Minggu, 20 Desember 2015

Nanny's Pavillon Serasa Makan di Gudang Gandum Ala Cowboy

Teringat saat reuni bersama teman-teman SMP di tempat ini tahun lalu yang meninggalkan kenangan manis, semanis minuman chocolate milkshake.  Sengaja aku datang lagi ke restaurant ini karena ada sesuatu yang lain disini.  Selain steak-nya yang luar biasa nikmatnya, Nanny’s Pavillon memberikan atmosfer yang berbeda.  Meskipun berukuran yang tidak terlalu besar dan tidak berlokasi di barisan depan Flavor Bliss Alam Sutera, restaurant yang lebih senang disebut ‘Barn’ atau lumbung padi atau gudang gandum para petani tidak pernah sepi pengunjung. Disain eksterior-nya memang unik karena bangunan yang didominasi oleh kayu ini benar-benar ingin dibuat seperti gudang gandum dengan menempatkan beberapa perkakas pertanian di depan restaurant.  Saking uniknya sampai-sampai hampir setiap pengunjung yang baru atau pertama kali datang ke tempat itu selalu mengabadikan diri atau memotret di area itu.  Tak jarang mereka memegang peralatan tersebut ataupun berpose layaknya petani gandum.  Di teras sudah berdiri pelayan yang siap menyambut pengunjung sambil mengarahkan kursi yang kosong.  Oiya, jangan heran, pada hari-hari tertentu terkadang tempat ini dipesan habis oleh orang atau komunitas yang sedang merayakan ulang tahun atau moment-moment penting lainnya.  Kata pelayan, kaum sosialita atau para ekspatriat di sekitar Alam Sutera menjadikan Nanny’s Pavillon sebagai tempat berkumpul, hang out dan sejenisnya.  Tapi beberapa kali aku datang kesini, seringnya justru melihat anak-anak muda yang sedang menikmati kebersamaan dengan teman-teman sebaya.  Bisa jadi karena disini tidak hanya menawarkan makanan yang enak, tapi karena disini juga tersedia wifi gratis yang lumayan kencang koneksinya.
 
Fasad depan yang unik
Bagian teras bagi yang suka suasana agak 'hangat'
Lantai satu
Pengunjung mulai memadati lantai 1

Lantai 1 dilihat dari lantai 2
Perhatikan lampu gantung itu
 
Steak memang jagonya restaurant ini, tapi menu-menu lainnya juga enak.  Karena lokasinya di Indonesia, maka beberapa menu western dipadukan dengan bahan-bahan lokal seperti Denise’s grill baked yang disajikan dengan nasi, bukan kentang.  Medium rare sirloin steak yang kupesan terasa pas banget.  Chef sepertinya sudah ahli dan berpengalaman membuat steak setengah matang yang bagian tengahnya terlihat merah muda. terasa lembut di mulut.  Black pepper sauce dan jagung rebus berukuran ¼ bagian melengkapi nikmatnya makan steak daging sapi ala Barn.
Uncle Harold Sirloin dengan black pepper sauce

Denise's grill baked dengan nasi, bukan kentang

Lychee tea yang dikemas unik

Nanny’s menyediakan 2 lantai bagi pengunjung.  Lantai pertama didisain bak bar ala cowboy.  Ada meja panjang yang dapat memuat sepuluh orang dan ada juga meja untuk berdua atau berempat.  Di lantai satu ditempatkan hiasan-hiasan ala gudang atau perkakas pertanian.  Pengunjung sepertinya ingin dibawa ke suasana gudang orang-orang bule Eropa atau Amerika.  Bahkan di tangga menuju lantai 2 pun ditempatkan perkakas kebun untuk memperkuat tema ‘Barn’ restaurant ini.  Sesampai di lantai 2 kita akan melihat area atap rumah orang-orang barat yang kerap dijadikan tempat tidur atau tempat keluarga.  Di lantai 2 sering menjadi tempat kumpul-kumpul komunitas karena lebih privacy meskipun kalau siang hari justru lebih panas, kecuali AC di dalam ruangan itu berfungsi dengan baik semua.
Lantai 2 yang lebih privacy
Bukan sekadar tatakan piring

Sudut tangga pun dibuat unik

Roda pedati di atas dinding
 
Masalah harga, di Nanny’s relative wajar.  Kalau satu porsi steak besar dihargai Rp 150 ribu, tidak mahal kan?  Menu-menu yang lain pun menurutku masih wajar harganya.  So, ada satu lagi tempat makan yang enak di Tangerang sebagai referensi untuk berkumpul bersama teman, kolega atau orang terkasih.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar