Mungkin sudah puluhan kali atau bahkan sudah memasuki angka seratus, aku menginjakkan kaki ke daerah Puncak di Bogor Jawa Barat. Bisa jadi karena Puncak masih menjadi destinasi bagi warga Jakarta yang ingin melepaskan kepenatan kerja dan tidak punya waktu banyak untuk istirahat. Puncak yang secara jarak memang tidak lah jauh dari Jakarta, walau secara waktu tempuh, bisa jadi lebih lama penerbangan dari Jakarta ke Surabaya. Karena sudah bukan rahasia umum lagi, kedua kota ini sama-sama terkenal macet. Jalan tol Jagorawi yang menghubungkan Jakarta dengan Bogor terkadang tidak bisa diandalkan dan belum bisa benar-benar berfungsi sebagai jalan tol yang bebas hambatan. Belum seperti yang ada di Eropa atau Amerika, tol di Jakarta cenderung hanya sebagai 'jalan baru' bagi kendaraan warga ibukota yang jumlahnya semakin banyak atau pertumbuhannya lebih cepat daripada pertumbuhan panjangnya jalan raya, sehingga tidak mengherankan kalau Pemerintah menerapkan berbagai macam cara untuk mengerem laju pertumbuhan pergerakan kendaraan di jalan raya seperti ketentuan 3 in 1, nomor plat genap-ganjil, bahkan khusus untuk daerah Puncak diberlakukan jam buka-tutup bagi kendaraan yang akan naik ke Puncak dan yang mau turun dari Puncak. Memang sih belum menunjukkan hasil yang signifikan, karena seperti yang aku bilang tadi, pertumbuhan jumlah kendaraan lebih tinggi dari jalan raya!
Banyak cara untuk menuju Puncak. Mau pakai kendaraan umum atau pribadi bisa. Atau mau pakai sepeda motor, bus, kereta api atau mini bus juga bisa, hanya kalau yang naik kereta api belum bisa langsung ke Puncak karena jalur rel-nya belum ada dan mungkin tidak pernah ada karena biaya infrastruktur-nya akan memberatkan anggaran Pemerintah, apalagi medannya lumayan berat. Tapi kita mungkin agak terhibur dengan akan dioperasikannya LRT dari Jakarta ke Bogor, meskipun stasiunnya berakhir di Bogor dan harus melanjutkan perjalanan ke Puncak, tapi setidaknya transportasi ini mempercepat jarak tempuh dari Jakarta ke Bogor.
1. Taman Safari Indonesia
Sekarang kita bicara tentang tempat-tempat wisata yang ada di Puncak yang layak untuk menjadi pilihan anda. Kalau bicara tentang 'Taman' di Puncak, pasti semua orang langsung menjawab Taman Safari karena cukup beralasan dan wajar, keberadaan taman ini sudah sangat lama dan yang pertama kali ada di Indonesia. Bisa jadi hampir semua warga Jakarta pernah ke taman yang satu ini. Disamping terkenal mempunyai koleksi binatang yang banyak dari bumi nusantara dan manca negara, disini kita bakal disuguhi pertunjukkan lucu tingkah pola para binatang yang sengaja di kurung di dalam kandang atau yang dibiarkan lepas bebas berinteraksi dengan pengunjung.
|
Mereka berani mendekati pengunjung |
|
Mungkin sudah terbiasa berinteraksi dengan pengunjung |
|
Termasuk 'berciuman' seperti ini |
|
Atau berani coba yang ini? |
|
Dia cuman mangap di tempat doang |
|
Ayo lempar makanan ke mulutku |
Oleh karena kita bisa berinteraksi dengan binatang-binatang itulah, kita jadi punya kesempatan untuk memberi makan, berfoto bersama atau melihat dengan jelas bentuk, warna kulit atau bulu, dan gerak-gerik mereka. Pengunjung disarankan membeli wortel atau sayuran segar yang dijual di sepanjang jalan menuju pintu gerbang Taman Safari. Beli sebanyak-banyaknya karena hampir setiap tempat kita berkesempatan dekat dengan binatang-binatang itu.
|
Jerapah |
|
Beruang |
|
Gajah |
|
Memasuki area tertentu |
|
Binatang buas pun hanya melihat mobil kita lewat |
|
Yang ini hanya memantau dari ketinggian |
Semua pengunjung tidak ingin melewatkan kesempatan baik berfoto dengan binatang. Tidak sedikit yang berani menyodorkan muka untuk dapat lebih dekat secara fisik dengan mereka. Namun untuk area tertentu di tempat binatang-binatang buas seperti harimau, singa atau hewan-hewan yang perlu diwaspadai seperti kuda nil atau gajah, sebaiknya kita berhati-hati, tidak membuka kaca jendela bila tidak perlu atau mengambil jarak dengan mereka. Kuda nil bisa saja marah dan menyeruduk mobil kita, sedangkan gajah terkadang iseng dengan menyemburkan air atau ingusnya ke kita.
|
Badak |
|
Rusa |
|
Antelop |
|
Beruang madu |
|
Gemsbok |
|
Alpaka |
2. Taman Wisata Matahari
Bisa jadi karena dulu masyarakat kita sangat haus dengan hiburan, makanya kalau sekadar berkunjung ke Taman Safari sepertinya belum cukup, apalagi kalau kita membawa anak-anak balita atau remaja tanggung usia 10 sampai 15 tahun. Peluang ini yang ditangkap oleh pemilik bisnis Matahari Group untuk mendirikan Taman Wisata Matahari (TWM) di puncak. Lokasinya tidak jauh dari Taman Safari, makanya setelah dari Taman Safari, kita bisa melanjutkan perjalanan ke TWM, namun perlu dipertimbangkan waktu dan tujuan kita disana karena TWM akan tutup pada jam 6 sore dan di dalam area ini terdapat banyak sekali wahana yang bisa kita kunjungi.
|
Billboard di area masuk |
|
Menuju telaga |
|
Saung-saung di pinggir telaga |
|
Sepeda air |
|
Taman bunga |
Kalau di Taman Safari kita bisa membawa mobil kita menelusuri jalan yang lumayan panjang sebelum bertemu pintu gerbang utama, tetapi di TWM hanya dibutuhkan sekitar 200 meter untuk sampai ke loket pintu masuk. Kalau di Taman Safari, pintu gerbang terlihat jelas, rapi dan lebar, tapi di TWM sangat berbeda. Signage menuju pintu gerbang kurang jelas, jalanan sempit banyak tertutup oleh pedagang dan pejalan kaki. Menjadi tantangan tersendiri bagi kita karena harus berbagi jalan dengan orang lain, termasuk juga mencari tempat parkir mobil.
|
Flying fox |
|
Hall serba guna |
|
Kadang digunakan untuk resepsi |
|
Mobil kereta keliling taman |
|
Berkuda pun ada |
Bagi anak-anak, tempat ini seperti surga. Segala bentuk permainan ada disini, mulai dari kolam renang, kolam bola, sepeda air, mobil kereta, museum boneka, sampai tempat jualan jajanan atau makanan ringan. Pokoknya orang tua tidak perlu bingung bila membawa buah hatinya, yang penting sediakan uang dan waktu yang cukup untuk mendampingi mereka. Selebihnya tinggal bersabar melihat tingkah polah mereka yang sangat excited masuk ke 'dunianya'.
|
Taman Jamur (gratis) |
|
Taman Gorila King Kong (gratis) |
|
Kolam renang anak-anak (bayar) |
|
Kid zone (bayar) |
|
Istana boneka (gratis) |
|
Istana bawah laut (gratis) |
|
Boat keliling danau (bayar) |
Bagi para remaja dan dewasa, disini juga tersedia tempat menarik untuk melepaskan kepenatan. Ada Trick Art museum bagi yang suka berfoto dengan gambar-gambar 3 dimensi, ada juga gua hantu, taman-taman bunga, atau aula terbuka yang menyediakan guru gratis bagi yang ingin belajar menari atau berdansa.
|
3D house |
|
Pintu depan Trick Art Museum (gratis) |
|
Tempat penyewaan kostum |
|
Di dalam museum bawah laut (gratis) |
|
Fantasy land (gratis) |
|
Gua Misteri (harus bayar) |
|
Les dansa gratis |
Kekurangan dari tempat wisata ini terletak pada perawatan area dan isinya. Beberapa area terlihat kotor, sampah plastik atau makanan dimana-mana, serta fasilitas atau peralatan yang ada disini kurang terawat dengan baik. Warnanya sudah kusam, sebagian peralatan sudah berkarat, sompel atau patah.
3. The Ranch
Kalau yang satu ini bisa dibilang pintar membaca pasar. Konsumen itu selalu menginginkan yang lebih baik dalam segala hal. Urusan wisata, mereka ingin yang berbeda, tidak sekadar meniru apa yang sudah ada. Kalaupun sudah pernah ada, konsumen ingin yang mempunyai nilai tambah misalnya dikemas atau disajikan lebih baik atau lebih modern dengan menggunakan teknologi canggih sehingga tampilan dari produk itu lebih menarik dan kualitasnya lebih bagus. Disamping kualitas produk lebih bagus, konsumen juga ingin tempat wisata yang mengakomodir semua kebutuhan. Maksudnya, di tempat itu bisa sekalian berlibur, belajar/menambah pengetahuan, makan dan belanja. Kalau bisa memenuhi segala usia, sehingga tidak hanya ibunya saja yang puas, tetapi si bapak dan anak juga senang.
|
Bagian depan/pinggir jalan raya |
|
Gedung utama |
|
FO disamping kanan gedung utama |
|
Pasar petani di dekat pintu masuk |
|
Tempat penukaran tiket menjadi segelas susu |
|
Di bagian depan dalam gedung utama |
Menyadari akan kebutuhan pasar dan perilaku konsumen, the Ranch hadir untuk memberikan pilihan baru bagi keluarga untuk bersenang-senang di Puncak. Mengapa the Ranch masuk dalam daftar taman wisata di Puncak yang perlu dikunjungi? Karena the Ranch punya taman-taman yang indah yang justru menurutku terlihat lebih terawat dan berkarakter. Coba lihat taman bunga dengan kastil yang mirip di Perancis, atau lihat juga pekarangan dengan rumah mungil si hobbit. Belum lagi landscape outdoor garden-nya benar-benar diperhatikan dengan baik, sehingga setiap spot terasa saling mendukung, menciptakan pemandangan yang indah. Tidak mengherankan, semua pengunjung berebut untuk mengabadikan keindahan itu.
|
Serasa di pedesaan |
|
Kombinasi Asia dan Eropa |
|
Mirip taman di Eropa |
|
Terawat dengan baik |
|
Mana nyangka ini di Indonesia? |
|
Adem di mata |
The Ranch juga punya tempat untuk belajar bila kita tertarik dengan dunia hewan. Disini kita bisa belajar bagaimana menyusui anak sapi atau berkuda keliling taman. Bisa juga kita belajar berkebun dengan cukup melihat bagaimana para tukang kebun merapikan tanaman, memupuk dan menyirami. Atau bisa juga kita belajar memanah. Ya, disini ada fasilitas panahan. Bahkan disediakan kostum kalau kita ingin bergaya ala Robinhood.
|
Anak-anak sapi |
|
Susah cari pemandangan yang 'sepi' pengunjung |
|
Datang pagi-pagi sekali kalau ingin bebas foto tanpa gangguan |
|
Lay-out-nya sangat bagus |
|
Ada area untuk berkuda |
|
Bersih dan bikin betah |
Setiap pengunjung berhak mendapatkan satu gelas susu dengan cara menunjukkan tiket masuk yang dibeli di pos depan pintu masuk. Bagi yang punya banyak waktu, mereka bisa bersantai di kursi balkon sambil menikmati pemandangan atau berbelanja oleh-oleh di store depan gedung.
|
Area food court di bawah |
|
Bola air untuk anak-anak |
|
Trampolin |
|
Counter souvenir |
4. Kebun Raya Cibodas
Namanya mirip dengan Kebun Raya yang ada di kota Bogor, tapi kebun yang satu ini berbeda, bahkan orang sering menyebutnya Taman Bunga Cibodas. Mungkin untuk membedakan dengan kebun raya yang di kota Bogor. Tapi kalau dilihat dari papan nama yang ada di depan, namanya memang Kebun Raya Cibodas (KRC), bukan taman bunga, karena memang lebih tepat kalau dibilang kebun karena di tempat wisata ini kita akan lebih banyak ketemu dengan tanaman-tanaman yang notabene tidak menghasilkan bunga, misalnya kebun karet, pohon-pohon jati, palem dan lain-lain.
|
Gerbang depan |
|
Taman hijau-1 |
|
Taman hijau-2 |
|
Taman hijau-3 |
|
Taman hijau-4 |
Check point ke tempat wisata KRC adalah Taman Safari karena lokasinya sekian ratus meter dari Taman Safari. Nanti ada petunjuk jalan ke arah KRC. Namun kalau dihitung dari belokan pertama ke arah KRC, kita masih harus mengendarai mobil kita jauh ke arah tujuan. Jalan rayanya lebih sempit dan tidak semuanya dalam kondisi bagus. Dengan medan yang lumayan berat, jauh dan menanjak, disarankan menggunakan mobil yang kondisi mesinnya baik dan kuat tanjakan.
|
Gedung informasi di bagian depan |
|
Gedung konservasi di bagian dalam |
|
Taman mawar |
|
Taman obat |
|
Taman hijau-5 |
Kita bisa membawa mobil kita memasuki area KRC atau parkir di luar pintu gerbang/kawasan KRC. Kalau aku menyarankan masuk saja. Meskipun harus bayar lebih, tapi kita akan lebih puas mengunjungi satu-persatu spot menarik di dalam KRC. Dan juga kalau parkir diluar, keamanan tidak terjamin karena parkirnya di sepanjang jalan di pasar, tarif tidak jelas dan tidak ada karcis parkir. Kalau naik mobil wisata, kita harus bayar dulu Rp 10.000 per orang, mengantri beli tiket dan naik mobil wisata yang jumlahnya tidak banyak.
|
Loket pembelian tiket masuk |
|
Karcis/tiket masuk |
|
Bibit-bibit tanaman |
|
Cafe di bagian depan |
|
Mobil wisata keliling kebon raya |
|
Foto-foto |
Di dalam kawasan KRC banyak yang dapat kita kunjungi, salah satunya taman sakura yang sangat terkenal itu. Namun sayang seribu sayang, bunga sakura tidak muncul setiap hari. Saat kudatangi, pohon itu hanya terlihat daunnya saja dan tempat itu berubah menjadi 'kebun manusia'. Pengujung memadati tempat ini karena disini terdapat sungai dengan bebatuan dan alur yang natural sehingga bagus menjadi tempat berkumpul dan berfoto.
|
Pengujung di kebon sakura |
|
Mereka memadati sungai bebatuan di bagian tengah |
|
Kebon sakura berubah jadi 'kebon manusia' |
|
Iidak dapat dibayangkan kalau musim liburan |
5. Taman Bunga Nusantara
Kalau yang satu ini recommended bagi yang suka tanaman karena meskipun nama tempatnya pakai kata 'bunga', bukan berarti yang ada disini bunga semua. Di Taman Bunga Nusantara (TBN) ini juga punya koleksi tanaman palem, bonsai, bahkan ada tempat pembibitan beberapa tanaman yang hampir punah.
|
Hamparan bunga-1 |
|
Hamparan bunga-2 |
|
Hamparan bunga-3 |
|
Taman Palem |
|
Taman Amazon |
Lokasi TBN lumayan jauh dari jalan raya puncak. Check point-nya Factory Outlet Brasco yang ada di Cipanas. Kenapa Brasco? Karena FO yang satu ini lumayan terkenal di puncak dan tidak sulit bagi kita kalau menanyakannya ke orang yang ada di puncak. Bisa dikatakan rata-rata orang tahu dimana itu Brasco. Dan sebelum FO itulah ada jalan ke kiri menuju TBN. Sebenarnya ada signage sebelum belokan ke arah TBN. Signage-nya bareng dengan petunjuk arah ke Hotel Sahid karena memang mereka sama satu jalur. Namun, bagi siapapun pasti akan kesulitan mencari lokasi TBN karena petunjuk arah berikutnya diletakkan jauh sekali. Sudah begitu, ada beberapa belokan di sepanjang jalan yang berpotensi membingungkan kita. Saranku, kalau bisa pakai mbah google map saja atau aplikasi petunjuk arah lainnya.
|
Area parkir yang luas tapi terlihat sempit di musim liburan |
|
Taman jam yang berfungsi dengan baik |
|
Taman di dekat menara |
Tiket masuk gerbang dihitung berdasarkan jenis kendaraan yang kita gunakan. Kalau pakai kendaraan roda dua kita harus bayar Rp 10.000 selanjutnya angkanya lebih mahal untuk mobil roda 4 (Rp 15.000), mini bus (Rp 20.000) dan bus (Rp 25.000). Tiket masuk itu sekaligus parkir. Di pintu masuk kita hanya dapat kartu dan nanti kita kembalikan saat keluar dari lokasi. Pembayaran belum selesai. Untuk memasuki area dalam TBN, setiap pengunjung dikenakan biaya Rp 40.000. Kalau ingin menikmati kereta wisata, dotto train atau garden tram keliling taman, kita bisa bayar tiket yang satu paket seharga Rp 50.000 per orang.
|
Bayar Rp 10.000 bila ingin naik Dotto train |
|
Kereta atas monorail tersedia juga disini |
|
Ada stasiun kecilnya |
|
Wisata sepeda air |
|
Arena gokart |
Acara keliling taman memang gratis, tapi untuk menikmati salah satu wahana disana seperti sepeda air atau mau masuk ke taman rumah kaca Begonia, kita harus bayar lagi. Apalagi kalau mau makan di kafe atau restaurant yang ada di dalam. Makanan disini harganya cukup mahal dan rasanya, mohon maaf, jangan terlalu berharap. Makanya disarankan pengunjung bawa makanan sendiri. Kita boleh lho bawa tikar dan gelar pesta kebun disini. Aku lihat banyak tamu-tamu yang datang berkelompok pada gelar tikar, makan siang bareng atau bersantai di bawah pohon rindang. Yang penting tidak buang sampah sembarangan dan tidak usil tangannya untuk memetik bunga.
|
Rumah kaca Begonia |
|
Harus bayar tiket kalau mau masuk |
|
Taman Labirin, berani masuk? |
|
Untuk piknik atau pesta kebun |
Banyak pilihan tempat berupa taman di dalam TBN ini yang bisa dikunjungi. Ada yang produk domestik seperti Taman Bali, ada juga yang produk internasional seperti Taman Mediterania dan Taman Perancis. Pengunjung benar-benar dipuaskan dengan aneka ragam taman yang indah-indah dari penjuru dunia. Tak ayal tempat ini jarang sekali sepi pengunjung. Sehingga menjadi hal yang sulit kalau ingin foto-foto disini dengan bebas tanpa gangguan atau ada background orang lain. Kita sendiri yang dituntut pandai memanfaatkan kesempatan. Maksudnya di sela-sela waktu orang lain tidak ke spot yang kita tuju atau saat mereka lagi sibuk dengan yang lain, kita harus cepat bertindak untuk ngambil pose duluan.
|
Taman Bali |
|
Taman Perancis |
|
Danau buatan |
|
Taman Dinosaurus |
|
Taman air mancur |
6. Little Venice di Kota Bunga
Sebenarnya masih satu arah dengan TBN atau malah posisinya lebih dekat dari belokan pertama jalan raya puncak, kita bisa mampir dulu ke Kota Bunga dengan tempat wisata andalannya yang dikenal dengan Little Venice. Little Venice (LV) adalah bagian dari komplek perumahan Kota Bunga yang ada di Puncak Bogor. Awalnya ini adalah fasilitas tempat bermain bagi penghuni perumahan, namun setelah melihat animo masyarakat luar yang ingin menikmati fasilitas ini, akhirnya tempat ini dibuka untuk umum dan menjadi salah satu obyek wisata yang banyak dikunjungi.
|
Gerbang depan mirip dunia fantasi |
|
Loket pembelian tiket |
|
Tiket masuk berupa gelang kertas |
|
Danau buatan di sekeliling arean |
|
Taman dengan background perumahan |
|
Gedung di tengah kawasan |
Di gerbang masuk, kita cukup mengambil tiket dari security perumahan yang stand-by di pos gerbang. Kita tidak perlu bayar dan tiket itu harus kita kembalikan saat kita keluar perumahan. Tempat parkir kendaraan ada di depan gerbang LV. Sayangnya, kapasitas sangat terbatas sehingga kalau musim liburan, beberapa pengunjung terpaksa memarkirkan mobilnya jauh dari tempat wisata.
|
Antrian gondola selalu lebih banyak daripada wahana lainnya |
|
Dengan pendayung gondola kita diajak keliling kawasan |
|
Kapal besar tempat pertunjukan |
|
Biasanya ada live music disini |
|
Merlion pun ada disini |
Untuk memasuki LV, kita diberi 2 pilihan. Bayar sekadar tiket masuk yang seharga Rp 25.000 dan kita akan bayar tiket lagi di dalam bila ingin menikmati setiap wahana yang ada disana, atau beli tiket paket seharga Rp 60.000 dan kita diberi kesempatan 'free' 2 wahana di dalam. Tiket untuk wahana di dalam harganya bervariasi, mulai dari Rp 15.000 s.d. Rp 80.000 per orang. Bila sudah bayar tiket, kita akan dapat gelang kertas yang akan di-scan oleh petugas di depan portal masuk dan gelang itu harus kita pakai sepanjang ada di dalam LV. Disamping sebagai bukti bahwa kita sudah sah masuk kawasan, gelang kertas itu akan diberi tanda oleh sang petugas bila kita menggunakannya untuk menaiki salah satu wahana.
|
Taman-taman di dalam kawasan |
|
Setiap sudut danau punya tema masing-masing |
|
Air mancurnya sedang off |
Jadi banyak pilihan hiburan di Puncak Bogor. Sangat jelas tidak mungkin kita bisa mengeskplor keindahan semua tempat wisata itu dalam waktu satu hari, disamping tempatnya yang berjauhan, traffic di Bogor kurang bersahabat. Juga kita harus mempertimbangkan status Bogor sebagai kota hujan dan kebanyakan wisata yang ada berjenis outdoor, pastinya kita tidak akan leluasa berfoto atau mendapatkan kualitas foto yang baik bila cuaca mendung atau hujan. Belum lagi, di Puncak juga tersedia tempat-tempat makan yang menarik yang tidak hanya punya menu enak, tetapi punya interior dan outdoor view yang instragramable. So, buruan jalan-jalan ke Puncak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar