Memang, aku sangat excited menulis cerita perjalananku di Swedia ini karena akhirnya aku sudah hampir mencapai separuh dari rencana besar sepanjang hidupku. Swedia menjadi negara ke-40 yang berhasil aku jejakan kaki memenuhi hobby-ku. Pro dan kontra kerap kudengar terkait hobby mahalku yang satu ini, tapi kembali lagi, setiap orang punya hak untuk menyukai sesuatu benda atau menyukai sesuatu kegiatan. Sepanjang dilakukan dengan bijak dan tidak mengganggu orang lain, menurutku sah-sah saja. Sampai sekarang aku tidak punya masalah dengan hobbyku. Semua yang kontra kuanggap sebagai wujud rasa iri saja dari orang lain dan itu wajar karena tidak semua orang punya kesempatan yang sama. Tidak semua orang melihat dan memahami sesuatu dengan cara yang sama. Bukannya berprinsip 'anjing menggonggong kafilah berlalu' ya, tapi aku anggap sebagai masukan agar aku lebih bijak dalam menggunakan waktu dan uang. Prinsipnya, selagi kaki ini masih mampu melangkah dan selagi kantong ini masih sanggup menyangga, aku harus meluangkan waktu untuk menyenangkan diri dengan melakukan sesuatu yang aku suka agar jangan sampai terlambat dan menyesali diri sendiri nantinya. Punya duit banyak tapi ga sempat kemana-mana dan keburu sakit atau tua renta. Yang tinggal hanya menyesali dan iri melihat orang lain senang.
|
Terminal keberangkatan kapal pesiar |
|
Pembelian tiket |
|
Check-in area |
Meskipun bukan sebuah negara besar, tapi Swedia mempunyai predikat 10 besar
negara kaya di dunia dan masuk dalam salah satu negara pilihan untuk ditempati
karena tingkat kebahagiaan penduduknya. Siapa yang ga kenal produk-produk
Swedia seperti Volvo, Scania, Ericsson, IKEA dan Hennes & Mauritz atau
lebih dikenal dengan H & M? Kalau memasuki Finlandia dengan jalur
kereta api, maka kali ini aku ingin menggunakan moda transportasi lainnya
menuju Swedia yaitu cruise atau kapal pesiar. Silja Symphony, kapal
pesiar 12 lantai mengantarku dengan selamat tiba di Stockholm ibukota Swedia. Kapal super besar ini menawarkan berbagai
macam hiburan mulai dari shopping center yang menjual makanan, pakaian sampai
dengan souvenir, restaurant, bar, casino, executive lounge, whirl pool, sauna
yang berharap penumpang tidak menjadi bosan bila berada di dalam cruise.
|
Boarding ke kapal pesiar Silja Symphony |
|
Layar ucapan selamat datang dan petunjuk kamar |
|
Lantai 7 (kiri) area restaurant dan shopping arcade |
|
Lantai 7 (kanan) casino, night club dan shopping |
|
Kamar serba minimalis |
|
Hiburan hanya tv dan wifi gratis |
|
Meja rias, hair dryer dan telepon |
|
Kamar mandi-1 |
|
Kamar mandi-2 |
Apalagi bicara sarapan yang gratis atau
menjadi bagian dari tiket, restaurant super besar yang bisa menampung lebih dari 400
orang sekaligus ini menyediakan berbagai macam masakan. Ada yang serba mentah seperti sushi
Jepang. Ada juga untuk vegetarian atau
pemakan segala makanan pun akan terpuaskan disini. Minuman beraneka ragam tersedia disini dan bebas dikonsumsi sesuka hati. Kita bisa mencoba white wine,
red wine, bir, juice atau minuman bersoda.
Ice cream juga tersedia untuk melengkapi makan kita. Beruntunglah bagi penumpang yang punya selera (baca: porsi) makan tinggi, mungkin semua makanan disini bisa dinikmati.
|
Cruise yang lain sedang bersandar di pelabuhan |
|
Jacuzi, whirl pool dan sauna |
|
Petunjuk setiap lantai yang sangat membantu penumpang |
|
Area untuk sarapan |
|
Super store yang bebas pajak |
|
Di deck terbuka lantai 12 |
|
Tempat kencing dan berak anjing yang ikut sebagai penumpang |
|
Brosur, majalah dan promo |
Barang-barang yang dijual di cruise ini semua bersifat tax free, bebas pajak. Kalau dibandingkan dengan diluar, jelas disini lebih murah. Area shopping center-nya sangat luas. Bagian depan tersedia berbagai jenis makanan dan minuman ringan. Agak ke tengah menyediakan minuman keras dan parfum. Ke area lebih dalam lagi kita akan bertemu dengan produk-produk pakaian dan asesoris brand-brand internasional.
|
Lorong di cabin |
|
Pertunjukan sirkus di lantai 7 |
|
Atraksi yang menghibur |
|
Area kedatangan |
Tempat pertama yang aku kunjungi di Stockholm Swedia adalah Vasa museum yang
menyimpan kapal bersejarah yang pernah digunakan Raja Gustaf dalam peperangan. Kapal yang paling besar di jamannya ini mampu
mengangkut 64 meriam dan menjadi kebanggaan warga Swedia. Di dalam museum ini
kita dapat menonton film animasi sejarah pembuatan kapal dan seluk beluk
peperangan di laut serta melihat peninggalan cerita masa lalu.
|
Museum Vasa |
|
Tempat pembelian tiket |
|
Kapal bersejarah-1 |
|
Kapal bersejarah-2 |
|
Kapal dalam bentuk miniatur |
Museum ini ditata dengan apik sehingga pengunjung tidak merasa bosan. Setiap sudut mengalir menceritakan perjalanan Raja Gustaf yang dibuat menyerupai kondisi aslinya. Bagi yang ingin mempunyai kenang-kenangan berkunjung di museum ini, di dekat pintu keluar terdapat counter penjualan souvenir.
|
Patung Raja Gustaf saat mau berlayar |
|
Vasa museum-1 |
|
Vasa museum-2 |
|
Vasa museum-3 |
|
Vasa museum-4 |
|
Tempat penjualan souvenir museum |
Kunjungan berikutnya adalah ke city hall kota Stockholm. Bersyukur aku diberi kesempatan memasuki dan
memotret isi dari city hall sebelum gedung itu digunakan acara seremonial
besar-besaran oleh Pemerintah lokal. Terang saja
aku tidak menyia-nyiakan kesempatan dengan segera mengabadikan tiap sudut
ruangan yang luar biasa indahnya ini.
|
City hall Stockholm |
|
Pembelian tiket masuk |
|
Area utama |
|
Mosaic lukisan di atas beton yang basah saat dibuat |
|
Pintu masuk utama para politisi |
|
Halaman samping-1 |
|
Halaman samping-2 |
|
Halaman samping-3 |
|
Hall utama |
|
Ruang sidang para anggota dewan |
Berikutnya aku menyempatkan diri berbelanja di mal terbesar di pusat kota,
NK (baca: anko). Sudah barang tentu, aku
ingin memburu pakaian H&M karena disinilah markas besar brand internasional
itu. Produk-produknya pasti berbeda di
setiap negara karena disesuaikan dengan pasarnya, sehingga bisa jadi yang
dikeluarkan di Eropa belum tentu ada di Indonesia. Kalau pun ada, jenisnya pasti ga banyak dan
harganya lebih mahal. Sama seperti
Burberry di London atau Versace di Milan.
So, kesempatan ini harus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.
|
NK mall, pusat perbelanjaan terkenal di Stockholm |
|
Shopping area di tengah kota |
|
Shopping area |
|
Tugu pertanda shopping area |
Disamping H&M, ada satu lagi produk yang harus aku beli dan belum ada di
Indonesia. Sama seperti booth Makia
buatan asli Finlandia, di Swedia aku membeli produk Bjorn Borg. Siapa yang tidak kenal Bjorn Borg? Mantan
petenis nomor 1 dunia ini terjun ke dunia bisnis dengan memproduksi beberapa
apparel, sepatu, pakaian olah raga, tas, sampai atribut atau accesoris lainnya.
Mayoritas memang untuk laki-laki, jadi aku harus beli. Meski kopor sudah penuh barang-barang
belanjaan, tapi untuk yang satu ini aku tidak bisa mengatakan ‘tidak’. Kapan lagi aku bisa datang ke Swedia? Perjalanan mengelilingi dunia masih
panjang. Lebih baik aku jalan-jalan ke
negara yang lain daripada mengulangi perjalanan ke negara yang sudah pernah kudatangi.
|
Sepatu booth produk asli Swedia |
|
Dari bahan kulit, lembut, nyaman dipakai dan stylish modelnya |
|
Lumayan merogoh kocek lebih dalam |
Pusat perbelanjaan di Stockholm tidak sebanyak Jakarta. Mereka semua terpusat di Kungsgatan
area. Disini dapat kita temui semua
produk-produk khas Swedia dan brand-brand internasional. Di tempat ini juga kita dapat mengunjungi Hay
market, pasar rakyat yang berada persis di depan gedung konser, cuman aku
sarankan bagi yang tidak tahu harga dan tidak pandai nawar, sebaiknya tidak
usah membeli apapun disini. Kalau
sekedar melihat-lihat sih boleh-boleh saja.
|
Hay market, pasar rakyat tapi harus pandai menawar |
|
Gedung konser musik yang persis di depan pasar rakyat |
Di ibukota Swedia terdapat berbagai bangunan bersejarah seperti di Old Town
dan Royal Palace. Orang Swedia selalu dengan bangga mengatakan bahwa Negara mereka memiliki ratusan pulau. Bahkan ada pulau di tengah kota yang dimiliki
oleh seorang bangsawan di masa silam dan didirikan sebuah bangunan megah diatasnya
sebagai symbol kekayaan mereka.
|
Old town |
|
Royal palace-1 |
|
Royal palace-2 |
|
Royal palace-3 |
|
Royal palace-4 |
|
Royal palace-5 |
|
Royal palace-6 |
Sama seperti negara-negara Scandinavia lainnya, Swedia juga mengoptimalkan sungai sebagai sarana transportasi publik, namun di Stockholm kita akan lebih sering melihat yatch orang-orang kaya bersandar di dermaga. Kehidupan di Stockholm memang mahal dan pemerintah mengenakan pajak yang sangat tinggi kepada warganya, tapi semua itu kembali ke masyarakat dalam bentuk biaya pendidikan yang gratis sampai dengan tingkat kuliah, asuransi kesehatan dan pensiunan. Pemerintah juga menggunakan pajak untuk perbaikan sarana dan prasarana publik, sehingga tidak mengherankan bangunan-bangunan atau fasiitas publik disini terjaga dan terawat dengan sangat baik.
|
Bangunan tua di depan museum Vasa |
|
Laut dan sungai sebagai prasarana transportasi |
|
Kota yang penuh gedung-gedung tua |
|
Transportasi sungai-1 |
|
Transportasi sungai-2 |
|
Transportasi sungai-3 |
|
Transportasi sungai-4 |
|
Transportasi sungai-5 |
|
Transportasi sungai-6 |
|
Gedung teater |
|
Bangunan tua di tengah kota |
|
Bangunan tua di pinggir kota |
Disamping menginap di cruise, aku juga bermalam di sebuah hotel di Stockholm yaitu hotel Scandic Alvik di jalan Gustavslundsvagen 153 Bromma Swedia. Hotel ini bergaya minimalis. Fasilitas di dalam ruangan minim, tidak ada minibar, sandal, dan kimono. Hanya tv, strika dan mejanya. Lemari pakaian pun sangat terbatas. Untungnya ada wifi gratis yang lumayan kencang jalannya, meskipun agak ribet loginnya karena harus entry nama lengkap, kode negara dan nomor hp, serta nomor kamar sebagai passwordnya. Kalau butuh minum harus ambil sendiri di restaurant tempat breakfast. Sebenarnya air kran di negara-negara Scandinavia bisa langsung diminum, tapi repotnya kalau kita ingin air panas untuk bikin teh atau kopi. Kalau air panas dari kran kurang disarankan karena takut membawa karat yang ada dalam pipa. Breakfast di hotel ini lumayan banyak pilihannya. Daging, telur, ayam, ikan, salad, buah dan aneka macam kue tersedia. Enaknya ada kue yang diplastikin dan boleh dibawa keluar.
|
Kamar tidur super minimalis |
|
Tidak ada minibar dan air mineral |
|
Air kran bisa diminum |
|
Kamar mandi semua produk Swedia, Face |
Untuk urusan plug listrik atau colokan, jangan khawatir, seluruh negara di Scandinavia menggunakan plug yang sama dengan Indonesia, so ga perlu bawa travel multi plug. Sedangkan urusan makan, aku dapat rekomendasi untuk pergi ke restaurant Formosa, chinese food yang terkenal dengan black pepper-nya. Bener, hampir semua makanan di rumah makan ini berasa lada hitam alias pedas.
|
Ruang makan di Formosa |
|
Halaman sekitar Formosa sebagai check point |
|
Penuh pengunjung dan nyaman |
Makan malam aku ke restaurant Thai food, Rayavadee yang berada di tengah kota dan katannya ngetop dengan kualitas masakannya. Tempatnya terkesan mewah dan royal style. terlihat dari peralatan makannya dan design interiornya. Dan rasa masakannya..............ternyata enak! Saking enaknya sampai aku ga sempet moto makanannya.
|
Tampak depan |
|
Ruangan dalam |
|
Bar tersedia |
|
Interior bergaya royal |
|
Alat makan yang Thai banget |
Selain kotak pos, di Swedia aku juga menemui sesuatu yang unik dan menarik yaitu WC umum. Bentuknya unik karena terbuat dari marmer warna hijau terkesan ramah lingkungan dan bersih. Menarik karena terletak persis di tengah keramaian tetapi tidak mengganggu atau merusak pemandangan. Cuman ini ga gratis, kita harus masukkan uang koin sebelum bisa membuka pintu WC. Kalau tidak punya koin, ada alat untuk mendebit kartu kredit kita disamping lobang koin sama dengan toilet-toilet umum berbayar di Swedia lannya. Rata-rata bayar 10 kron (kurs saat ini 1 kron = Rp 1.500), memang terbilang sangat mahal untuk ukuran Indonesia bila harus bayar Rp 15.000 untuk sekadar kencing.
|
WC umum berbayar yang unik dan menarik |
Swedia memiliki tempat yang menjadi tujuan bagi penggemar olah raga ski. Adalah Karlstad, kota kecil di kaki bukit yang di musim dingin dan bersalju selalu ramai didatangi turis lokal dan asing untuk bermain ski. Daerah ini dikaruniai bukit-bukit yang indah dengan pokok-pokok pinus yang menutupi bukit. Lembah yang naik turun dan beberapa bagian sangat terjal sangat memikat hati para penggemar ski. Sebaliknya bila musim panas, tempat ini tetap ramai pengunjung namun dengan tujuan berbeda, Mereka melakukan camping atau menikmati alam Karlstad.
|
Perjalanan menuju Karlstad |
|
Berhenti di pom bensin sekaligus cari camilan dan kencing |
|
Di dekat pom bensin terdapat Mc Donald yang menyediakan toilet gratis |
|
Sampai di kota Karlstad yang tenang dan segar udaranya |
|
Disini aku makan siang, tepatnya di restaurant chinese food |
|
Restaurang (itu bahasa Swedia untuk restaurant) Nya Peking |
|
Keindahan alam Karlstad-1 |
|
Keindahan alam Karlstad-2 |
|
Keindahan alam Karlstad-3 |
|
Menjadi tempat camping di musim panas |
|
Keindahan alam Karlstad-4 |
|
Keindahan alam Karlstad-5 |
|
Keindahan alam Karlstad-6 |
Di ujung kota Karlstad aku sempat mampir ke pusat perbelanjaan Charlottenberg untuk buang air kecil, rehat sambil menghabiskan uang kron Swedia. Ternyata shopping center ini ramai pengunjung dan menjual berbagai macam produk lokal Swedia. Ada juga yang belanja kebutuhan sehari di super market, ada juga yang sekadar hang out dengan keluarga atau teman.
|
Ramai pengunjung |
|
Banyak diskon dan murah |
|
Tapi untuk kencing harus bayar 10 kron tunai atau pakai kartu kredit |
Setelah negara ke-40 ini, aku semakin semangat untuk melengkapi separuh tujuan cita-citaku. Penginnya diberi kesempatan sama Yang Maha Kuasa untuk dapat menempuh perjalanan ke negara yang ke-50 atau separuh dari seluruh cita-citaku. Aku ga mau keburu tua dan ga bisa kemana-mana sebelum berkelana ke 100 negara. Aamiin.........................