Sebagai kota terbesar ketiga di China setelah Beijing dan Shanghai,
Guangzhou berkembang sangat pesat di seluruh sektor penggerak ekonomi. Di sektor transportasi udara misalnya, Bandara International Baiyun Guangzhou tidak
berhenti bertransformasi demi meningkatkan arus penerbangan dan penumpang dari
dan ke Guangzhou. Ada 2 penerbangan yang
langsung dari Jakarta ke kota ini.
Garuda dan China Southern siap mengantarkan penumpang setiap hari ke
kota industri ini. Sedangkan maskapai
yang lainnya ada yang secara charter terbang kesini.
Aku masih ingat, sekitar 7 tahun yang lalu waktu aku terbang untuk
pertama kalinya ke Guangzhou, hampir semua kursi pesawat Boeing 737 Garuda
terisi oleh penumpang. Aku sempat
terkecoh oleh tampangnya para penumpang.
Secara fisik penampilan mereka sama seperti orang China dan aku mengira
mereka adalah turis dari China yang ingin kembali ke kampung halamannya. Namun, ternyata perkiraanku salah, mereka
adalah warga Indonesia keturunan Tionghoa yang notabene frequent flyer ke
Guangzhou. Tujuannya sama yaitu kulakan
alias membeli produk-produk dari Guangzhou yang terkenal murah seperti pakaian
dan tas yang kemudian mereka jual kembali ke Indonesia. 2 dari penumpang yang kutemui dan kuajak
bicara mengatakan bahwa mereka adalah supplier ke mall Mangga Dua, Cempaka
Putih dan Cipulir.
Aku bisa mengatakan bahwa kota-kota di China sudah mirip Hong Kong. Gedung-gedung pencakar langit tersebar
dimana-mana. Jalan-jalan beton yang
lebar dan dikelilingi oleh taman-taman cantik dan jalur untuk pejalan kaki. Kondisi tersebut berhasil merubah image Guangzhou yang dulunya kumuh menjadi kota metropolitan
berkelas dunia. Dan yang masih menjadi
andalan dan image semua orang termasuk penduduk China, bahwa Guangzhou adalah
tempat yang tepat untuk makan enak.
Benar sekali, restaurant dan warga disini sepertinya pasang standard
yang tinggi untuk sebuah makanan. Kalau
belum bisa menyajikan makanan yang lezat dan berkualitas, jangan buka usaha di
Guangzhou karena tidak akan ada pembeli.
Mereka sangat selektif dan picky.
Mungkin mereka hanya datang sekali untuk mencoba. Tapi kalau rasanya tidak enak, mereka tidak
akan datang lagi dan siap-siap restaurant itu sepi pengunjung atau gulung tikar.
Salah satu restaurant yang masih eksis dan menjadi tujuan para wisatawan
adalah Abdullah. Dari namanya sudah
dapat kita tebak bahwa itu adalah restaurant muslim alias halal. Meskipun namanya berbau Arab, tetapi tidak
ada satupun menu disini yang berbau timur tengah. Yang ada justru Chinese food tetapi tidak menggunakan
daging atau minyak babi yang haram bagi penganut agama Islam. Masakan disini enak semua sebagaimana Chinese food yang kaya rasa. Meskipun tidak menyediakan tempat yang lapang
bagi parkir kendaraan khususnya mobil, tempat ini tidak pernah sepi
pengunjung. Bahkan ada beberapa pengunjung
yang bukan muslim yang sengaja datang kemari karena suka dengan kelezatan
masakan restaurant ini.
Buku menu Restaurant Abdullah |
Tempatnya ada yang eksklusif |
Ada juga yang terbuka tanpa sekat |
Soal rasa, tiada duanya |
Menyadari bahwa keberadaan wisatawan dapat meningkatkan pendapatan
daerah, Pemerintah Guangzhou membuat program-program promosi untuk menarik
wisatawan, salah satunya adalah International Light Festival.
Acara ini dipusatkan di tanah lapang depan stadium utama tepatnya di
Menara kota Guangzhou. Mulai jam 6 sore
sampai jam 10 malam, area sekitar tempat ini akan bermandikan cahaya. Gedung-gedung pencakar langit sengaja
menghidupkan semua lampu dan menghiasi bagian luarnya dengan tata cahaya yang
indah. Bahkan aku tertarik dengan salah
satu gedung yang sinar lampunya mirip kilauan berlian. Gedung itu jadi terlihat seperti bongkahan
besar berlian.
Atraksi yang ditunggu-tunggu para pengunjung yang sudah memadati lokasi
akhirnya muncul juga. Sekitar pukul 9
malam waktu setempat, Menara Guangzhou itu terang benderang dengan kilauan
permainan lampu di seluruh tiang Menara.
Ada yang berbentuk bunga-bunga, ada yang seperti deretan naga dan ada
juga yang seperti air mengalir. Tidak
sedikit yang mengabadikan keindahan tata cahaya itu yang berlangsung nonstop sekitar 30
menit. Decak kagum para pengunjung menyaksikan atraksi itu. Semua pada sibuk memotret ataupun mengambil video. Maklum moment ini tidak terjadi tiap hari dan atraksi itu adalah acara puncak
dari International Light Festival di Guangzhou.
Taman di sekitar stadium tempat diadakannya Light Festival itu sangat
luas. Terdapat beberapa spot-spot
menarik yang dapat dijadikan tempat untuk berkumpul dengan keluarga, handai
tolan atau untuk sepasang kekasih. Ada
taman-taman di sepanjang sungai besar yang menyediakan tempat untuk makan,
minum atau menikmati keindahan kota Guangzhou.
Beberapa café yang ada disana menampilkan live music untuk menghibur
tamu. Sayangnya semua dinyanyikan dalam
Bahasa Mandarin, jadinya aku hanya menikmati alunan irama musiknya saja.
Sepanjang sungai di sekitar lokasi festival |
Live music di cafe-cafe pinggir sungai |
Spot menarik untuk berfoto |
Acara ini menjadi kalender resmi promosi Pemerintah Guangzhou. Diadakan setahun sekali dan cukup mengundang
masyarakat untuk hadir menyaksikan festival ini. Mayoritas yang hadir memang warga dari China
daratan, sedikit sekali yang warga asing.
Namun demikian, aku cukup salut dengan upaya Pemerintah daerah Guangzhou
dalam mempromosikan daerahnya. Selamat Tahun Baru 2018...........!!