Senin, 11 Desember 2017

Serba Serbi Serbia



Setelah mengunjungi beberapa negara Balkan seperti Slovenia, Kroasia, Montenegro dan Bosnia, rasanya belum afdol kalau kita tidak berkunjung ke Serbia karena negara ini adalah negara induk dari Yugoslavia.  Pusat Pemerintahan Yugoslavia dulunya berada di Serbia.  Jadi aku memutuskan untuk pergi ke Serbia agar dapat melihat lebih dekat seberapa besar dan hebatnya negara ini.  


Bendera negara Serbia


Memasuki negara Serbia lumayan ribet khususnya saat berada di pintu perbatasan yang dijaga ketat oleh tentara Serbia.  Negara yang didirikan oleh bangsa Kelt pada abad ke 3 SM ini menerapkan kewaspadaan tingkat tinggi, tidak hanya kepada warganya atau orang asing yang memasuki wilayah Serbia, tapi juga bagi yang meninggalkan negara ini.  Meskipun sopirku yang orang Albania ini menguasai bahasa Serbia, namun sepertinya dia harus memberikan 'upeti' kepada petugas untuk dapat melewati border.  Proses negosiasi dan pemeriksaan di border memakan waktu lebih dari 1 jam!  Konyol memang, tapi bagaimana lagi, faktanya masih ada saja pungutan liar di negara orang.


Border penjagaan Serbia

Titi, sopirku yang mirip Kevin Costner


Destinasi pertamaku adalah Main Cupola Cathedral, katedral terbesar dan termegah di Serbia.  Kabarnya hari ini akan ada acara besar, misa agung sekaligus penyambutan tamu dari kerajaan Belgia.  Makanya, dari halaman depan gereja dipadati orang-orang berkostum punggawa kerajaan, barang-barang perlengkapan pesta dan perlengkapan siaran stasiun televisi.  Dan yang sudah pasti, polisi tersebar dimana-mana.  Untungnya, aku tidak mengalami kesulitan memasuki gereja.  


Main Cupola Cathedral

Peserta perayaan

Atribut perayaan

Suasana di dalam katedral

Turun menuju area lukisan


Pada bagian dalam khususnya di hall utama sepertinya masih dalam proses renovasi.  Terlihat beberapa bagian dilapisi plastik putih atau kain panjang.  Namun, aku tidak terlalu mempermasalahkan hal itu karena renovasi adalah hal yang lazim di sebuah bangunan, apalagi bangunan tua yang kerap didatangi orang.  Perhatianku justru tertuju pada area basement karena disini tersimpan lukisan-lukisan dinding kuno, unik, full color dan masih terawat dengan baik.  


Renovasi dimana-mana

Lukisan dinding terbesar di bagian belakang

Jemaat dari berbagai negara

Lukisan di bagian samping


Selanjutnya langkah kakiku menuju ke House of Flower, tempat pemakaman Joseph Broz Tito tokoh pendiri gerakan negara Nonblok.  Tito adalah bapak pemersatu Balkan.  Di jaman pemerintahannya yang waktu itu bernama Yugoslavia, semua negara Balkan dapat bersatu padu, rukun dan cukup disegani keberadaannya di dunia.  Masih teringat dulu di olimpiade atau kompetisi tingkat dunia, atlit atau peserta dari negara Yugoslavia selalu ditakuti lawan-lawannya karena profil, kekuatan dan kehebatan mereka mirip seperti Uni Sovyet.  


Bagian depan House of Flower

Tiket masuk museum

Makam Jovanka, istri Tito

Makam Joseph Broz Tito


Di House of Flower ini kita tidak hanya melihat makam Tito, melainkan juga dapat melihat koleksi Pemerintahan Yugoslavia di era Tito yang tersimpan di dalam sebuah museum.  Pendiri gerakan Nonblok sebenarnya tidak hanya Tito, tetapi ada juga Jawaharlal Nehru, Gemal Abdul Nasser dan tokoh dari Indonesia yaitu Presiden Sukarno dan di museum ini kita bisa melihat cindera mata pemberian Presiden Sukarno ke Tito.



Museum kumpulan cindera mata dari para Pemimpin dunia

Ada juga tentang sejarah demokrasi dan kehidupan politis

Cerita semua kepemimpinan Tito ada di Memorial Center ini

Perhatianku tertuju yang berhubungan dengan Indonesia

Ternyata ada, lihat foto di bagian tengah itu!

Ini cindera mata dari Presiden Soekarno


Dari House of Flower aku berangkat menuju Kalemegdan Park yang berada di tengah kota Beograd dan masih masuk dalam satu komplek dengan benteng kota Beograd.  Nama 'Kalemegdan' itu diambil dari bahasa Turki yang berarti taman kota.  Taman ini dulu berfungsi sebagai pemisah antara benteng dengan kota. Sebelum pertengahan abad 19, benteng itu kehilangan fungsi militernya karena di bagian depan dibangun Metropolitan Park dengan gaya Eropa yang sedang tren saat itu.  Design awal di tahun 1867 dibuat oleh Emilijan Josimovic, perancang tata kota pertama di Beograd. Taman ini terdiri atas 2 bagian. Great Kalemegdan membentang dari jalan Uzun Mirkova sampai ke sungai Sava.  Sedangakan Little Kalemegdan berorientasi pada bagian kota yang disebut Dorcol (persimpangan jalan). Great Kalemegdan berfungsi sebagai taman kota dengan pohon-pohon yang rindang dan lebat, sedangkan Little Kalemegdan berfungsi sebagai tempat pertunjukkan seperti konser musik, sirkus dan lain-lain.  Namun sekarang fungsi taman kini bertambah dengan dibangunnya beberapa tempat olah raga seperti tenis lapangan, bola basket, juga pavilion seni dan alat musik serta kebun binatang.



Prasasti di bagian depan taman
Taman di Kalemegdan
Bersih, teduh dan nyaman
Patung ucapan terima kasih kepada tentara Perancis di PD I
Patung tokoh di dalam taman
Jumlahnya lumayan banyak disini


Aku justru malah bingung memahami konsep keberadaan taman ini.  Banyak tidak jelasnya.  Apakah ini taman yang berusia seratus tahun lebih atau taman hiburan seperti sekarang ini?  Kalau memang taman kuno, mengapa ada lapangan tenis dan kebun binatang?  Kalau itu benteng kuno, mengapa ada tank-tank masa kini?  Jujur, aku kurang sreg dengan tempat wisata ini.  Mungkin ini adalah produk keputusan (penginnya bijak) yang mengakomodir semua kepentingan. 


Gerbang menuju benteng (sebelah kanannya ada lapangan tenis)

Deretan senjata perang diletakkan di depan benteng

Benteng militer di dalam Taman Kalemegdan

Museum di depan benteng

Area terbuka di dalam benteng


Konsep bauran di Kalemegdan Park ternyata berlaku juga di pusat kota.  Tepatnya persis di area menuju taman Kalemegdan. Ada 4 sisi bangunan dengan gaya arsitektur yang berbeda.  Ada gaya Spanyol dengan pilar-pilar dan balkon mediterania, ada juga model Jerman dengan garis-garis tegas dan terkesan tertutup.  Sedangkan bagian lain berupa model Aristokrat Perancis dan gaya Kerajaan Austria-Hungaria.


Lihat kanan dan kiri, model bangunannya berbeda

Model Spanyol Mediteranian

Model Austria-Hungarian

Model Aristrokrat Perancis

Model Jerman


Bicara tentang kuliner, Serbia sama seperti negara-negara Balkan lainnya, makanannya dipengaruhi oleh Turki dan Austria karena kedua negara ini dulunya menguasai Serbia.  Jadi tidak jauh dari kebab, daging panggang, salad dan sup daging.  Tapi bagi yang kangen masakan Asia, aku rekomendasikan ke restaurant Peking yang berada di tengah kota.  Restaurant ini punya masakan yang pas sekali di lidah kita.  Apalagi menunya sangat bervariasi dan disini tersedia wifi gratis.


Bagi yang cari nasi, disinilah tempatnya


Untuk penginapan, aku pilih hotel IN di Beograd yang beralamat di 56 Arsenija Carnojevica Blvd.  Hotelnya lumayan besar tapi bangunannya tidak tinggi.  Kamar tidurnya cukup luas dengan standard Eropa alias minim amenities, maksudnya kalau sekadar sabun mandi dan shampoo ada lah.  Produk yang paling popular dari hotel ini adalah Bar.  Sepertinya, tempat ini tidak pernah sepi pengunjung, bahkan kita harus reservasi dulu bila ingin dapat tempat.


Lobby lumayan luas

Reception

Tempatku menginap di Serbia


Ada pelajaran dari perjalananku ke Serbia bahwa kekuatan sebuah negara ditentukan dari siapa pemimpinnya.  Kalau dia tidak bisa tegas, bijak, cerdas dan merangkul semua golongan, maka keutuhan, persatuan dan kekuatan rakyatnya tidak akan bisa dipertahankan. 


Kota Beograd-1

Kota Beograd-2

Kota Beograd-3

Kota Beograd-4

Demikian perjalananku ke negara terbesar di Balkan.  Seperti biasa, aku tidak pernah punya banyak waktu untuk mengeksplor tempat-tempat menarik di suatu negara karena waktu liburku sangat terbatas, sehingga sulit untuk dapat merealisasikan semua keinginanku yang tidak terbatas ini.  Tapi aku perlu bersyukur, Tuhan masih memberikan kesempatan untuk mengabulkan permintaanku.  Serbia menjadi negara ke 51 yang pernah kukunjungi, artinya sekarang aku sudah memasuki masa pemenuhan kedua keinginanku, menuju ke negara yang ke-100.  Semoga terwujud dengan mudah dan tidak harus menunggu usiaku terlalu tua untuk berwisata dunia.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar