Selasa, 01 November 2016

Bermalam di Helsinki Finlandia, Penuh Cerita Suka Cita

Kalau memasuki suatu negara lewat bandar udara itu sudah biasa, tapi kalau lewat kereta api itu baru bukan biasa.  Oleh karena itu, aku sengaja ingin mencoba pengalaman baru dengan mencoba memasuki negera Finlandia dengan transportasi darat.  Kereta cepat Allegro kupilih untuk mengantarkanku menuju Helsinki, ibukota Finlandia.  Ternyata tidak ada counter imigrasi di peron atau terminal kereta api di Finlandia karena petugas imigrasi akan masuk ke gerbong, mengecek satu persatu passport penumpang.  Benar, dalam perjalanan sekitar 15 menit jam keberangkatan, petugas imigrasi menyapaku dan meminta passport.  Dia tidak menanyakan apapun, hanya men-scan barcode di passportku dengan alat scanner kecil lalu agak lama membolak-balik lembaran passport, dan kemudian menyerahkan kembali passport itu sebagai tanda aku telah disetujui memasuki negara Finlandia.


Stasiun kereta api

Di dalam kereta api Allegro ke Finlandia

Di dalam kereta

Petugas mengecek tiket dan passport

Satu persatu penumpang diperiksa
Petugas money changer

Siap melayani penukaran mata uang



Negara dengan luas 338.424 km persegi ini hanya memiliki populasi sekitar 6 juta jiwa, kalah jauh dari Jakarta.  Meskipun penduduk lebih banyak bermukim di ibukota, tapi sarana transportasi publik sangat baik, sehingga tidak ada kemacetan sama sekali.  Pengendara mobil lebih cenderung mengalah memberikan kesempatan bagi pejalan kaki untuk menyeberang.  Taman-taman kota terawat dengan baik dan disediakan WC umum yang bersih.  Perjalananku dimulai pagi hari setelah check-in terlebih dahulu di hotel Helka di jalan Pohjoinen Rautatiekatu nomor 23, Etelainen Suupiri, karena keretaku tiba malam hari dan perut tidak bisa diajak kompromi.  Sebelum ke hotel aku menyempatkan makan malam di restaurant Tamarin di dalam mall Forum.  Ini supaya simple aja ga pake lama.  Kupilih restaurant masakan Thailand.  Ternyata pilihanku tepat, sayur lodeh-nya enak banget.  Gulai ikan salmonnya pun mantap.  Ini pertama kalinya aku makan gulai ikan yang tidak biasa.  Tahu lah, di Indonesia ataupun Asia, gulai ikan tidak jauh dari ikan nila, gurame atau emas.  Tapi di Finlandia gulai ikannya, Salmon!!.  Bumbu-bumbu meresap dengan baik di semua makanan.  Alhasil aku merasakan seperti berada di Indonesia karena semua masakan terasa familiar di lidah.


Di setiap stasiun besar berhenti sekitar 10 menit
Tiba di stasiun Helsinki
Stasiun terakhir
Stasiun yang bersih, jelas signage-nya dan terang lampunya
Meskipun malam hari tiba tapi terasa aman dan nyaman


Hotel Helka berada di ujung jalan dan mudah untuk ditempuh.  Fasilitas kamarnya lumayan oke untuk menginap.  Meskipun kamar tidur tidak terlalu luas, tapi peralatan tidur seperti kimono dan sandal disediakan.  Peralatan mandi juga lengkap dengan handuk badan, handuk wajah, sabun dan shampoo cair, serta hair dryer.  Minibar juga tersedia beserta ketel pemanas air.  Wifi tersedia gratis dan kecepatannya kencang banget.  


Kamar tidur-1

Kamar tidur-2
Kamar mandi-1

Kamar mandi-2

Kamar tidur-3

Pintu kamar


Pagi-pagi aku sudah ga sabar untuk segera meng-eksplor kota Helsinki.  Cuaca agak mendung dan diramalkan oleh weather report akan hujan hari itu.  Tanpa pikir panjang aku menuju alun-alun kota yang merupakan simbol dari kota Helsinki.  Di lapangan yang luas itu terdapat katedral terbesar, gedung pemerintahan dan gedung-gedung tua yang masih terawat dengan baik. Katedral utama Helsinki ini didisain oleh Carl Ludvig Engel dan Johan Albrekt Ehrenström.


Katedral utama dan terbesar di Finlandia

Gedung parlemen

Gedung tua di sekitar alun-alun

Sepeda yang dapat disewa untuk keliling kota


Dari alun-alun, aku berjalan kaki menuju dermaga untuk melihat dari dekat pasar rakyat yang menjual berbagai macam produk lokal seperti buah-buah segar, souvenir, bunga dan lain-lain.  Harga lumayan murah dan ada diskon bila kita beli dalam jumlah besar.  Pasar ini buka tiap pagi, tapi kalau hujan datang mereka langsung tutup karena tidak ada pembeli dan berisiko tenda tempat mereka berjualan terbang dibawa angin.  Bersyukur aku bisa datang dan membeli beberapa produk lokal karena beberapa menit setelah aku melakukan pembayaran, gerimis datang dan pembeli berhamburan mencari tempat berteduh.


Pasar rakyat di dekat dermaga
Suasana dermaga yang agak mendung
Gerimis mulai turun



Ternyata hujan deras hanya sebentar dan aku dapat meneruskan eksplorasiku ke tengah kota.  Aku penasaran sebesar dan seramai apa sih kota Helsinki.  Menulusuri Helsinki tidak butuh waktu lama karena kota ini tidak sebesar Jakarta.  Pusat keramaian ngumpul di satu titik, baik itu gedung pemerintahan, pusat perbelanjaan, dan hiburan.  Aku mampir ke museum musik sekaligus numpang kencing karena suhu dingin banget berkisar 6 derajat.


Museum musik
Di dalam gedung
Tugu 'Singing fish' di depan gedung


Selanjutnya aku mengunjungi Sibelius monument yang dibangun untuk mengenang komposer kenamaan Finlandia.  Monument berupa tabung-tabung besar terbuat dari logam sebagai simbolis tabung suara piano jaman kuno.  Juga ditempatkan cetakan wajah si komposer di sebelah kanan monumen.  Monumen Sibelius berada di sebuah taman yang tertata rapi, sehingga dapat digunakan untuk menyegarkan pikiran, jogging atau berkumpul bersama teman.


Sibelius monument
Cetakan wajah sang komposer
Taman di sekitar monumen

Tertata rapi dan bersih


Satu lagi tempat bersejarah di Helsinki yang perlu dikunjungi adalah Tempeliaukion, gereja batu yang dulunya adalah berupa bukit lalu digali dan dipahat menjadi sebuah gua yang didalamnya berfungsi sebagai tempat ibadah bagi kaum kristiani. 


Pintu masuk gereja batu
Tempat ibadah
Mimbar ibadah
Atap gereja mirip piringan terbang
Tempat lilin


Tata kota Helsinki membuatku kagum.   Taman-taman dirawat dengan baik dan nyaman untuk tempat hang-out ataupun untuk olah tubuh seperti jalan santai atau jogging.  Di dalam taman dapat juga kita temui beberapa patung tokoh-tokoh bersejarah atau terkadang juga dikombinasi dengan patung-patung kreasi artis lokal.


Salah satu taman di kota

Patung dan taman tertata rapi


Hunting spot-spot menarik pun kulakukan untuk memberikan kepuasan dalam perjalanan.  Mataku tiada henti melihat dan mengagumi gedung-gedung tua yang masih berdiri tegak dan terawat dengan sangat baik.  Sangat ironis bila dibandingkan dengan Indonesia.  Memang sudah seharusnya Pemerintah melindungi dan menganggarkan biaya perawatan bangunan bersejarah.  Selain untuk mengenang masa silam dan sebagai bukti keberadaan sejarah, gedung-gedung itu juga dapat digunakan untuk daya tarik wisata.  


Gedung pemerintah

Gedung opera


Belum lengkap rasanya kalau tidak membawa buah tangan dari Finlandia.  Yang pertama sudah pasti mencari Hard Rock Cafe dan beli t-shirt, lalu cari produk buatan lokal yang bisa dipakai dan syukur-syukur belum ada di Jakarta.  Semua rekomendasi mengarah pada mall di pusat kota yaitu Stockmann dan Forum.  Banyak nama-nama brand yang disebut oleh warga lokal yang kutemui.  Pilihanku jatuh pada sepatu boot merk Makia yang mencuri perhatianku saat aku memasuki mal Forum.  Produk itu berdampingan dengan brand-brand internasional lainnya seperti Armani, Boss dan lain-lain.  Meskipun harganya lumayan mahal, tapi penampilan dan bahan yang digunakan membuatku nyaman memakainya. 


Hard Rock Cafe di Helsinki
Boot Merk Makia, buatan asli Finlandia

Bahan dan penampilannya oke punya


Meskipun singkat perjalananku di Finlandia, tetapi menit demi menit meninggalkan kenangan indah penuh suka cita.  Bahkan aku merasa perlu sekali lagi datang kesini untuk menikmati kesegaran udaranya, keramahan penduduknya, kerapian dan keindahan taman-tamannya, kesadaran lingkungan penduduk dan pemerintahnya.  Semoga.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar