Rabu, 14 Agustus 2019

Serba Serbi di Amsterdam


Amsterdam mencatatkan diri sebagai kota wisata yang tidak pernah sepi turis.  Mau musim gugur kek, musim dingin atau musim panas seperti kali ini, wisatawan dari luar negeri masih antusias berkunjung ke negeri kincir angin ini.  Terlihat dari tampang dan bahasa yang digunakan, mereka bukan warga lokal.  Salut buat Pemerintah Belanda yang tidak perlu susah payah menarik turis datang.  Dunia pariwisata sudah tumbuh dengan sendirinya.  Kondisi perekonomian dan keamanan yang stabil bisa jadi menjadi salah satu kunci keberhasilan.  Tidak ada demo yang berlebihan disini.  Masyarakatnya yang multi kultural dan multi ras bisa hidup berdampingan dengan baik, tidak sibuk mengurusi perbedaan yang tidak akan pernah berakhir karena mereka sadar setiap orang berbeda, baik itu secara fisik, karakter, sifat atau opini.  Yang penting tidak mengganggu atau merugikan orang lain, menurut mereka sah-sah saja orang mengekspresikan kepribadiannya.  Tapi kalau urusan kriminal, jangan sekali-kali cari masalah disini.  Dendanya super besar bagi setiap pelanggaran dan bisa berakibat kita dideportasi keluar dari Belanda atau di blacklist tidak boleh masuk negeri ini.  


Kincir angin sudah menjadi icon Belanda

Jalan raya lebih mirip gang

Tidak pernah sepi wisatawan

Berbagi tempat dengan pesepeda


Seribu alasan bagi turis berkunjung ke Amsterdam.  Kota ini memang unik bila dilihat dari geografisnya.  Dikelilingi oleh kanal-kanal yang memang menjadi ciri khas sekaligus sejarah daratan Belanda.  Kalau sudah tahu begitu, jangan tanya tentang subway atau kereta api bawah tanah.  Tentu saja Amsterdam berbeda dengan Paris, London, Berlin atau kota-kota besar di Eropa yang punya berbagai macam moda transportasi publik.  Belanda punya trem dan kereta api atau spoor, sama dengan ucapan dan artinya dengan kereta api dalam bahasa Jawa.  Tapi kalau sekadar jalan-jalan di Amsterdam, apalagi kalau cuaca mendukung, lebih baik jalan kaki atau rental sepeda.  Pusat keramaian kota ngumpul di Dam Square.  Disini banyak terdapat restaurant dengan berbagai macam cita rasa.  Juga ada outlet penjual kue, keju, permen, souvenir sampai ke barang-barang yang tidak lazim di negara kita seperti ganja.


Dam Square di Amsterdam

Canal cruise-1

Canal cruise-2

Canal cruise-3

Canal cruise-4


Memang benar, Belanda termasuk salah satu negara yang melegalkan penjualan ganja dan produk-produk turunannya.  Untuk mengenali toko yang menjual ganja cukup mudah, lihat gambar daun ganja atau tulisan Cannabis di bagian depan toko, kalau ada, berarti disitu dijual ganja.  Bentuknya bermacam-macam, ada yang disajikan dalam bentuk coklat, permen, rokok atau kue kering.  Ada juga yang hanya sebagai aksesoris atau gambar pada t-shirt, asbak atau souvenir lainnya.


Lihat billboard bulat sebelah kanan

Anak-anak di bawah umur dilarang masuk

Toko coklat yang unik

Menyediakan bubuk coklat seperti serbuk kokain

Semua pada ingin berfoto seperti pecandu narkoba


Yang paling 'unik' dan mungkin sebagian orang malah 'jijik' adalah toko Condomerie.  Dari namanya sudah bisa ditebak produk apa yang dijual di toko itu.  Benar, Condomerie menjual produk-produk kondom dalam berbagai macam bentuk, ukuran dan rasa.  Kalau ukuran, sudah bisa dibayangkan mereka menyediakan untuk konsumen Asia, Eropa, Timur Tengah dan Afrika.  Tapi kalau bentuk, ini tidak ada kaitannya dengan ukuran.  Mereka membuat kerajinan tangan dan souvenir dari kondom.  Ada yang berbentuk gajah, buaya ada juga bunga yang tersusun dari puluhan kondom warna warni.  Sedangkan rasa, ini yang sulit dibayangkan dan sulit dipahami bagi yang tidak pernah menggunakan kondom.  Kata penjualnya, cukup dibau dari dekat, tidak usah dijilat, kita akan tahu rasa dari kondom itu.  Ada-ada saja.  


Tidak boleh foto di dalam toko


Selain ganja, prostitusi pun di legal kan juga di Amsterdam.  De Wallen, distrik khusus untuk yang suka 'jajan nafsu' di Belanda.  Lokasinya masih diseputaran Dam Square dan menarik minat turis untuk sekadar ingin tahu bagaimana bisnis lendir ini berjalan atau ingin tahu tampang pramu syahwat yang bermacam-macam penampilannya. Para penjaja sex ini akan duduk manis dan diam ditempatnya sambil melemparkan senyum kepada siapapun yang lewat. Bak manekin atau boneka pajangan di toko-toko pakaian dalam perempuan.  Kalau harga cocok, transaksi bisa berlanjut di tempat itu atau keluar.  Tapi perlu diingat, tidak boleh mengambil gambar disini.  Polisi berpatroli setiap waktu dan siap memberikan sanksi bagi yang melanggar aturan.  


Gereja Oude di area De Wallen


Keindahan kanal-kanal dan bangunan di pinggir sungai menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan.  Sudah banyak sekali film-film Indonesia dan video klip penyanyi tanah air yang mengambil gambar di Amsterdam.  Sebut saja film Si Doel Anak Sekolahan, hampir separuh ceritanya berlokasi di Belanda.  Sungai-sungai di negeri ini dijaga betul kebersihannya dan masyarakatnya pun sadar betul akan arti kebersihan dan kesehatan, sehingga sungai-sungai berfungsi dengan baik. Kita tidak perlu merasa jijik duduk bersantai sambil menyantap makanan di pinggir sungai.  Bagi dunia pariwisata, sungai itu punya 'nilai jual'.


Restaurant atau cafe pinggir sungai jadi tempat favorit

Bersih dan dalam

Lokasi favorit untuk syuting film atau video clip

Gedung tua pinggir sungai jadi tempat berkumpul para pelukis

Ada yang individu, ada yang terorganisir dalam kompetisi menggambar


Dam Square menyediakan apapun yang kita mau.  Yang suka gedung-gedung atau bangunan tua bisa dengan puas mengambil gambar disini.  Persis di depan monumen nasional terdapat Royal Palace yang ukurannya besar banget dan bebas untuk difoto.  Halaman depan istana itu sangat luas seperti city hall-nya Amsterdam.  Di depan sebelah kanan istana ada Madame Tussaud. museum patung-patung lilin orang-orang terkenal.  Sedangkan di samping kiri monumen nasional ada museum Ripley atau kumpulan hal-hal teraneh di dunia yang muncul di acara TV Believe it or not.  Disamping museum Ripley ini terdapat gang kecil yang kerap menjadi tempat foto para model dunia karena Eropa banget rasanya.  Gedung-gedungnya berwarna krem, jalanya terbuat dari batu bata merah yang tersusun rapi dan bersih.  Ini menjadi tempat wajib bagi yang hobby foto.  


Monumen nasional

Museum Ripley

Acara TV Believe it or Not

Dam Square yang ramai pengunjung

Royal palace di depan monumen nasional

Gedung Madame Tussaud


Bicara tentang wisata kuliner, Amsterdam punya banyak restaurant.  Masih di sekitar Dam Square, ada rumah makan Timur Tengah seperti kebab, ada juga yang bercita rasa Amerika Latin, yang kebanyakan dari Argentina, dan yang pasti yang bernuansa Eropa juga ada seperti pizza, burger, steak atau full dining restaurant elit.  Untuk yang harus ketemu nasi, langsung saja ke China town, kawasan Pecinan yang masih di sekitar Dam Square juga.  Tapi bagaimana pun juga selera anda, rasanya tidak afdol kalau anda tidak mencoba snacks atau makanan ringan khas Belanda.  Febo, rumah makan favorit di Belanda yang menyajikan berbagai macam camilan khas lokal.  Kroket adalah snacks andalan di Febo.  Anda tinggal memasukkan uang koin ke lubang samping oven kecil, lalu buka oven dan ambil snacks yang kita inginkan. Jangan bandingkan dengan harga di Indonesia ya....kalau standar harga Eropa, kroket di Febo tergolong murah.


China town atau Pecinan di Amsterdam

Istilah 'toko' dipakai disini

Oven-oven kecil tersusun rapi di Febo

Sedia camilan khas lokal


Kuliner yang unik justru ada di Tokoman.  Rumah makan ukuran kecil ini menyediakan makanan khas Suriname.  Yang uniknya, kalau dilihat dari bentuk atau penampilan masakannya serta namanya, mirip sekali dengan masakan Indonesia.  Ada nasi goreng, mie goreng, ayam balado, opor ayam, sambal goreng ati, pokoknya Indonesia banget.  Kata penjual memang masakan Suriname identik dengan masakan Indonesia khususnya Jawa.  Meskipun beberapa nama menggunakan bahasa Inggris, tapi ada yang punya nama atau pengucapannya sama dengan bahasa Indonesia seperti krupuk.  Mereka nulisnya kroepoek, tapi dibacanya krupuk ! Yang paling berkesan adalah pastel-nya.  Ukuran pastel disini 4 kali lipat dari ukuran yang ada di Indonesia.  Gedhe bangetssss.........!!


Kroepoek mirip di warung-warung

Kebanyakan beli untuk dibawa pulang

Minuman kaleng made in Suriname


Sama seperti di Perancis, harga normal sneakers Vans dan Converse di Belanda lebih mahal daripada di Indonesia.  Kelebihannya, counter-counter disini lebih kaya model sepatunya dan ada beberapa model yang tidak dijual di Indonesia.  Jadi kalau mau beli yang model klasik seperti black old skool, white checkered skate, lebih baik beli di Indonesia.  Harga sepatu favorit itu disini bisa berkisar Rp 900.000 sampai Rp 1.200.000.  Kalau masuk kategori favorit, artinya sepatu itu tidak akan ada sale.  Sebaliknya, di Indonesia masih banyak online shop yang jual lebih murah sepatu itu.


Counter Vans di Amsterdam

Produk terbaru diletakkan di tengah ruangan

Koleksinya bikin ngiler pengin beli

Bayangkan kalau itu ada di lemari sepatu kita


Bagi anda pecinta sepak bola, tidak ada salahnya mampir ke stadium Ajax di Amsterdam.  Kalau anda fans dari Ajax, anda wajib mampir ke megastore Ajax yang lokasinya di sebelah kanan stadium.  Disana anda dapat membeli jersey terbaru yang digunakan pemain Ajax.  Bahkan kalau ingin jersey itu ditempelin nama dan nomor yang kita inginkan, anda tinggal nambah 20 Euro ke kasir yang terkadang merangkap jadi tukang sablon juga.  


Ajax Amsterdam stadium

Megastore produk-produk Ajax

Ayo dipilih-dipilih

Semuanya menarik


Jadi banyak kan alasan anda perlu jalan-jalan ke Amsterdam.  Sekadar saran, kalau bawa anak-anak remaja atau yang menginjak dewasa, perlu pengawasan ekstra dan parental guide yang baik biar tidak pergi ke tempat hiburan malam sendirian.  Selamat jalan-jalan...............




Tidak ada komentar:

Posting Komentar