Kamis, 24 Desember 2015

Kunstkring, Simbiosis Galeri Seni dan Rumah Makan Bagi Mereka Yang Berselera Tinggi

Satu lagi tempat makan yang unik dan menarik di Jakarta yang bisa menjadi referensi bagi mereka yang berselera tinggi.  Berlokasi di kawasan elit Menteng, tepatnya di jalan Teuku Umar, Kunstkring Paleis  atau orang sering menyebutnya restaurant Tugu, lebih memposisikan diri sebagai galeri seni daripada rumah makan.  Makanya hampir di setiap sudut ruangan, kita bakal ketemu dengan berbagai macam karya seni mulai dari lukisan, patung, ornament sampai dengan karya seni kreasi ala Kunstkring seperti pohon natal yang terbuat dari botol-botol minuman.  Sejak diresmikan tanggal 16 April 2013 oleh Ibu Megawati Soekarnoputri, galeri seni yang sebelumnya digunakan untuk bar dan diskotik kontroversi itu, sudah menjadi destinasi pecinta kuliner dan pecinta seni serta sekaligus menjadi tujuan wisata khususnya bagi turis-turis asing yang menyukai karya seni dan masakan Indonesia.  Arsitektur gaya kolonial Belanda dengan huruf kapital di bagian depan, memperjelas sejarah dari gedung ini.
Halaman depan yang hijau dan teduh

Dulu kantor imigrasi di jaman kolonial Belanda 

Batu peresmian oleh ibu Megawati Soekarnoputri

 
Petugas resepsions siap membuka pintu dan menyambut tamu dengan pakaian tradisional Jawa.  Senyumnya yang ramah dengan tone suara yang lembut seraya menunjukkan budaya orang Indonesia yang penuh keramahan dan sangat menghargai tamunya. Di area depan, kita akan dibuat terkagum-kagum oleh benda-benda karya seni yang ditempatkan di setiap sudut ruangan.  2 cermin besar dengan bingkai warna emas memberi kesan elegan berada simetris di kanan dan kiri ruangan.  Disini juga pengunjung bisa menggunakannya untuk tempat lobby atau makan karena sofa tersedia di 2 sisi ruangan.  ‘Kelas’ rumah makan ini semakin terlihat bila kita menengok ke samping kanan.  Di sudut kanan ruangan depan terdapat outlet wine yang bisa dibeli dan dinikmati oleh pengunjung.
Pilar-pilar khas bangunan tua 

Counter belanja wine

Ruangan lobby sisi kanan

Ruangan lobby sisi kiri
Lemari pajangan karya seni bersejarah
 
Sebelum memasuki ruangan utama, kita akan melewati pintu dengan ukiran kayu di setiap sisi seolah menandakan kita akan menemui suasana yang berbeda di dalamnya.  Benar, deretan kursi yang tertata rapi dan peralatan makan table manner yang siap menyambut tamu.  Hampir semua dinding ruangan penuh dengan karya seni mulai dari lukisan, ukiran dan ornament unik khas Indonesia.  Yang sangat menonjol di ruangan utama ini adalah lukisan besar yang membentang dan menutupi seluruh dinding belakang ruangan.  Luar biasa, Kunstkring bukan omong kosong sebagai galeri seni.  Banyak yang dapat kita nikmati disini.  Bahkan detail setiap space ditata dengan rapi membuatku lupa kalau sebelumnya tempat ini pernah menjadi bar yang kontroversi di Jakarta.
 
Lorong ke ruangan utama serasa Keraton Jawa
 
Ruangan utama yang sangat luas dan elegan


Table manner ala Kunstkring
 
Setelah order makanan dan minuman, kulanjutkan eksplorasi ruangan Kunstkring.  Langkahku menuju ruangan sebelah kiri yang kelihatan sesuatu yang unik di mataku.  Masih dengan lampu yang remang-remang, ruangan ini bergaya  fully oriental.  Lampu-lampu lampion, kursi, meja, riksaw atau becak khas Pecinan dan patung-patung tradisionil Tiongkok diusung di ruangan ini.  Ga salah kalau ruangan ini diberi nama ‘Suzie Wong’ yang posternya terpampang besar di dua sudut dinding ruangan.  Di ruangan ini kita bisa merokok karena memang ini ruangan smoking area.  Melengkapi kebutuhan pengunjung, di ruangan ini tersedia bar dengan berbagai minuman keras pilihan. 
Fully oriental

Lorong sisi kanan ruangan

Riksaw di tengah-tengah ruangan

Gaya Pecinan yang kental

Ini dia nama ruangan itu
Pohon natal dari botol-botol minuman
 
Sedang asik-asiknya menikmati ruangan Suzie Wong, petugas restaurant menawarkan diri untuk menemani dan menjelaskan tema masing-masing ruangan.  Dia mengajaku ke ruangan-ruangan VIP yang dapat di book dan digunakan untuk kepentingan lobby bisnis, office gathering atau yang lainnya.  Harganya bervariasi tergantung luas ruangan dan kapasitasnya.  Ada yang 2 juta, ada juga yang 4 juta sekali pakai.  Itu cuman biaya sewa ruangan saja lho.  Ruangan yang bersifat privacy ini ada di lantai 1 dan lantai 2.  Ada yang bernama ruangan Soekarno karena hampir setiap hiasan dan pajangan di ruangan ini akan mengingatkan kita kepada sosok Soekarno Presiden Pertama Indonesia.  Selanjutnya ada juga ruangan Multatuli yang bergaya kolonial Belanda dan ruangan-ruangan lainnya.
Ruang VIP di lantai 1

Lukisan yang mempercantik ruangan
Ruangan Multatuli

Fully bergaya kolonial

Ruangan Darma

Ruangan Soekarno

Ruangan VIP di lantai 2
Sudut tangga pun tak luput dari perhatian
 
Setelah mengeksplor semua ruangan Kunstkring, aku kembali ke meja makan di ruangan utama.  Sebagai appetizer aku pesan bitter ballen, perkedel daging kesukaan noni and sinyo Belanda.  Cara penyajiannya yang menarik membuat makanan ringan ini menjadi berkelas.  Apalagi rasanya yang enak banget dengan ukuran yang pas membuat selera makan bangkit dan siap untuk menikmati main course.
Appetizer dan minuman pesanan sudah dating
 
Bitter ballen yang lezat sebagai pembuka

Untuk main course, aku pesan menu special Kunstkring, Salmon Involtini in Chive Butter sauce, daun bayam dan mozzarella yang dibungkus dengan daging ikan salmon dan tumis beberapa sayuran, wuih rasanya sungguh nikmat.  Daging salmon dibumbui dengan benar dan lembut di mulut.  Selanjutnya ku santap juga Kungpao stuffed crispy duck, wonton prawn dan ditemani dengan mojito dan fruit juice  yang benar-benar membuat makan siang semakin nikmat.  Urusan budget, lumayan tinggi harga menu disini.  Harga minuman berkisar 35 ribuan, sedangkan makanan bervariasi mulai dari yang dibawah 100 ribu sampai dengan yang diatas 300 ribu. 
 
Salmon Involtini in Chive butter sauce

Main course lainnya yang tidak kalah enaknya

Kungpao crispy duck
 
Alunan musik lembut mengiringi dan melengkapi kebahagian sebagai pengunjung Kunstkring dimana semua panca indera dimanjakan disini, so meskipun harus merogoh kocek lebih dalam, layak kan kalau semua terpuaskan?
 
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar