Senin, 10 Oktober 2016

Rusia, Negara Komunis Yang Optimis Menarik Banyak Para Turis (Bagian 1)

Mendarat di Bandara Domodedovo dengan IATA code DME campur aduk perasaan antara excited karena pertama kali menginjakkan kaki di Rusia, dan perasaan gelisah plus khawatir karena banyak cerita negatif tentang negeri beruang putih ini.  Ada yang bilang, petugas imigrasinya reseh, lelet dan kurang ramah.  Ada juga yang bilang kalau bepergian ke Rusia harus hati-hati karena banyak copet dan tingkat kriminalitasnya tinggi.  Dasar nekat dan pengin tahu, aku kurang peduli dengan hal-hal negatif tadi.  Bagiku, kita tidak bisa men-generalisasi suatu bangsa hanya karena perilaku sebagian orang.  Tidak ada yang sempurna, termasuk kalau bicara tentang suatu bangsa yang majemuk penduduknya, heterogen karakternya.  Pasti sangat kompleks.  Kalaupun perilaku itu menjadi karakter, bisa jadi karena ada kebiasaan atau ketentuan-ketentuan Pemerintah yang membuat masyarakatnya terbiasa akan sesuatu atau beberapa hal dalam beraktifitas.  Daripada denger dari orang, lebih baik kita buktikan sendiri gimana Rusia itu.


Arrival hall dengan petugas yang mengatur on-off perputaran bagasi

Conveyor belt tidak banyak jumlahnya, tapi petugas selalu stand by

Untungnya ada bahasa Inggris, kalau tidak bisa nyasar kita

Petugas akan mengeluarkan semua bagasi dan mengaturnya untuk penerbangan berikutnya


Impresi pertama datang di bandara DME memang membuktikan bahwa petugas imigrasi Rusia tidak ramah.  Petugas perempuan yang mengarahkan penumpang asing ke counter imigrasi dengan suara keras dan sikap yang kurang sopan (bicara sambil kacak pinggang dan ngobrol dengan rekannya) mengacungkan jari, benar-benar membuat aku jadi yakin, budaya komunis yang serba kaku, keras, sikap dingin terlihat.  Belum lagi antrian di imigrasi yang sangat lama meskipun konter yang dibuka ada 12, tapi petugasnya memang super lelet, termasuk petugas imigrasi yang melayaniku.  Tidak ada senyum sama sekali dan tidak merasa bersalah saat printer jadul yang dipakainya lamban merespon perintahnya.  Dia malah asyik ngobrol dengan rekan kerja di bilik sebelah.  Baru kali ini aku tahu kalau (mungkin satu-satunya di dunia) di Rusia, lembar atau kartu embarkasi dan debarkasi harus diprint di konter imigrasi.  Semua negara ga mau bikin repot penumpang dengan menyediakan kartu itu di konter menjelang area pemeriksaan imigrasi sehingga mereka dengan segera mengisi kartu tersebut dan menyerahkan ke petugas.  Bahkan ada juga yang menyerahkan kartu debarkasi di dalam pesawat.  Tapi di Rusia lain daripada yang lain.  Inilah yang menurutku membuat pelayanan di imigrasi jadi super lamaaaa.......


Arrival hall-1

Arrival hall-2

Arrival hall-3

Keluar dari area kedatangan

Bandara Demodedovo, tampak dari depan (sisi kanan)
Lihat huruf kapital nama bandara ini



Keunikan (baca: keanehan) di Rusia terjadi lagi.  Kalau di imigrasi terkenal super lamban dan menegangkan, justru di bea cukai kebalikannya.  Entah gimana dan kenapa, hari itu sama sekali tidak ada petugas bea cukai.  Benar, semua penumpang langsung bisa ngeloyor keluar setelah mengambil bagasinya.  Bayangin kalau petugas bea cukai seperti imigrasi, alamat kita berjam-jam urusan di dalam terminal sebelum memasuki Rusia.


Kayak tulisan narkoba ya??


Beberapa jam di Rusia, aku segera belajar memahami tulisan atau abjad Rusia yang super unik alias membingungkan bagi semua orang.  Disamping menggunakan simbol, beberapa huruf sangat berbeda ejaannya dengan huruf latin biasa.  Contoh tulisan Moskwa atau moscow, di Rusia tertulis MOCKBA.  Ada satu tulisan yang langsung menjadi perhatianku pertama kali di Rusia yaitu parking yang tertulis seperti kata narkoba di bahasa kita.


Jalan menuju kota-1

Jalan menuju kota-2

Jalan menuju kota-3

Jalan menuju kota-4

Apartemen pinggir kota yang punya bentuk sama


Searah menuju pusat kota Moscow, aku sempat mampir dulu ke Moscow university, salah satu tempat pendidikan sekaligus tempat bersejarah karena ada di salah satu tower Stalin yang berjumlah 7 di setiap sudut kota Moscow.  Bangunan atau gedung ini bersifat standard dan sangat spesifik serta mudah dikenali untuk menemukan gedung-gedung lainnya di Rusia.  Tadi malam di depan gedung ini dijadikan tempat untuk konser dan pesta circle light.  Di taman ujung depan universitas ini, kita bisa melihat dari jauh kota Moscow.


Moscow university

Iklan acara pesta circle light

Kota Moscow dari jauh

Tempat seluncuran ski saat musim dingin penuh salju

Semua gereja di Moscow berkubah seperti masjid


Udara semakin dingin karena angin berhembus kencang di musim panas ini padahal suhu menunjukkan angka 15 derajat celcius.  Sama seperti negera-negara lain di Eropa, meskipun musim panas dan di weather report dibilang suhunya sekitar 10 s.d. 18, jangan belagu atau punya fikiran seperti di puncak.  Di Eropa yang jadi masalah adalah anginnya yang kurang bersahabat yang membuat suhu jadi terasa sangat dingin bagi orang Indonesia.  So, sebaiknya pakai long john, baju tebal atau jaket biar ga kedinginan kalau harus bermain di outdoor.  Makanya, aku segera masuk lagi ke mobil melanjutkan perjalanan menelusuri sungai Moscow yang membelah tengah kota.


Sungai Moscow dengan monestary di seberangnya

Cuaca agak mendung sehingga suasana agak gelap di siang hari

Monastery terlihat dari jauh

Moscow river-1

Moscow River-2


Bila Jepang terkenal dengan bullet train-nya, maka Rusia terkenal dengan Siberian train dan Metro-nya.  Yang pertama hanya bisa kita nikmati bila kita bepergian ke pinggiran Rusia dan perlu waktu yang lumayan panjang liburan, sedangkan yang kedua, ga pake lama atau saat ini juga dapat kita rasakan pelayanan kereta api bawah tanah dalam kota.  Disamping kecepatannya yang pernah menduduki peringkat pertama sebelum Shinkazen muncul, Metro di Moscow punya schedule keberangkatan sangat padat.  Setiap 3 menit kereta api route yang kita pilih akan hadir, siap mengantarkan kita ke tujuan.  Jadi, kita tidak dibikin lama menunggu.  


Pintu depan stasiun Metro yang sulit dikenali bila baru pertama kali datang ke Rusia

Simbol M itulah petunjuknya

Baru masuk peron sudah terkagum-kagum dengan keindahan seninya

Escalator kemiringan 45 derajat plus dalam banget

Kesan pertama seperti sedang di dalam istana

Tidak ada satupun nama rute yang kukenal

Kondisi didalam kereta biasa saja


Metro ini menjadi salah satu tempat wisata yang wajib didatangi karena bukan hanya sekadar sejarah kemajuan teknologi Rusia dalam transportasi kereta api, tapi keindahan setiap stasiun yang luar biasa indahnya.  Setiap stasiun menyimpan sejarah dan cerita tersendiri.  Ada yang penuh dengan lukisan para pejuang dengan cerita kepahlawanannya, ada juga yang menceritakan kehidupan para bangsawan, para musisi dan lain-lain.  Aku bisa berjam-jam disini hanya untuk mengambil gambar sambil mengagumi keindahan arsitek dan ornamen yang ada.  Sumpah, indah banget!! 


Stasiun pertama

Stasiun pertama

Stasiun pertama
Stasiun kedua

Stasiun kedua
Stasiun kedua
Stasiun ketiga

Stasiun ketiga

Stasiun ketiga
Stasiun ketiga
Stasiun ketiga
Lorong tempat menunggu dan jalur rel kereta

Stasiun keempat

Stasiun keempat
Lihat jembatan penyemberangan diatas jalur kereta

Pintu keluar Metro


Capek berkelana dari stasiun ke stasiun, perut sudah mulai protes minta diisi.  Giliran wisata kuliner makanan lokal perlu dijajaki.  Rekomendasi teman membawaku ke restoran di tengah kota yang katanya terkenal menyajikan makanan khas Rusia.  Jangan tanya namanya ya, karena abjad Rusia tidak ada di laptopku.  Tapi jangan khawatir setidaknya ada foto yang mempermudah bagi kita menuju kesana.  Tempatnya persis di area depan gedung Kementerian Luar Negeri


Ini gedung Kementerian sebagai petunjuk
Lokasi restoran di seberang gedung ini

Nih nama restoran itu

Kita harus turun pakai tangga dulu

Lalu ketemu dengan beberapa ruangan yang bertema seperti ini

Penampilan pelayan di restoran ini yang lumayan ramah

Ruangan di dalam

Ruangan di dalam dengan tema yang lain


Pertama-tama pelayan meletakkan roti tawar dengan dua warna dan dua rasa.  Yang berwarna putih benar-benar tawar rasanya, sedangkan yang agak kecoklatan berasa sedikit asam.  Tidak ada mentega atau selai di atas meja karena roti itu untuk teman makan salad dan sup yang datang berikutnya.  Sup itu berwarna merah menyala dan rasanya sedikit manis.  Isinya ada mie, irisan bawang bombai dan beberapa herbal khas Rusia.  Sedihnya, aku lupa memotret main course-nya berupa nasi ayam.  Nasinya lebih mirip nasi goreng hainan, sedangkan ayamnya tidak disajikan seperti ayam goreng biasa, melainkan lebih mirip pastri atau kue.  Lembut banget dagingnya dan enak!!  Saran bagi yang ga bisa jauh dengan rasa Indonesia sebaiknya bawa sambal atau makanan penggugah selera lainnya seperti abon, goreng teri atau lainnya.  Kenapa?  Karena makanan Eropa dimana-mana sama, cenderung tidak kaya bumbu dan manis.  Di akhir makan, pelayan menyajikan ice cream yang dikemas dalam gelas plastik kecil.  Sangat jauh dari kesan mewah, sangat kontras dengan menu-menu sebelumnya.  Ya sudah, tinggal nikmati aja, ga usah banyak cincong, menurutku he.....he....


Salad dengan porsi minima

Sup merah dengan porsi minima juga

Perut sudah diisi, acara jalan-jalan dilanjutkan.  Rekomendasi dan petunjuk sudah didapat, tinggal kaki ini yang diajak kompromi.  Sudah barang tentu, Hard Rock Cafe menjadi sasaran.  Kok pas banget tempatnya ada di Arbat street, jalan yang sangat populer jaman dulu tempat orang-orang kaya dan bangsawan Rusia tinggal.  Peninggalan kejayaan tempo dulu masih dapat kita lihat berkat kepedulian Pemerintah melestarikan dan menjaga bangunan-bangunan itu, meskipun fungsinya sudah berubah total.  Di jalan ini banyak kita temui pedagang jalanan yang menjajakan hasil-hasil seni pribadi seperti lukisan dan di jalan ini juga kita dapat membeli souvenir khas Rusia seperti matrieska, boneka kayu dengan bentuk seperti pion bowling dan terdiri dari beberapa boneka serupa di dalamnya.  Jumlah gedung-gedung kuno di area ini lumayan banyak, oleh karena itu Pemerintah menempatkan papan-papan maket gambar beserta penjelasan atau sejarah dari gedung tersebut agar mempermudah pengunjung mengetahui sejarah kepemilikan dan situasi gedung di awal pembangunannya.


Nama jalan bersejarah di Moscow
Prasasti menempel di dinding rumah

Rumah pertama sebagai petunjuk tempat bersejarah itu
Arbat street-1
Arbat street-2
Hard Rock Cafe tepat di depan jalan
HRC, berdiri megah dan ramai pengunjung
Arbat street-3
Arbat street-4
Arbat street-5
Arbat street-6
Arbat street-7
Arbat street-8
Arbat street-9
Arbat street-10
Arbat street-11
Arbat street-12
Arbat street-13



Sekarang Pemerintah Rusia semakin terbuka bagi orang asing.  Sangat berbeda di era Soviet atau rezim komunis memimpin negeri ini.  Kesadaran bahwa sektor wisata dapat meningkatkan arus devisa menyebabkan semua kegiatan dan tempat didorong untuk mempromosikan diri, termasuk salah satunya kesenian sirkus.  Ada 2 jenis sirkus yang ditawarkan kepadaku, yang konvensional gaya sirkus kuno dengan badut-badut, bergelantungan tali dan melakukan atraksi keseimbangan oleh pelaku sirkus dengan pakaian konvensional, atau ada yang berbau modern.  Perbedaannya hanya dikemasannya saja.  Pola pertunjukan pada prinsipnya sama, ada badut, ada lompat bungy jumping, atraksi binatang dan lain-lain, hanya dipoles sedikit seperti badut diganti manusia bergaya robot, pakaian pelaku sirkus lebih modern dan ditambah dengan perpaduan kecanggihan teknologi tata suara dan tata cahaya, sehingga pertunjukan ini tidak membosankan dan menurutku lebih bisa diterima oleh pengunjung.


Tiket nonton sirkus, tempat duduk harus sesuai baris dan nomor

Gedung pertunjukkan fasad depan

Tempat penitipan jaket dan mantel

Bagian dalam yang ramai penonton

Sirkus-1

Sirkus-2

Sirkus-3

Sirkus-4

Sirkus-5

Salah satu tempat yang wajib dikunjungi oleh turis di Moscow adalah Red Square atau lapangan merah dengan katedral Saint Basil yang terkenal dan sekaligus icon dari Moscow.  Bentuk katedral ini kalau dilihat lebih menyerupai masjid, tapi inilah keunikan di Rusia.  Bangunan masjid dan gereja sama, hanya ujung dari kubahnya yang berbeda.  Kalau gereja sudah barang tentu ada salib di atas kubah, sedangkan masjid berbentuk bulan sabit dan bintang.  Jadi khususnya bagi umat Islam jangan buru-buru ngelihat kubah lalu main masuk dan sholat.  Cek dulu moncong di atas kubah, jangan-jangan bertanda salib. 


Saint Basil Cathedral, tampak dari belakang
Tampak dari depan, menghadap red square
Lovely Moscow
Sama-sama berkubah, tapi kalau ini masjid besar di kota Moscow

Selesai keliling katedral, tidak ada salahnya menyempatkan diri berbelanja ke mal rym (baca Gum) yang ada di kawasan red square.  Disini dijual brand-brand internasional seperti Prada, Versace dan lain-lain.  Ada juga counter yang menjual souvenir Rusia, tapi kalau bermasalah dengan finansial sebaiknya tidak usah beli disini.


Masuk di mal jam 3 sore
Keluar jam 7 malam
Mal di red square
Brand internasional ada disini


Selain katedral Saint Basil di red square, ada tempat yang tidak boleh dilewatkan adalah benteng Kremlin yang dibangun oleh Pangeran Yuri Dolgoruky pada tahun 1147 dan menjadi ibukota negara terluas di dunia dan sekaligus menjadi tempat pemerintahan Vladimir Putin, presiden Rusia saat ini.  Di area ini juga kita bisa mengunjungi Bell tower of Ivan the Great yang dibangun pada tahun 1508 dan berpose di depan Tsar Bell, lonceng terbesar dan terberat di dunia dengan berat sekitar 65 ton, serta mengunjungi Kremlin Cathedral yang berada di tengah benteng dengan berdinding bata merah sebagai ciri khasnya.


Antrian panjang di depan pintu masuk benteng
Gerbang utama dilihat dari dalam
Katedral Kremlin bagian dalam
Tsar Bell dari sisi belakang
Tsar Bell dengan pecahan dan ukuran yang luar biasa besar
Kantor Presiden Putin (kiri), Gerbang utama keluar (kanan)
Meriam di belakang katedral
Katedral tampak dari luar
Katedral Kremlin sebelah kanan pintu masuk
Katedral bagian dalm kiri pojok

Konon katedral Kremlin ini berfungsi sebagai biara bagi para 'istri' raja atau bangsawan yang sudah tidak diminati lagi oleh sang suami.  Ketentuan penganut Kristen ortodox di Rusia tidak membolehkan perceraian, oleh karena itu para suami (termasuk sang raja) yang menginginkan keturunan atau menginginkan istri kedua dan seterusnya, mengasingkan/mengirim istrinya ke biara agar terkesan bahwa si suami rela melepaskan sang istri yang ingin mengabdikan dirinya untuk Tuhan.  Kebiasaan ini menjadi lazim dilakukan oleh raja-raja di Rusia dan diikuti oleh warga lainnya khususnya para bangsawan karena biara ini sangat populer, mewah dan dapat perhatian khusus dari sang raja.  Hanya para bangsawan dan orang-orang kaya saja yang dapat 'menyerahkan' istrinya ke biara ini karena sang suami harus rutin memberikan donasi ke katedral.  


Gedung sekitar benteng (dulunya) tempat tinggal para bangsawan

(Dulu) Rumah orang terkaya di Rusia yang dihibahkan untuk perpustakaan

Gerbang keluar benteng

Ada satu bangunan besar di dalam benteng ini yang masih menjadi perdebatan warga Rusia karena bentuknya yang sangat modern dan malah merusak keindahan benteng.  Menurutku bangunan untuk sidang para petinggi komunis itu tidak harus ada disana karena sangat tidak matching atau sesuai dengan tema dari area itu yang mengedepankan ke-kuno-an sejarah kerajaan masa silam.  Sebagian yang pro mengatakan bahwa gedung sidang pejabat dibangun dengan berdinding dominan kaca agar dapat merefleksikan keindahan semua gedung-gedung tua di dalam benteng, sehingga orang masih fokus ke bangunan sejarah, tidak ke gedung sidang.


Kantor KGB, Badan intelejen Rusia


Hiburan malam di Moscow didominasi oleh bar, rumah makan, konser dan live show.  Tidak seperti kota-kota besar dunia yang lain, Moscow lebih terkesan tertutup, tidak banyak pilihan.  Sejak Pemerintahan pasca komunis, hiburan malam sangat diawasi oleh pemerintah.  Ironis, karena kita beranggapan sebaliknya, saat komunis harusnya makin ketat, tapi ternyata di masa komunis, hiburan malam berkembang bebas  Katanya, petugas gampang disogok karena penghasilan mereka terbatas.  Sama rata sama rasa, itu prinsip di jaman Stalin.  Namun sekarang, petugas mendapat gaji lebih besar dan Pemerintah menerapkan sanksi tegas dan berat bagi yang melanggar ketentuan.  Oleh karena itu, malam ini aku lebih memilih melihat live show berupa pertunjukkan kesenian rakyat Rusia jaman dulu.  Folk show ini diselenggarakan di bangunan opera megah di tengah kota.  Kalau dibandingkan dengan yang di Austria sih memang masih kalah, tapi lumayan lah untuk ukuran Rusia.  Sayangnya kita tidak diperbolehkan mengambil gambar atau merekam pertunjukkan.  Kalau sekadar mem-foto ruangan atau aktifitas sebelum dan sesudah pertunjukkan masih diperbolehkan.


Gedung opera tempat pertunjukan folk show

Di dalam gedung sebelum pertunjukkan

Mini okestra menyambut penonton

Tiket folk show
Tempat pembelian tiket di dalam gedung
Dalam gedung
Standing banner promosi
Mau foto bareng mereka? Bayar 100 rubel
Red & white wine gratis bagi penonton
Dalam gedung


Wisata kuliner tetap menjadi agenda kegiatanku di setiap perjalanan termasuk di Moscow.  Food street tidak mudah ditemui di kota ini.  Kalau ingin hang-out, orang-orang akan pergi ke bar atau restaurant yang dalam bahasa Rusia tertulis PECTOPAH.  Salah satu restaurant rekomendasi banyak orang adalah Zugili.  Tempatnya berada di area tengah kota dan hampir semua supir taxi mengetahui lokasinya, tapi aku sarankan untuk bawa orang atau teman Rusia bila naik taksi karena supir-supir taxi negeri ini terkenal nakal.  Restaurant Zugili menempati area basement di bagian gedung, memiliki pintu masuk yang unik, tetapi kita perlu reserve bila ingin makan dengan teman-teman disini, apalagi kalau weekend dan jam makan siang weekday, dijamin tempat ini akan padat.  Disamping menyajikan live music, restaurant ini memiliki sajian menu yang enak dan dengan porsi yang jauh dari ukuran Eropa.  Mungkin karena bekas negara komunis, kehidupan yang serba prihatin mempengaruhi kebiasaan makan mereka.  Tapi untuk ukuranku, porsi makanan yang disajikan sudah pas, bahkan aku sering sudah ga sanggup lagi untuk menikmati dessert.


Pintu masuk restaurant Zugili
Zugili-1
Zugili-2
Zugili-3
Salad sebagai makanan pembuka
Sup ayam
Main course-nya, nasi dan ayam yang super empuk
Kue dessert yang sangat manis dan mengenyangkan


Perjalanan ke Rusia tidak akan lengkap bila belum mengunjungi Saint Petersburg, kota terbesar kedua di Rusia yang dikenal sebagai Venisia-nya negeri Paman Putin ini.  Pada bagian kedua perjalananku ke Rusia, aku siap berbagi cerita tentang keindahan kota Saint Petersburg dengan sedikit menguak kehidupan serba mewah di jaman kekaisaran Peter the Great dan Catherina the Great.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar