Teringat saat reuni bersama teman-teman SMP di tempat ini
tahun lalu yang meninggalkan kenangan manis, semanis minuman chocolate
milkshake. Sengaja aku datang lagi ke
restaurant ini karena ada sesuatu yang lain disini. Selain steak-nya yang luar biasa nikmatnya, Nanny’s
Pavillon memberikan atmosfer yang berbeda.
Meskipun berukuran yang tidak terlalu besar dan tidak berlokasi di
barisan depan Flavor Bliss Alam Sutera, restaurant yang lebih senang disebut ‘Barn’
atau lumbung padi atau gudang gandum para petani tidak pernah sepi pengunjung.
Disain eksterior-nya memang unik karena bangunan yang didominasi oleh kayu ini
benar-benar ingin dibuat seperti gudang gandum dengan menempatkan beberapa
perkakas pertanian di depan restaurant.
Saking uniknya sampai-sampai hampir setiap pengunjung yang baru atau
pertama kali datang ke tempat itu selalu mengabadikan diri atau memotret di
area itu. Tak jarang mereka memegang peralatan
tersebut ataupun berpose layaknya petani gandum. Di teras sudah berdiri pelayan yang siap
menyambut pengunjung sambil mengarahkan kursi yang kosong. Oiya, jangan heran, pada hari-hari tertentu
terkadang tempat ini dipesan habis oleh orang atau komunitas yang sedang
merayakan ulang tahun atau moment-moment penting lainnya. Kata pelayan, kaum sosialita atau para
ekspatriat di sekitar Alam Sutera menjadikan Nanny’s Pavillon sebagai tempat
berkumpul, hang out dan sejenisnya. Tapi
beberapa kali aku datang kesini, seringnya justru melihat anak-anak muda yang sedang
menikmati kebersamaan dengan teman-teman sebaya. Bisa jadi karena disini tidak hanya
menawarkan makanan yang enak, tapi karena disini juga tersedia wifi gratis yang
lumayan kencang koneksinya.
|
Fasad depan yang unik |
|
Bagian teras bagi yang suka suasana agak 'hangat' |
|
Lantai satu |
|
Pengunjung mulai memadati lantai 1 |
|
Lantai 1 dilihat dari lantai 2 |
|
Perhatikan lampu gantung itu |
Steak memang jagonya restaurant ini, tapi menu-menu lainnya
juga enak. Karena lokasinya di
Indonesia, maka beberapa menu western dipadukan dengan bahan-bahan lokal
seperti Denise’s grill baked yang disajikan dengan nasi, bukan kentang. Medium rare sirloin steak yang kupesan terasa
pas banget. Chef sepertinya sudah ahli
dan berpengalaman membuat steak setengah matang yang bagian tengahnya terlihat
merah muda. terasa lembut di mulut. Black pepper sauce dan
jagung rebus berukuran ¼ bagian melengkapi nikmatnya makan steak daging sapi
ala Barn.
|
Uncle Harold Sirloin dengan black pepper sauce |
|
Denise's grill baked dengan nasi, bukan kentang |
|
Lychee tea yang dikemas unik |
Nanny’s menyediakan 2 lantai bagi pengunjung. Lantai pertama didisain bak bar ala
cowboy. Ada meja panjang yang dapat
memuat sepuluh orang dan ada juga meja untuk berdua atau berempat. Di lantai satu ditempatkan hiasan-hiasan ala
gudang atau perkakas pertanian.
Pengunjung sepertinya ingin dibawa ke suasana gudang orang-orang bule
Eropa atau Amerika. Bahkan di tangga
menuju lantai 2 pun ditempatkan perkakas kebun untuk memperkuat tema ‘Barn’
restaurant ini. Sesampai di lantai 2
kita akan melihat area atap rumah orang-orang barat yang kerap dijadikan tempat
tidur atau tempat keluarga. Di lantai 2
sering menjadi tempat kumpul-kumpul komunitas karena lebih privacy meskipun kalau
siang hari justru lebih panas, kecuali AC di dalam ruangan itu berfungsi dengan
baik semua.
|
Lantai 2 yang lebih privacy |
|
Bukan sekadar tatakan piring |
|
Sudut tangga pun dibuat unik |
|
Roda pedati di atas dinding |
Masalah harga, di Nanny’s relative wajar. Kalau satu porsi steak besar dihargai Rp 150
ribu, tidak mahal kan? Menu-menu yang
lain pun menurutku masih wajar harganya.
So, ada satu lagi tempat makan yang enak di Tangerang sebagai referensi
untuk berkumpul bersama teman, kolega atau orang terkasih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar