Meskipun sudah ratusan kali ke Bandung, aku ga pernah bosan mengunjungi kota yang satu ini. Kota kembang yang tidak pernah berhenti berkreasi dan selalu membuat warga Jakarta atau luar kota penasaran dan antusias datang. Selalu saja ada yang baru disini, seperti menu atau makanan baru, tempat makan yang unik atau tempat belanja yang menawarkan sensasi baru. Orang Bandung ga pernah ada matinya!! Contohnya Seblak, makanan unik yang sedang banyak dibicarakan warga kota. Makanan ini terbuat dari kerupuk mentah yang direndam lalu dikeringkan dan disajikan dengan berbagai macam varian. Ada yang dicampuri keju dan macaroni, ada juga yang diolesi coklat, terserah selera si pembeli. Unik kan? Ya untuk sekadar camilan sih ga masalah karena memang seblak dihidangkan untuk pengganjal perut sementara.
|
Camilan unik, murah & kreatif |
Ke Bandung kali ini aku nginap di hotel Mercure Setiabudi. Sesuai dengan namanya, hotel ini memang berada di Jalan Setiabudi yang sangat dekat dengan berbagai tempat makan enak. Dulu kalau ke Setiabudi yang selalu kuingat adalah surabi. Ya, disini memang tempatnya menikmati surabi. Berbagai macam surabi ada disini, mulai dari yang rasa coklat sampai dengan yang berisi daging sapi. Bentuk dan cara memasaknya yang unik yang menjadi daya tarik pengunjung untuk singgah dan menikmati surabi. Namun, tidak hanya itu, di Setiabudi juga tersedia factory outlet yang kerap dikunjungi oleh turis lokal dan internasional. Kebanyakan mereka dari negara tetangga seperti Malaysia, Singapura dan Filipina. Akses penerbangan yang mudah dan murah ke Bandara Husein Sastranegara membuat tidak sulit bagi para turis mancanegara memenuhi hasrat wisatanya ke Bandung.
|
Kamar tidur |
|
Kamar mandi |
|
Mini bar |
Tapi kali ini sasaranku justru ke sebuah restaurant di Jalan Sumatera yang terkenal menyajikan menu-menu khas masa kolonial. Indischetafel, itulah nama rumah makan itu. Menempati area yang tidak terlalu luas di kota Bandung, namun Indischtafel berhasil membawa kita mengenang kembali masa-masa jaman Belanda bercokol di Indonesia. Di tempat ini kita bisa melihat benda-benda bersejarah seperti kamera tempo doeloe, gramophone, arcadia, poster, foto dan cuplikan berita-berita jaman dulu. Di sini juga kita bisa menikmati makanan kesukaan para sinyo dan noni Belanda.
|
Kamera-1 |
|
Kamera-2 |
|
Radio dan binocular jadul |
|
Radio lagi |
|
Gramophone |
Sayangnya, waktu ke Indischetafel, situasi tidak mendukung. Hujan tidak berhenti mulai dari sore itu. Sudah begitu saat itu aku sudah kebanyakan makan siangnya, alhasil sampai di Indischetafel tidak banyak yang bisa kukonsumsi. Tak apalah, yang penting rasa kangen ku terobati dapat selamat nyampai di restaurant ini.
|
Ruangan bertema perangko lawas |
|
Ruangan utama berkapasitas besar |
|
Setiap sudut bercerita |
|
Accordion
|
|
Ruangan depan untuk etalase dan kasir |
Karena suasana sedang hujan dan dingin, aku pilih Erwtensoep, sup khas Belanda yang disajikan dengan irisan daging asap, sosis dan roti bawang. Selain Erwtensoep, sebagai appetizer, aku pesan bitter ballen, perkedel kentang kesukaan para noni yang berbentuk bulat berisi daging sapi asap dan keju dan dimakannya dengan mustard.
|
Erwtensoep yang menghangatkan suasana |
|
Bitterballen yang lembut dan enak |
|
Kopi panas untuk lebih menghangatkan |
Untuk main course sebenarnya aku ingin sekali makan Vis Ala Meneer yaitu ikan dori yang disajikan dengan irisan kentang dan jamur, tapi sepertinya perut tidak bisa diajak kompromi. Space yang ada hanya cukup untuk dessert. Makanya aku pesan Indischetafel punch, jus campuran buah melon, guava, lychee, sirup dan es krim vanilla. Dan melengkapi dessert aku pilih satu iris kecil chocolate cake.
|
Ruangan yang kupilih |
|
Indischetafel punch |
|
Chocolate cake cocok sebagai pencuci mulut |
|
Teras depan yang kerap menjadi pilihan pengunjung
|
|
Menu di Indischetafel |
Urusan harga jangan khawatir, makanan dan minuman disini menurutku masih wajar harganya atau tidak mahal. Sungguh suatu tempat makan yang pantas disinggahi bila sedang bepergian ke Bandung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar