Sudah lama aku ingin pergi ke tempat ini. Hasrat jalan-jalanku rasanya tidak dapat dibendung lagi. Dengan kesempatan waktu yang terbatas, aku memutuskan untuk berangkat ke Vietnam dan Ba Na Hills adalah tujuan utamaku. Sebenarnya ini untuk yang ketiga kalinya aku ke Vietnam. Dikunjungan pertama dan kedua lebih banyak diisi oleh acara kedinasan alias tidak ada waktu untuk bersantai apalagi mengunjungi tempat-tempat wisata yang ada disana. Program kegiatan tidak jauh dari meeting ke meeting. Paling-paling ada waktu sedikit untuk menelusuri kehidupan kota Ho Chi Minh yang mirip Jakarta tempo doeloe dan menikmati pho (baca: fhe), mi rebus khas Vietnam. Tapi untuk yang sekarang ini lebih mirip balas dendam. Orang bilang, kalau mau senang-senang ya totalitas, jangan digabung-gabung dengan acara kedinasan atau kalau mau jalan-jalan ya pakai modal dong! Jalan sendiri dengan biaya sendiri karena kita akan lebih fokus dengan program pribadi, lebih leluasa men-setting waktu dan tempat yang akan kita kunjungi, dan yang pasti, kepuasannya maksimal!
|
Bola 'Sun World' di tengah kota tua Ba Na Hills |
Pesawat Airbus tipe 321 milik Vietnam Airlines membawaku terbang ke Vietnam dengan rute Jakarta ke Ho Chi Minh city terlebih dahulu, lalu melanjutkan dengan pesawat Vietnam Airline bertipe yang sama ke Da Nang Airport. Di bandara transit inilah awal cerita menarik yang menggelitik hati dan mataku. Bandara Saigon memang tidak sebesar Soekarno-Hatta Jakarta, apalagi kalau dibandingkan terminalnya dengan Terminal 3. Saat berganti penerbangan, dari penerbangan internasional ke penerbangan domestik, ini menjadi tantangan tersendiri bagiku karena pihak airlines hanya memberikan stiker kertas bertuliskan 'transit' yang harus ditempelkan ke dada kanan. Apa maksud dan tujuannya? Tidak jelas, karena aku tidak merasakan manfaatnya. Pelayanan tidak ada yang berubah atau membedakanku dengan penumpang lainnya. Toh aku tetap harus ngantri di counter imigrasi, ke tempat pengambilan bagasi sendiri, lalu pemeriksaan bea cukai yang sama seperti penumpang lainnya dan yang repotnya, harus keluar dari terminal internasional dan berjalan kaki menuju terminal domestik. Memang sih tidak jauh jaraknya. tetapi bandara ini kurang begitu jelas signage atau rambu-rambu petunjuknya. Tidak dapat dibayangkan bila penumpang tersebut belum pernah ke Vietnam dan tidak tahu proses atau alur penerbangan, apalagi ditambah dengan tidak bisa berbahasa Inggris?
|
Di dalam Airbus A321 |
|
Lumayan lega, pelayanan bintang 4 |
|
Mendarat di Bandara Ho Chi Minh |
|
Menelusuri lorong menuju imigrasi |
|
Antrian imigrasi yang tidak panjang |
Petugas airline di bandara kurang begitu peduli dengan penumpang transfer. Seharusnya, setelah mereka melihat passport kita dan tahu darimana kita berasal, mereka dapat menanyakan apakah kita sudah pernah ke Ho Chi Minh atau minimal memberikan petunjuk kemana kita harus pergi. Kenapa? Bayangkan saja, ternyata terminal domestik pun dibagi-bagi areanya, sama seperti di Terminal 1 Bandara Soekarno-Hatta. Untuk Vietnam Airlines ditempatkan di gate A, paling jauh kalau diukur jaraknya dari terminal kedatangan internasional. Belum lagi, setibanya di Screening Check Point atau area pemeriksaan oleh security bandara, antrianya minta ampun panjangnya. Sudah begitu, penumpang harus lepas semua sepatu! Untung saja jam penerbanganku ke Da Nang masih lama, sehingga aku tidak khawatir ketinggalan pesawat.
|
Tempat pengambilan bagasi internasional |
|
Jalan menuju terminal domestik |
|
Vietnam Airlines mendapat tempat di sub terminal A |
|
Menuju ruang pemeriksaan tiket dan identitas |
|
Antrian super padat di area pemeriksaan security bandara |
Disamping rambu-rambu petunjuk yang minim, kemampuan berbahasa Inggris petugas di bandara juga parah. Aku harus buka telinga lebar-lebar dan penuh perhatian pada setiap kalimat yang keluar dari mulut mereka agar lebih mudah memahami dan membiasakan diri dengan aksen bicara mereka. Terkadang komunikasi tersendat karena ada kalimat yang sulit aku pahami. Untungnya mereka sangat paham dan tidak mengalami kesulitan dengan bahasa Inggrisku.
|
Flight Information Display Sistem di terminal domestik |
|
Ruang tunggu terminal domestik bandara Ho Chi Minh |
|
Check-in area terminal internasional |
|
Konter imigrasi terminal internasional |
|
Antrian padat di Screening Check Point |
|
Ruang tunggu keberangkatan terminal internasional |
Lain lagi dengan di Bandara Da Nang. Aku tertegun sejenak dengan bandara ini karena benar-benar di luar ekspektasiku. Kukira, kalau Bandara Ho Chi Minh city saja seperti itu, pasti bandara lainnya lebih buruk. Ternyata perkiraanku salah. Bandara Da Nang meskipun tidak sebesar Ho Chi Minh, bandara ini lebih bersih, lebih rapi, teratur, jelas signage-nya, dan ramah petugasnya. Dan jangan khawatir kalau kelupaan nukar uang di Ho Chi Minh, di bandara Da Nang, kita bisa menukar uang dolar Amerika di cafe yang menyediakan penukaran uang. Tarifnya pun bagus, tidak jauh berbeda dengan yang bank punya atau kios-kios money changer lainnya yang bertebaran di kota. 1 dolar US rata-rata dihargai 22.500 Dong, mata uang Vietnam.
|
Tempat pengambilan bagasi di area kedatangan |
|
Arrival hall Bandara Da Nang |
|
Curbside area kedatangan, bersih kan? |
|
Apalagi yang bagian dalam, bersih juga kan? |
|
Tertib dan teratur tata ruangnya |
Perjalanan ke Ba Na Hills bisa ditempuh 2 cara, pakai kereta gantung atau jalur darat. Kalau pakai kereta gantung hanya sekitar 15 sampai 20 menit tiba di stasiun terakhir di Ba Na dan jalur ini yang direkomendasikan bagi semua wisatawan karena kalau jalur darat, jarak tempuhnya bisa mencapai 10 sampai 12 jam! Sayangnya, jalur kereta gantung ada batasannya. Hanya melayani mulai jam 7 pagi sampai jam 5 sore. Itu pun tergantung cuaca. Kalau sangat berkabut, hujan deras berpetir atau angin kencang sekali, jalur ini cenderung ditutup.
|
Cek reservasi dulu sebelum naik kereta gantung |
|
Stasiun keberangkatan |
|
Yang takut ketinggian sebaiknya merem saja di dalam kereta |
|
Ada yang melewati stasiun pemberhentian ada juga yang langsung |
|
Elevasi 1485 m dan panjang track 5801 m |
|
Canggih, coba kalau ke Puncak Bogor seperti ini? |
Pakai kereta gantung pun bisa melalui dua cara yaitu melalui jalur umum dan jalur khusus. Jalur umum maksudnya bareng-bareng sama orang lain dan berangkatnya dari stasiun umum, tetapi kalau jalur khusus, kita harus tercatat sebagai tamu yang akan menginap di hotel Mercure French Village, hotel satu-satunya yang ada di puncak Ba Na. Kita akan mendapat fasilitas antar jemput dari tempat pembelian tiket yang ada di kaki bukit Ba Na sampai ke stasiun reservasi hotel dengan menggunakan golf car. Disamping itu pihak pengelola hotel juga memberikan diskon tarif kereta gantung.
|
Tempat pembelian tiket kereta gantung |
|
Khusus untuk pengunjung yang menginap di Mercure French Village |
|
Tiket masuk Ba Na Hills |
|
Menuju stasiun keberangkatan kereta gantung |
|
Tiba di stasiun kedatangan di Ba Na Hills |
|
Bahkan stasiun pun bergaya Eropa |
Sesampainya di stasiun terakhir Ba Na, aku sudah merasakan sesuatu yang luar biasa. Tidak disangka, di puncak bukit yang tinggi ini ada 'kota' yang lengkap dengan perangkat dan atributnya. Dan yang membuat semua orang terkesima adalah model bangunannya yang sama sekali tidak ada sentuhan Vietnam, bahkan warna Asia sekalipun. Semua bangunan disini kental bernuansa Eropa yang cenderung mengarah ke aliran gothic.
|
Monumen yang kutemui pertama kali |
|
Selanjutnya menara-menara kastil |
|
Halaman luas mirip city hall |
|
Gedung pemerintahan (dulu) yang mirip istana |
|
Pasar |
|
Gedung pertemuan dan perkantoran (dulu) |
Pilar-pilar, menara, dinding dan material yang digunakan membentuk sebuah kastil mirip bangunan kerajaan kuno di Eropa. Kata Sue, guide pribadiku, kota ini sengaja dibangun oleh Pemerintah kolonial Perancis yang saat itu berkuasa di Vietnam sebagai tempat untuk mengasingkan diri dari epidemic yang sedang melanda Vietnam di era 1910 an. Tidak ada satu pun orang Vietnam yang dilibatkan dalam pembangunan kota ini. Semua dikerjakan oleh orang-orang Perancis, termasuk pembangunan jalan dan gedung. Tentara-tentara kolonial dikerahkan untuk merealisasikan keinginan pemerintah untuk menyelamatkan seluruh orang Perancis yang ada di Vietnam khususnya. Makanya kota ini dilengkapi dengan berbagai macam fasilitas seperti pasar, pertokoan, gedung olah raga, gedung pertemuan, gereja, restaurant, hotel dan yang pasti gedung pemerintahan.
|
Katedral |
|
Ruangan di dalam katedral |
|
Benteng kota |
Berada di Ba Na Hills serasa kita sedang di perkampungan Eropa. Kincir angin berukuran besar mirip yang ada di Belanda. Pasar rakyatnya dibangun menyerupai pasar di Rusia. Bahkan para penghibur yang ada di seputaran bola dunia, semuanya orang-orang kulit putih. Mereka berkostum macam-macam untuk menarik perhatian pengunjung. Ada yang menjadi badut, tentara istana, bangsawan Eropa atau malah ada yang bergaya ala tentara indian yang berkulit merah itu. Pengunjung boleh berfoto dengan mereka, tetapi seperti biasa, tidak ada yang gratis, kita harus memasukan uang sekadarnya ke dalam kotak donasi yang diletakkan di depan mereka.
|
Kolam kota |
|
Kincir angin khas Eropa |
|
Taman kota yang terawat dengan baik |
|
Taman bunga yang memberikan pemandangan indah |
|
Hiburan dari warga setempat |
|
Badut dan beraneka ragam tampilan |
|
Bahkan yang berkostum pasukan indian |
Bagi para gadis atau ibu-ibu, pasti suka dengan taman-taman bunga yang ada di Ba Na Hills. Ada beberapa tempat menarik yang dapat dijadikan tempat berfoto disini. Kita dapat memulai dari area persis di luar stasiun kereta gantung. Disini ada beberapa patung dari bagian tubuh manusia yang dihiasi dengan tanaman-tanaman. Lalu ada lorong dengan kanopi yang dipenuhi tanaman, serta jalan yang bertembok bunga-bunga.
|
Taman pertama di depan stasiun kereta gantung |
|
Koridor kayu menuju taman bunga |
|
Kanopi hijau, teduh, segar |
|
Memasuki kawasan Le Jardin DÁmour |
|
Bersih dan terawat dengan baik |
|
Spot berfoto menarik menuju kebun bunga |
Ada juga taman bunga yang diselingi dengan patung-patung yang cocok untuk ber-selfie. Tapi yang paling unik adalah deretan pilar yang atapnya diletakkan tanaman, sehingga kalau kita lihat dari atas seperti hamparan tanaman yang tersusun rapi dan indah. Semua tanaman dan bunga itu masuk dalam satu kawasan yang disebut Le Jardin D'Amour.
|
Ini dia Le Jardin DÁmour yang disukai pengunjung |
|
Kebun yang tidak pernah sepi pengunjung |
|
Ini juga perlu diabadikan dari jauh |
|
Kalau difoto dari bawah, terlihat hanya barisan pilar |
|
Tapi kalau dari atas, pemandangan yang menarik |
|
Serasa berjalan di taman di Eropa |
|
Ini pun jangan dilewatkan |
|
Pasti pada suka foto disini kan? |
Disebelah taman bunga, sengaja dibangun kuil dan patung Budha dengan posisi bersila dan menghadap ke arah kaki bukit. Menurut warga setempat, patung Budha itu sengaja ditempatkan di puncak bukit untuk memberikan keselamatan bagi masyarakat dan lingkungan di sekitar Ba Na Hills serta melindungi mereka dari mara bahaya seperti angin topan yang sebelumnya kerap menghantam kehidupan yang ada di bukit.
|
Patung Budha dari samping |
|
Dari depan |
|
Pintu gerbang kuil |
|
Kuil Budha |
|
Tangga menuju kuil |
|
Kabut sering datang di sore hari |
Perjalanan belum berakhir, Ba Na hills punya tempat unik yang perlu juga dikunjungi, wine museum yang dulunya adalah wine cellar atau gudang anggur yang menyimpan wine dalam bentuk botol dan barel, drum air yang terbuat dari kayu. Disini kita akan dibawa ke lorong-lorong yang dijaga kelembaban dan suhunya agar wine yang disimpan terjaga kualitasnya. Gudang ini dibangun pada tahun 1923. Kondisi bangunan, khususnya lorong-lorong lembab dan agak gelap ini masih terawat dengan baik.
|
Tampak depan |
|
Pintu masuk gudang |
|
Lorong-lorong penyimpanan wine |
|
Masih tersimpan rapi |
|
Dijaga betul suhu dan kelembabannya |
|
Galon penyimpanan |
Kalau sudah sampai di wine cellar, sebaiknya menyempatkan diri untuk mencoba minum wine yang dijual disini sekaligus bersantai sejenak sebelum melanjutkan perjalanan. Jangan khawatir harganya murah dan tersedia dalam berbagai rasa sesuai dengan tipikal yang meminumnya. Untuk pemula boleh jadi mencoba wine yang manis dulu.
|
Agak gelap tapi bersih |
|
Restaurant di pintu keluar gudang |
|
Boleh pesan atau beli wine disini |
|
Spot menarik di sebelah counter kasir |
|
Bagian yang open air |
|
Wine and Sangria |
Menyadari bahwa Ba Na Hills adalah tempat wisata untuk keluarga, pihak pengelola juga menyediakan tempat hiburan untuk anak-anak balita dan remaja. Fantasy park namanya. Disini terdapat berbagai permainan ketangkasan sampai dengan permainan adu nyali atau keberanian. Para ibu bisa dengan tenang melihat anaknya mencoba segala macam wahana yang tidak berbahaya yang tersedia disini. Namun sayangnya, tidak semua gratis, ada beberapa permainan yang mengharuskan kita untuk membeli koin terlebih dahulu.
|
Gedung tempat Fantasy Park, kecil kan? |
|
Di dalamnya ada 3 lantai ke bawah yang penuh hiburan |
|
Untuk segala usia |
|
Dari yang 'sedikit' bergerak |
|
Sampai yang 'banyak' bergerak |
|
Lengkap dengan studio 4D & 5D |
|
Yang ini harus beli coin dulu |
Sebenarnya di Fantasy Park tidak melulu untuk anak-anak. Para orang tua juga boleh bersenang-senang juga seperti menikmati cinema 3 dimensi atau masuk ke gua hantu. Khusus untuk cinema 3D, pada jam-jam tertentu juga memutarkan film-film horor berdurasi 20 menit. Fantasy park ini adalah kreasi pengelola untuk menghibur pengunjung dan membuat mereka betah lebih lama di Ba Na Hills. Hitung-hitung pengunjung punya lebih banyak pilihan hiburan dan membuat mereka tidak mudah boring.
|
Uji keberanian dengan wahana ini? |
|
Atau panjat tebing seperti ini? |
|
Museum kecil Jurassic |
|
Nenek-nenek pun berani mencoba gua hantu |
|
Cinema 3D |
Untuk makan siang, pengunjung punya banyak pilihan. Mereka bisa makan di restaurant elite yang menawarkan menu western dengan harga yang sedikit lebih mahal, atau makan buffet ala 'all you can eat' dengan menu bervariasi, western dan oriental khas Vietnam. Tempat ini sangat ramai pengunjung dan sepertinya kita harus antri bila ingin makan siang disini karena ruangannya tidak terlalu luas dan kursinya terbatas. Terkadang kita terpaksa duduk bersebelahan dengan orang lain atau terpisah-pisah dengan kelompok kalau kita datang sebagai rombongan. Cuma yang perlu diwaspadai bagi yang beragama Islam, restaurant ini juga menyediakan menu pork. Makanya hati-hati, baca dulu nama menunya sebelum mengambil makanan.
|
Gedung tempat makan siang |
|
Ada 4 lantai, pilih yang roof top |
|
All you can eat alias makan sepuasnya |
|
Pengunjung mulai sepi menjelang jam 3 sore |
Susahnya kalau makan malam. Ba Na Hills hanya ramai sampai pukul 5 sore karena stasiun kereta gantung tutup di jam itu. Makanya, dari jam 3 sore tempat ini mulai berangsur ditinggalkan pengunjung. Terakhir yang tersisa hanyalah mereka yang tercatat sebagai tamu hotel Mercure French Village. Artinya, restaurant-restaurant menyesuaikan diri jam bukanya. Saat aku disana, hanya 2 restaurant yang buka. Satu yang lokasinya di lantai 2 kolam renang dan yang satu lagi ada di depan gedung kolam renang. Lampu-lampu sebagian besar dimatikan. Kabut menyelimuti puncak Ba Na dan membawa hawa dingin meskipun tidak sedingin di Eropa. Kabarnya tempat ini sering digunakan untuk syuting film-film horor.
|
Sudut menarik di Ba Na Hills |
|
Jalan di tengah kota kecil Ba Na |
|
Tidak ada yang mengira kalau ini di Vietnam |
|
Kental dengan nuansa Eropa |
|
Tepatnya Perancis punya rasa |
Sekadar saran bagi anda yang tidak menyukai 'porsi besar', sebaiknya pesan makanan jangan terlalu banyak macamnya karena di Ba Na Hills selalu menyajikan makanan dengan porsi besar, seperti saat aku makan malam di Le Crenter depan kolam renang, waduh.....sampai mules kekenyangan perutku!
|
Daging sapi cincang bumbu kari |
|
Nasi goreng spesial |
Hotel Mercure French Village tempatku menginap berlokasi persis di depan bola dunia 'Sun World', atau bersebelahan dengan katedral Saint Denis yang berdesign gothic dan menjadi gereja satu-satunya di puncak Ba Na. Desain interior hotel mempertahankan konsep awal berikut dengan atribut atau dekorasi ruangannya. Ada beberapa kamar hotel yang diberi nama. Kata resepsionis, tokoh itu pernah menginap di kamar tersebut, salah satunya Gustave Eiffel, arsitek menara Eiffel di Paris.
|
Brand ini justru ada di kaki bukit |
|
Hotel Mercure French Village tampak depan |
|
Lobby area menuju tempat sarapan |
|
Reception desk |
|
Jalan khusus bagi tamu hotel menuju stasiun kereta gantung |
Kamar hotel didisain minimalis layaknya hotel-hotel di Eropa. Sentuhan gothic dan romawi klasik berbaur disini. Fasilitas di dalam kamar lumayan lengkap, ada kimono, hair dryer, sandal, payung, tempat setrika dan juga free wifi. Breakfast-nya super special. Tempatnya di sebelah counter resepsionis dan sangat luas berkapasitas lebih 100 orang. Menunya bervariasi perpaduan western dan oriental.
|
Kamar tidur bergaya Perancis |
|
Barang-barang masih banyak seperti dulu, vintage style |
|
Kamar mandi |
Tapi yang paling menarik justru kolam renangnya. Meskipun berada di gedung terpisah dan kita harus berjalan kaki keluar hotel menuju kolam renang, tapi sangat worth it dan tidak masalah harus jalan kaki karena sesampainya di lokasi kita akan berasa dibawa ke tempat pemandian raja-raja Romawi kuno. Pihak hotel sepertinya tahu persis bagaimana memanjakan tamunya. Pasti menyenangkan berenang ataupun berendam disini. Dan sebelum berenang, tidak ada salahnya kita melatih otot kita dulu di ruangan fitness yang berada persis di tengah kolam. Kalau tidak sempat bawa celana renang, anda dapat membelinya disini juga. Handuk dan loker penyimpanan barang tersedia gratis, termasuk kamar mandi untuk berbilas. Tapi sayangnya, mereka tidak menyediakan sabun mandi atau shampo. So, bawa sendiri ya.....dan jangan lupa bawa tas atau kantong plastik untuk menyimpan dalaman atau celana renang kita yang basah.
|
Gedung kolam renang tampak dari depan |
|
Kolam renang untuk dewasa |
|
Buka sampai jam 11 malam |
|
Kolam renang untuk anak-anak |
Dengan banyaknya spot-spot menarik di Ba Na Hills, tak ayal tempat ini menjadi destinasi favorit bagi mereka yang mau menikah untuk melakukan pemotretan Pre Wedding. Di satu hari itu saja aku melihat ada 5 pasangan yang melakukan prewed shooting.
|
Di dalam katedral |
|
Di depan gedung kolam renang |
|
Di tangga perkampungan |
Banyak juga pelajaran yang bisa kita dapat dari perjalanan ini. Ternyata kalau kita bisa merawat dengan baik benda atau apapun peninggalan bersejarah meskipun itu dari penjajah kita, maka upaya kita itu akan membuahkan hasil yang luar biasa bagi perekonomian bangsa dan demi majunya dunia pariwisata. Turis asing akan banyak berkunjung, devisa negara meningkat, terbuka lapangan pekerjaan, berkurangnya pengangguran dan menurunnya angka kemiskinan. Ayo maju dunia pariwisata Indonesia!
Sumpah ini review terlengkap yg pernah sy baca ttg Bana Hills, yg sudah lama mjd salah satu destinasi impian sy. Trims mas ! Superrrbb 🙇♀️
BalasHapusTerima kasih kembali
HapusHai Fery. Berapa hrg tiket masuk ke bana hills?
BalasHapusFree karena saya nginap di hotel Mercure Ba Na Hills
Hapustanya dong, dr bandara da dang itu bisa pake cable car langsung ke ba na hills atau pakai taksi?
BalasHapusTidak ada cable car dari bandara ke Ba Na hills, anda bisa naik taksi
Hapusnginap di hotel mercurenya brapa semalam?
BalasHapusHarga relatif tergantung season, detail tinggal cek di situs perjalanan
HapusThanks for sharing ny ttg Bana Hills. Paduan bgd.
BalasHapuskeeyosk.blogspot.com
Itinerary sgt baik ke ba na hills..nk tanya..ba na hills ke pantai berapa jauh ye?
BalasHapusBa Na Hills itu di puncak bukit, jauh sekali dengan pantai mana pun
HapusWaktu kesana bulan apa mas Ferry?
BalasHapusBagus padat berisi jadi panduan ke bana hills nanti
BalasHapusHai mau nanya saya jg akan berkunjung ke bana hill dengan menginap di mercure.. apa perly membeli tiket masuk sunworld?
BalasHapusTerima kasih atas sharingnya Om Fery, jadi semangat cepat sampai disana he he he
BalasHapus