Rabu, 27 Desember 2017

Light Festival di Guangzhou China



Sebagai kota terbesar ketiga di China setelah Beijing dan Shanghai, Guangzhou berkembang sangat pesat di seluruh sektor penggerak ekonomi.  Di sektor transportasi udara misalnya,  Bandara International Baiyun Guangzhou tidak berhenti bertransformasi demi meningkatkan arus penerbangan dan penumpang dari dan ke Guangzhou.  Ada 2 penerbangan yang langsung dari Jakarta ke kota ini.  Garuda dan China Southern siap mengantarkan penumpang setiap hari ke kota industri ini.  Sedangkan maskapai yang lainnya ada yang secara charter terbang kesini. 


Menu makan siang di dalam pesawat China Southern 


Aku masih ingat, sekitar 7 tahun yang lalu waktu aku terbang untuk pertama kalinya ke Guangzhou, hampir semua kursi pesawat Boeing 737 Garuda terisi oleh penumpang.  Aku sempat terkecoh oleh tampangnya para penumpang.  Secara fisik penampilan mereka sama seperti orang China dan aku mengira mereka adalah turis dari China yang ingin kembali ke kampung halamannya.  Namun, ternyata perkiraanku salah, mereka adalah warga Indonesia keturunan Tionghoa yang notabene frequent flyer ke Guangzhou.  Tujuannya sama yaitu kulakan alias membeli produk-produk dari Guangzhou yang terkenal murah seperti pakaian dan tas yang kemudian mereka jual kembali ke Indonesia.  2 dari penumpang yang kutemui dan kuajak bicara mengatakan bahwa mereka adalah supplier ke mall Mangga Dua, Cempaka Putih dan Cipulir. 


Pengambilan bagasi di Bandara Baiyun Guangzhou


Aku bisa mengatakan bahwa kota-kota di China sudah mirip Hong Kong.  Gedung-gedung pencakar langit tersebar dimana-mana.  Jalan-jalan beton yang lebar dan dikelilingi oleh taman-taman cantik dan jalur untuk pejalan kaki.  Kondisi tersebut berhasil merubah image Guangzhou yang dulunya kumuh menjadi kota metropolitan berkelas dunia.  Dan yang masih menjadi andalan dan image semua orang termasuk penduduk China, bahwa Guangzhou adalah tempat yang tepat untuk makan enak.  Benar sekali, restaurant dan warga disini sepertinya pasang standard yang tinggi untuk sebuah makanan.  Kalau belum bisa menyajikan makanan yang lezat dan berkualitas, jangan buka usaha di Guangzhou karena tidak akan ada pembeli.  Mereka sangat selektif dan picky.  Mungkin mereka hanya datang sekali untuk mencoba.  Tapi kalau rasanya tidak enak, mereka tidak akan datang lagi dan siap-siap restaurant itu sepi pengunjung atau gulung tikar.


Tengah kota Guangzhou

Penuh dengan gedung-gedung pencakar langit


Salah satu restaurant yang masih eksis dan menjadi tujuan para wisatawan adalah Abdullah.  Dari namanya sudah dapat kita tebak bahwa itu adalah restaurant muslim alias halal.  Meskipun namanya berbau Arab, tetapi tidak ada satupun menu disini yang berbau timur tengah.  Yang ada justru Chinese food tetapi tidak menggunakan daging atau minyak babi yang haram bagi penganut agama Islam.  Masakan disini enak semua sebagaimana Chinese food yang kaya rasa.  Meskipun tidak menyediakan tempat yang lapang bagi parkir kendaraan khususnya mobil, tempat ini tidak pernah sepi pengunjung.  Bahkan ada beberapa pengunjung yang bukan muslim yang sengaja datang kemari karena suka dengan kelezatan masakan restaurant ini.


Buku menu Restaurant Abdullah

Tempatnya ada yang eksklusif

Ada juga yang terbuka tanpa sekat

Soal rasa, tiada duanya


Menyadari bahwa keberadaan wisatawan dapat meningkatkan pendapatan daerah, Pemerintah Guangzhou membuat program-program promosi untuk menarik wisatawan, salah satunya adalah International Light Festival.  Acara ini dipusatkan di tanah lapang depan stadium utama tepatnya di Menara kota Guangzhou.  Mulai jam 6 sore sampai jam 10 malam, area sekitar tempat ini akan bermandikan cahaya.  Gedung-gedung pencakar langit sengaja menghidupkan semua lampu dan menghiasi bagian luarnya dengan tata cahaya yang indah.  Bahkan aku tertarik dengan salah satu gedung yang sinar lampunya mirip kilauan berlian.  Gedung itu jadi terlihat seperti bongkahan besar berlian. 


Kerlap-kerlip lampu seperti taburan bintang-bintang

Itu bangunan yang mirip bongkahan berlian


Atraksi yang ditunggu-tunggu para pengunjung yang sudah memadati lokasi akhirnya muncul juga.  Sekitar pukul 9 malam waktu setempat, Menara Guangzhou itu terang benderang dengan kilauan permainan lampu di seluruh tiang Menara.  Ada yang berbentuk bunga-bunga, ada yang seperti deretan naga dan ada juga yang seperti air mengalir.  Tidak sedikit yang mengabadikan keindahan tata cahaya itu yang berlangsung nonstop sekitar 30 menit.  Decak kagum para pengunjung menyaksikan atraksi itu. Semua pada sibuk memotret ataupun mengambil video.  Maklum moment ini tidak terjadi tiap hari dan atraksi itu adalah acara puncak dari International Light Festival di Guangzhou.


Event yang ditunggu-tunggu semua warga dan turis

Menara Guangzhou sebagai maskot


Taman di sekitar stadium tempat diadakannya Light Festival itu sangat luas.  Terdapat beberapa spot-spot menarik yang dapat dijadikan tempat untuk berkumpul dengan keluarga, handai tolan atau untuk sepasang kekasih.  Ada taman-taman di sepanjang sungai besar yang menyediakan tempat untuk makan, minum atau menikmati keindahan kota Guangzhou.  Beberapa café yang ada disana menampilkan live music untuk menghibur tamu.  Sayangnya semua dinyanyikan dalam Bahasa Mandarin, jadinya aku hanya menikmati alunan irama musiknya saja. 


Sepanjang sungai di sekitar lokasi festival

Live music di cafe-cafe pinggir sungai

Spot menarik untuk berfoto



Acara ini menjadi kalender resmi promosi Pemerintah Guangzhou.  Diadakan setahun sekali dan cukup mengundang masyarakat untuk hadir menyaksikan festival ini.  Mayoritas yang hadir memang warga dari China daratan, sedikit sekali yang warga asing.  Namun demikian, aku cukup salut dengan upaya Pemerintah daerah Guangzhou dalam mempromosikan daerahnya.  Selamat Tahun Baru 2018...........!!
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar