Satu lagi tempat makan yang unik dan menarik di Jakarta yang
bisa menjadi referensi bagi mereka yang berselera tinggi. Berlokasi di kawasan elit Menteng, tepatnya
di jalan Teuku Umar, Kunstkring Paleis
atau orang sering menyebutnya restaurant Tugu, lebih memposisikan diri
sebagai galeri seni daripada rumah makan.
Makanya hampir di setiap sudut ruangan, kita bakal ketemu dengan
berbagai macam karya seni mulai dari lukisan, patung, ornament sampai dengan
karya seni kreasi ala Kunstkring seperti pohon natal yang terbuat dari
botol-botol minuman. Sejak diresmikan
tanggal 16 April 2013 oleh Ibu Megawati Soekarnoputri, galeri seni yang
sebelumnya digunakan untuk bar dan diskotik kontroversi itu, sudah menjadi
destinasi pecinta kuliner dan pecinta seni serta sekaligus menjadi tujuan
wisata khususnya bagi turis-turis asing yang menyukai karya seni dan masakan
Indonesia. Arsitektur gaya kolonial
Belanda dengan huruf kapital di bagian depan, memperjelas sejarah dari gedung
ini.
|
Halaman depan yang hijau dan teduh |
|
Dulu kantor imigrasi di jaman kolonial Belanda |
|
Batu peresmian oleh ibu Megawati Soekarnoputri |
Petugas resepsions siap membuka pintu dan menyambut tamu
dengan pakaian tradisional Jawa.
Senyumnya yang ramah dengan tone suara yang lembut seraya menunjukkan
budaya orang Indonesia yang penuh keramahan dan sangat menghargai tamunya. Di
area depan, kita akan dibuat terkagum-kagum oleh benda-benda karya seni yang
ditempatkan di setiap sudut ruangan. 2
cermin besar dengan bingkai warna emas memberi kesan elegan berada simetris di
kanan dan kiri ruangan. Disini juga
pengunjung bisa menggunakannya untuk tempat lobby atau makan karena sofa
tersedia di 2 sisi ruangan. ‘Kelas’
rumah makan ini semakin terlihat bila kita menengok ke samping kanan. Di sudut kanan ruangan depan terdapat outlet
wine yang bisa dibeli dan dinikmati oleh pengunjung.
|
Pilar-pilar khas bangunan tua |
|
Counter belanja wine |
|
Ruangan lobby sisi kanan |
|
Ruangan lobby sisi kiri |
|
Lemari pajangan karya seni bersejarah |
Sebelum memasuki ruangan utama, kita akan melewati pintu
dengan ukiran kayu di setiap sisi seolah menandakan kita akan menemui suasana
yang berbeda di dalamnya. Benar, deretan
kursi yang tertata rapi dan peralatan makan table manner yang siap menyambut
tamu. Hampir semua dinding ruangan penuh
dengan karya seni mulai dari lukisan, ukiran dan ornament unik khas
Indonesia. Yang sangat menonjol di
ruangan utama ini adalah lukisan besar yang membentang dan menutupi seluruh
dinding belakang ruangan. Luar biasa,
Kunstkring bukan omong kosong sebagai galeri seni. Banyak yang dapat kita nikmati disini. Bahkan detail setiap space ditata dengan rapi
membuatku lupa kalau sebelumnya tempat ini pernah menjadi bar yang kontroversi
di Jakarta.
|
Lorong ke ruangan utama serasa Keraton Jawa |
|
Ruangan utama yang sangat luas dan elegan |
|
Table manner ala Kunstkring |
Setelah order makanan dan minuman, kulanjutkan eksplorasi
ruangan Kunstkring. Langkahku menuju
ruangan sebelah kiri yang kelihatan sesuatu yang unik di mataku. Masih dengan lampu yang remang-remang,
ruangan ini bergaya fully oriental. Lampu-lampu lampion, kursi, meja, riksaw atau
becak khas Pecinan dan patung-patung tradisionil Tiongkok diusung di ruangan
ini. Ga salah kalau ruangan ini diberi
nama ‘Suzie Wong’ yang posternya terpampang besar di dua sudut dinding
ruangan. Di ruangan ini kita bisa
merokok karena memang ini ruangan smoking area.
Melengkapi kebutuhan pengunjung, di ruangan ini tersedia bar dengan
berbagai minuman keras pilihan.
|
Fully oriental |
|
Lorong sisi kanan ruangan |
|
Riksaw di tengah-tengah ruangan |
|
Gaya Pecinan yang kental |
|
Ini dia nama ruangan itu |
|
Pohon natal dari botol-botol minuman |
Sedang asik-asiknya menikmati ruangan Suzie Wong, petugas
restaurant menawarkan diri untuk menemani dan menjelaskan tema masing-masing
ruangan. Dia mengajaku ke
ruangan-ruangan VIP yang dapat di book dan digunakan untuk kepentingan lobby
bisnis, office gathering atau yang lainnya.
Harganya bervariasi tergantung luas ruangan dan kapasitasnya. Ada yang 2 juta, ada juga yang 4 juta sekali
pakai. Itu cuman biaya sewa ruangan saja
lho. Ruangan yang bersifat privacy ini
ada di lantai 1 dan lantai 2. Ada yang
bernama ruangan Soekarno karena hampir setiap hiasan dan pajangan di ruangan
ini akan mengingatkan kita kepada sosok Soekarno Presiden Pertama
Indonesia. Selanjutnya ada juga ruangan
Multatuli yang bergaya kolonial Belanda dan ruangan-ruangan lainnya.
|
Ruang VIP di lantai 1 |
|
Lukisan yang mempercantik ruangan |
|
Ruangan Multatuli |
|
Fully bergaya kolonial |
|
Ruangan Darma |
|
Ruangan Soekarno |
|
Ruangan VIP di lantai 2 |
|
Sudut tangga pun tak luput dari perhatian |
Setelah mengeksplor semua ruangan Kunstkring, aku kembali ke
meja makan di ruangan utama. Sebagai appetizer
aku pesan bitter ballen, perkedel daging kesukaan noni and sinyo Belanda. Cara penyajiannya yang menarik membuat
makanan ringan ini menjadi berkelas.
Apalagi rasanya yang enak banget dengan ukuran yang pas membuat selera
makan bangkit dan siap untuk menikmati main course.
|
Appetizer dan minuman pesanan sudah dating |
|
Bitter ballen yang lezat sebagai pembuka |
Untuk main course, aku pesan menu special Kunstkring, Salmon
Involtini in Chive Butter sauce, daun bayam dan mozzarella yang dibungkus
dengan daging ikan salmon dan tumis beberapa sayuran, wuih rasanya sungguh
nikmat. Daging salmon dibumbui dengan
benar dan lembut di mulut. Selanjutnya
ku santap juga Kungpao stuffed crispy duck, wonton prawn dan ditemani dengan
mojito dan fruit juice yang benar-benar
membuat makan siang semakin nikmat.
Urusan budget, lumayan tinggi harga menu disini. Harga minuman berkisar 35 ribuan, sedangkan makanan bervariasi mulai dari yang dibawah 100 ribu sampai dengan yang diatas 300 ribu.
|
Salmon Involtini in Chive butter sauce |
|
Main course lainnya yang tidak kalah enaknya |
|
Kungpao crispy duck |
Alunan musik lembut mengiringi dan melengkapi kebahagian sebagai
pengunjung Kunstkring dimana semua panca indera dimanjakan disini, so meskipun harus merogoh kocek lebih dalam, layak kan kalau semua terpuaskan?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar