peraturan disini.
|
Lukisan dinding luar gereja |
|
Warna-warna kontras |
|
Berukuran besar |
|
Menggambarkan kehidupan manusia |
|
Mulai dari lahir sampai mati |
Selanjutnya perjalananku menuju ke Veliko Tarnovo yang terkenal dengan produk rose oil beserta produk
turunannya. Lokasinya lumayan jauh dari Rila, tetapi kita tidak akan rugi setelah tiba disana karena Veliko mempunyai pemandangan yang sangat menawan berupa bangunan-bangunan kuno yang membentuk suatu desa kecil yang umurnya sudah ratusan tahun. Bangunan-bangunan seperti rumah, toko, bahkan jalan rayanya masih seperti sedia kala, didominasi bebatuan dan kayu-kayu besar. Kondisi ini sangat jauh berbeda dengan yang di ibukota Sofia. Penduduk disini pun lebih ramah kepada turis. Dan disini lah pusat dibuatnya minyak dari bunga mawar yang sangat terkenal itu. Sari bunga mawar ini dijadikan berbagai macam produk seperti parfum, sabun, lotion dan lain-lain. Disini juga menjual produk lain seperti kain tenun atau rajutan tangan produk lokal yang menonjolkan motif bunga mawar.
|
Desa Veliko Tarnovo |
|
Penuh dengan bangunan tua |
|
Dengan jalan terbuat dari batu |
|
Kehidupan masyarakatnya sederhana |
|
Tapi tenang dan aman |
|
Spot menarik untuk berfoto |
Bila sudah tiba di Veliko, tidak ada salahnya juga kita makan siang disini supaya lebih lengkap mengenal budaya masyarakat setempat. Kita perlu tahu bagaimana makanan yang sehari-hari mereka konsumsi. Ternyata, aku tidak salah pilih, tempat makan yang kusinggahi memenuhi semua harapanku. Restaurant ini adalah restaurant tertua atau yang pertama kali dibangun di Veliko. Ada papan sejarah yang membuktikan bahwa restaurant ini dibangun pada tahun 1858. Konon, hanya para bangsawan dan orang kaya saja yang dapat makan disini. Tempatnya sangat nyaman, benar-benar khas Veliko, pelayannya ramah dan makanannya enak banget.
|
Restaurant, tampak depan kecil |
|
Bukti restaurant ini dibangun pada tahun 1858 |
|
Ruangan depan dengan kapasitas 20 orang |
|
Bagian belakang, area terbuka yang cukup luas |
|
Appetizer |
|
Main course |
So, meskipun tidak bisa berlama-lama di Bulgaria, akhirnya terjawab sudah bahwa Bulgari tidak sama dengan Bulgaria, bahkan image Bulgari yang super luxury sangat jauh berbeda dengan negara Bulgaria. Tapi aku sama sekali tidak menyesal telah mengunjungi Bulgaria. Banyak kenangan indah terukir disini, tidak hanya karena alam dan kisah-kisah kunonya, tetapi juga dengan orang-orangnya. Thank God.
|
Gereja tua di Sofia |
|
Kota ini punya banyak taman |
|
Tempat beli souvenir khas Bulgaria |