Meskipun bersebelahan, Pulau Lombok sangat kontras dengan Bali. Kalau di Bali didominasi oleh penganut agama Hindu, tetapi di Lombok mayoritas penduduknya beragama Islam. Mereka mengklaim sebagai umat yang agamis namun terbuka bagi semua umat. Maksudnya tidak menutup diri atau membatasi diri dalam pergaulan. Bahkan mereka punya monumen seribu masjid sebagai pertanda bahwa Lombok sangat islami. Kalau sudah begini, rasanya tidak perlu khawatir bagi wisatawan muslim yang ingin jalan-jalan, wisata kuliner atau berwisata dengan tetap beribadah di Lombok.
|
Monumen seribu masjid |
Seperti yang aku bilang, Lombok terbuka bagi semua umat. Disini juga ada tempat ibadah umat non-muslim, seperti pura yang lumayan banyak jumlahnya. Salah satunya yang sangat terkenal, Pura Batu Bolong. Tempat ibadah umat hindu ini berada di atas batu karang tepi pantai Senggigi yang terdapat lobang di bagian bawah karang tersebut, oleh karena itu pura ini dinamai Batu Bolong. Wisatawan boleh berkunjung kemari. Cukup membeli tiket masuk di depan gerbang pura, lalu mengenakan kain ikat yang telah disediakan di loket masuk. Spot menarik ada pada 2 tempat sembahyang. Yang satu berukuran besar berada di ujung karang yang menjorok ke pantai, dan yang satu lagi berukuran kecil ditempatkan di tepi pantai bagian bawah.
|
Pintu masuk Batu Bolong |
|
Inilah yang dimaksud 'bolong' itu |
|
Pura di ujung pantai |
|
Dan yang persis di bibir pantai |
Pantai memang menjadi andalan wisata Lombok. Kalau di bagian pertama aku mengulas singkat tentang Gili Trawangan dan Tanjung Aan, maka di bagian kedua ini ada Pulau Pasir dan Pantai Pink. Masih ingat acara jalan-jalanku di Belitung? Disitu aku sempat pergi ke pulau pasir juga. Namanya saja Pulau Pasir, berarti memang hanya pulau kecil yang terdiri dari pasir pantai yang muncul dari dasar laut. Bisa jadi, mungkin ini dulu pulau seperti pulau-pulau lazimnya yang terdiri dari bebatuan, karang, tanah, pasir dan ditumbuhi tanaman-tanaman, lalu terjadi reaksi alam yang mengikis permukaan dan menghanyutkan beberapa bagian pulau. Tapi aku sebagai saksi hidup melihatnya ini benar-benar sebuah gundukan pasir yang muncul dari dari dasar laut. Tidak ada karang, tidak ada batu dan tanah, totally pasir !
|
Dermaga ke Pulau Pasir |
|
Perahu rakyat untuk menyeberang |
|
Mendekati Pulau Pasir |
|
Pasir putih bersih memanjang |
|
Bintang laut dan bulu babi lumayan banyak di pinggir pantai |
Kalau sudah ke Pulau Pasir, sebaiknya sekalian ke Pantai Pink yang letaknya satu jalur dan tidak jauh dari Pulau Pasir. Dari namanya, pasti kita berfikiran bahwa yang akan kita temui nanti pasir pantai yang berwarna pink seperti di Labuan Bajo. Warna merah muda pasir itu sebenarnya karena pasir-pasir yang bercampur dengan serpihan karang laut yang berwarna ke-merahmuda-an terkena sinar matahari. Tapi itu yang di Labuan Bajo. Kalau yang di Lombok, justru aku tidak melihat warna pink itu. Sama seperti pantai-pantai lain, hanya pasir putih kecoklatan yang kulihat di sepanjang pantai.
|
Mendekati Pantai Pink |
|
Perahu harus bersandar jauh dari pantai |
|
Pemandangan dari bukit |
|
Pasir pantai sama sekali tidak 'pink' |
Namun kekecewaanku tidak berlanjut lama karena Pantai Pink ini punya bukit karang yang unik. Bukit karang itu menjorok ke laut membentuk setengah busur meruncing di ujungnya. Pada bagian bawah terdapat rongga besar sehingga terlihat seperti jembatan. Semua wisatawan yang datang ingin mengabadikan diri di ujung bukit dengan berbagai macam pose, meskipun tubuh kita akan terlihat sangat kecil di foto. Bila memperhatikan letak matahari dan arah sinarnya, mungkin foto disini akan terlihat lebih indah bila dilakukan saat sunset.
|
Inilah bukit yang jadi idola |
|
dan ini juga |
Bicara tentang foto, di Lombok ada tempat yang bagus untuk berfoto. Tempat itu bisa jadi diluar dari pikiran kita karena mungkin kita tidak pernah berfikir bakal ketemu tempat bagus seperti itu. Adalah Vila Hantu yang berada persis di pinggir jurang. Bangunan vila ini ditinggalkan pemiliknya karena ada sengketa diantara keluarga pemilik sehingga Pemda tidak memberikan ijin untuk dikelola sebagai tempat hiburan. Padahal kalau dilihat dari design-nya, villa ini dilengkapi dengan fasilitas kolam renang, bar, outdoor balcony dan dapur. Sayang sekali.
|
Pintu masuk villa hantu |
|
Pemandangan dari atas villa |
Kulihat banyak sekali wisatawan dalam dan luar negeri yang berkunjung kesini. Mungkin mereka penasaran, mengapa dinamakan vila hantu, apakah memang benar-benar berhantu? Kalau di siang hari mungkin tidak berasa seramnya, tapi bisa jadi kalau malam hari berubah menjadi tempat yang menyeramkan.
|
Laut membentang super blue (bagian kanan villa) |
|
Pantai (bagian kiri villa) |
|
Capture dari lantai dasar villa |
Disamping wisata alam, Lombok juga surga bagi pecinta kuliner, apalagi yang suka makanan seafood dan yang pedas. Siapa yang tidak kenal plecing kangkung? sate rembiga? Kalau yang pernah ke Lombok pasti tidak ingin melewatkan makan dua icon makanan lokal ini. Keduanya beraroma cabe alias pedas, meskipun sekarang ada juga yang versi 'kurang pedas'-nya. Kalau plecing kangkung selalu disediakan dimana-mana dan rasanya hampir sama semuanya. Tapi kalau sate rembiga, kata guide-ku harus datang ke tempat asalnya yaitu di desa Rembiga yang tidak jauh dari Mataram, ibukota Nusa Tenggara Barat.
|
Katanya yang ini ásli' sate rembiga |
|
Ada yang lesehan |
|
Lumayan luas tempatnya |
Selama di Lombok, aku menginap di Svarga resort yang berlokasi di daerah Senggigi. Bentuk hotelnya unik seperti gunung, meruncing ke atas. Kita pun dibuat 'mendaki' bila ingin menuju kamar. Setiap kamar punya taman yang luasannya tergantung tipe kamar yang kita pesan. Hotel ini punya pemandangan alam yang hijau dan segar, juga tenang karena jauh dari keramaian penduduk ataupun hiruk pikuk jalan raya. Lift hanya satu unit dan ada di tengah-tengah hotel. Bentuknya pun unik, hanya kotak kecil biasa, berdinding kaca transparan sehingga kita bisa melihat suasana sekeliling hotel dan lajunya super pelan. Sepertinya para tamu diharapkan lebih mengutamakan jalan kaki naik tangga biar sehat.
|
Bagian depan menuju kamar-kamar |
|
Menuju lift unik |
|
Semuanya berundak |
|
Setiap kamar punya 'garden view' |
|
Blok kamar terlihat dari luar |
Satu hal yang kurang di hotel ini yaitu saat sarapan. Bukan buffet seperti biasa yang sudah tersaji dan kita hanya ambil sendiri sesuka kita, melainkan kita harus pesan terlebih dahulu. Mungkin pihak hotel ingin tamunya menikmati sarapan yang panas, fresh from the oven. Boleh saja, tapi mungkin tamu juga tidak harus menunggu terlalu lama untuk sekadar sarapan.
|
Kamar |
|
Tempat tidur |
|
Kolam renang private di dalam kamar |
|
Kamar mandi |
|
Shower room |
|
Kolam renang di luar, di area sarapan |
Kalau ada waktu, boleh juga mampir sebentar ke Bukit Malaka. Sepintas namanya mirip dengan nama kota di Malaysia, makanya banyak orang negeri jiran yang datang kesini. Kontroversi, tapi sesungguhnya nama itu adalah nama desa yang ada disini dan sama sekali tidak ada kaitannya dengan Malaysia. Dan di bukit ini, tepatnya di pagi hari, kita bisa mendapatkan pemandangan yang indah dari atas bukit.
|
Di atas bukit |
Jalan-jalan ke suatu tempat tidaklah enak bila tanpa membawa buah tangan. Lombok punya banyak oleh-oleh yang dapat kita bawa pulang. Produk-produk dari rumput laut seperti dodol super gummy, lalu susu kuda liar, kripik tahu plecing, madu lebah hutan dan berbagai camilan dari kentang dan singkong tersedia di beberapa counter oleh-oleh. So, tidak ada lagi yang perlu diragukan berwisata di Lombok, semua ada, semua bisa senang dengan hati riang.