Ya, sudah lebih dari 10 tahun yang lalu aku berkunjung ke kota Ujung
Pandang, ibukota Sulawesi Selatan yang sekarang lebih dikenal dengan
Makasar. Aku sempat tinggal disini 3 bulan lamanya. Yang terlintas
di ingatanku, pantai Losari yang tidak pernah sepi pengunjung, makan pisang
epek di pinggir pantai, lalu jalan-jalan ke Toraja naik bus malam. Saat
itu kota Makasar belum memiliki bandara yang sebagus seperti saat ini.
Gedung-gedung tinggi juga belum banyak. Tapi sekarang, aku merasakan
sendiri banyak perubahan yang terjadi. Bandara Hasanuddin berubah menjadi
lebih besar dengan terminal penumpang yang lebih luas, nyaman dan modern.
Banyak kenangan manis dengan orang-orang yang sempat kukenal disini, namun
nomor kontak mereka sudah pada hilang semua.
Sudahlah, yang penting Tuhan masih memberi kesempatan kepadaku untuk
bertemu kembali dengan kota Makasar. Pesawat Sriwijaya Air sudah di-booking dan
siap mengantarkanku ke pulau Sulawesi.
Sekitar jam 12 lewat 10 menit, pesawat Boeing 737 seri 800 yang kunaiki
mendarat dengan sempurna di Bandara Hasanudin Makasar. Hujan rintik-rintik
menyambut kedatanganku dan aku sangat excited saat keluar dari bandara dan
langsung menuju tempat makan siang. Kebayang di pikiranku akan makan ikan bakar,
sup ikan dan semua makanan serba ikan karena orang bilang, Makasar rajanya ikan
bakar.
|
Boeing 737 seri 800 membawaku ke Makasar |
|
Mendarat dengan selamat di Bandara Hasanuddin |
|
Sisi udara bandara |
|
Fasilitas garbarata |
Makan siang di Ratu Gurih benar-benar memuaskan. Aku menyantap tidak
hanya 1 jenis ikan, tetapi semua makanan yang disajikan di atas meja.
Meskipun tetap dengan porsi kecil sesuai kapasitas perut, aku sangat menikmati
gulai ikannya yang mirip sup tom yam. Segar dan berasa banget
bumbunya, Juga goreng ikan dan ikan bakarnya, Ikan gorengnya gurih
dengan daging yang sangat lembut, tapi kita harus hati-hati saat makan karena
di dalam goreng ikan tepung itu masih ada tulang ikannya. Entah ini memang
disengaja supaya kita yakin bahwa yang kita makan adalah daging ikan, namun
menurutku akan lebih baik kalau daging itu bersih dari tulang. Kasian aja
kalau anak kecil yang makan, bisa-bisa kesedak atau kelolotan tulang
ikan.
|
Fasad depan rumah makan Ratu Gurih |
|
Ikan-ikan segar yang siap dibakar atau diolah bagi pengunjung |
|
Sajian makanan laut yang menggugah selera |
|
Semua enak dan disantap habis |
Di Makasar akan banyak kita temui restaurant yang menyajikan makanan sea
food. Aku yang memang doyan makan ikan
sudah barang tentu tidak akan menolak kalau diajak makan di restaurant seafood,
meskipun aku selalu hunting makanan khas lokal bila sedang jalan-jalan ke luar
kota atau luar negeri. Kalau di Makasar,
ada dua makanan yang sangat terkenal dan 2 makanan itu yang selalu terlintas di
benak orang bila ditanya tentang Makasar.
Konro dan Coto Makasar. Bersyukur
banget saat bisa datang dan menikmati Konro Karebosi di jalan gunung lompobattang
dan Coto Makasar di jalan Gagak yang terkenal itu. Bahkan untuk membuktikan bahwa restaurant itu
benar-benar terkenal, di dinding dalam dipajang foto-foto tamu istimewa yang
telah merasakan kenikmatan coto gagak.
Ada Presiden Jokowi, lalu Gubernur Sulawesi Selatan dan orang-orang
terkenal di republik ini.
|
Konro Karebosi yang katanya paling enak itu |
|
Bergaya model ruko tapi selalu ramai pengunjung |
|
Ini yang ditunggu-tunggu |
|
Kuahnya pun ga kalah nikmatnya |
|
Rumah makan Aroma Coto Gagak (huruf A dan K hilang) |
|
Porsinya pas banget buatku (mangkok kecil plus ketupat imut) |
Tempat wisata yang perlu dikunjungi di Makasar adalah Fort atau benteng
Rotterdam. Benteng yang berada di tengah
kota ini menjadi andalan obyek wisata bagi turis lokal dan asing yang berkunjung
ke Makasar. Dari namanya, pasti orang berfikir
bahwa di tempat ini akan disuguhkan sejarah tentang kehidupan masyarakat di
masa kolonial Belanda. Rotterdam memang nama kota di Belanda dan kalau melihat
bentuk benteng dan gedung di dalamnya, tidak salah kalau orang akan melihat
kisah-kisah di masa pemerintahan Belanda di Makasar. Tapi, tahan dulu pikiran itu.
|
Begitu menyedihkan (lepas dan banyak coretan) |
|
Fasad depan benteng |
|
Bagian dalam-1 |
|
Bagian dalam-2 |
|
Bagian dalam-3 |
|
Bagian dalam-4 |
Ekspektasiku sangat tinggi saat memasuki benteng ini, meskipun sudah agak
ilfil melihat pemandangan taman atau halaman depan benteng yang sepertinya tidak
terawat. Sekali lagi, ini fenomena buruk
tempat wisata di Indonesia. Kita jago
mempromosikan destinasi wisata dengan mengikuti berbagai macam pameran,
eksibisi bahkan mengadakan road show, tapi kita sulit menyajikan tempat wisata
yang benar-benar layak untuk dikunjungi.
Banyak fasilitas yang tidak terawat dengan baik. Apalagi bicara tentang kebersihan dan
kenyamanan. Termasuk di benteng
Rotterdam ini. Sampah plastik bekas,
botol air mineral dan sebagainya di halaman depan membuat kesan pertama begitu
menyedihkan. Belum lagi pedagang kaki lima yang hampir
menutupi pintu masuk benteng. Halaman di
dalam atau area taman lumayan menghibur hati.
Bersih dan terawat rapi. Juga di bagian dalam gedung museum. Tapi, sayangnya, beberapa anak tangga ke
lantai 2 ada yang tanggal, beberapa lemari display sompel, dan AC ruangan tidak
berfungsi dengan baik, sehingga pengunjung terutama yang sudah kepanasan dari
luar, sudah pasti tidak betah di dalam.
|
Isi museum-1 |
|
Isi museum-2 |
|
Isi museum-3 |
|
Isi museum-4 |
Satu lagi obyek wisata yang kondisinya menyedihkan di Makasar. Adalah Benteng Somba Opu yang lumayan perlu
perjuangan menuju ke lokasi, mungkin karena aku berangkat bareng rombongan yang
naik bus. Tiba di lokasi, miris hati ini
melihat peninggalan benteng yang hampir punah.
Sisa kejayaan benteng ini masih dapat kita lihat dari dinding batu bata
yang memanjang dari area depan atau pintu masuk. Hanya itu yang dapat aku lihat, sehingga sulit sekali bisa yakin kalau kita berada di sebuah benteng. Kembali lagi aku dibuat kecewa karena yang
aku temui bukan sejarah tentang benteng ini, melainkan rumah-rumah adat 4 suku
di Sulawesi Selatan. Beberapa rumah pun
terlihat kurang dirawat.
|
Papan petunjuk yang sangat menyedihkan kondisinya |
|
Area pintu masuk yang tidak terawat |
|
Sisa-sisa peninggalan benteng |
|
Rumah adat-1 |
|
Rumah adat-2 |
|
Rumah adat-3 |
|
Rumah adat-4 |
Suasana hatiku agak terhibur saat mengunjungi istana Balla Lompoa. Meskipun istana sang raja ini tidaklah
terlalu besar, namun sepertinya semua terorganisir dengan baik mulai dari
kebersihan dan kenyamanan, dua hal utama sebuah destinasi wisata. Tidak hanya tata udara yang bagus sehingga
kita tidak kepanasan berada di dalam ruangan, tapi sepatu atau alas kaki kita
pun dirapikan oleh petugas. Disini kita
bisa melakukan sesi foto dengan mengenakan pakaian adat Makasar seperi baju bodo. Tapi ini tidak gratis lho, kita harus bayar ke
petugas yang telaten mendandani pengunjung yang berminat.
|
Istana yang telah menjadi museum |
|
Museum Balla Lompoa |
|
Istana yang sangat sederhana |
|
Bangunan di samping istana yang masih dalam satu area |
|
Ruangan dalam istana Balla Lompoa |
|
Silsilah keluarga kerajaan |
|
Pengunjung bisa berpose diri dengan pakaian dan atribut adat |
Ibarat makan sayur tanpa garam, terasa hambar kalau kita ke Makasar tapi
belum mendatangi Pantai Losari dan makan pisang epek. Justru malah aneh menurutku kalau kita tidak
sempat atau bahkan tidak tahu pantai Losari, karena pantai ini pasti akan
dilewati bila kita berkunjung ke Makasar.
Lokasinya masih menjadi bagian dari pusat kota dan tidak pernah sepi bila
hari sudah senja apalagi malam. Kenapa? Karena kalau siang hari, tidak terbayang
panas teriknya matahari. Makanya tempat
ini cenderung sepi di siang hari tapi akan menjadi sangat ramai bila di malam
hari. Apalagi kalau akhir pekan, Pantai Losari akan sangat padat oleh
pengunjung.
|
Pantai Losari di siang hari |
|
Spot menarik di Pantai Losari |
|
Malam ramai pengunjung |
|
Spot favorit bagi pengunjung |
|
Tepat sebagai tempat hang-out bersama keluarga |
Spot yang paling digemari pengunjung adalah tulisan Losari yang berada
persis di bibir pantai. Hampir semua
orang ingin mengabadikan diri di depan tulisan kapital besar itu. Tidak sedikit pula yang beraksi di sisi
setiap huruf yang ada. Tulisan ini lebih
diminati daripada tulisan City of Makasar yang ada di pantai ini juga. Sedangkan di siang hari, pengunjung lebih senang datang ke masjid
terapung yang berada di sisi kiri pantai Losari.
Mungkin terinspirasi dengan masjid yang ada di Jeddah, tampilan masjid
Amirul Mukminin sangat mirip dengan masjid terapung tersebut. Di hari Jumat, tempat ini akan sangat ramai
oleh kaum muslim yang ingin beribadah.
Ketiga lantai yang ada dan teras akan dipenuhi oleh jamaah.
|
Deretan penjual pisang epek di depan pantai |
|
Gerobak penjual |
|
Pisang epek yang dibakar pakai arang |
|
Pisang epek yang siap untuk disantap |
|
Masjid Amirul Mukminin di Pantai Losari |
Untuk urusan oleh-oleh, silakan datang ke Toko Kerajinan di jalan Somba
Opu. Di tempat ini kita bisa menemukan
semua jenis oleh-oleh mulai dari makanan, kain tenun, kaos sampai minyak gosok
khas Makasar. Harga barang disini relatif
murah, tapi sayangnya, sulit cari tempat parkir kendaraan karena lokasi toko di
persimpangan jalan dan yang sedikit mengganggu adalah para pengemis yang
berdiri di pintu masuk dan akan terus mengikuti kita bila belum dapat
‘pemberian’ dari kita.
|
Kain tenun khas Makasar |
Khusus bagi penggemar kain sutra, sebaiknya mampir ke jalan Lompobattang
karena di sepanjang jalan ini banyak terdapat toko yang menyediakan berbagai
macam kain tenun yang terbuat dari sutra.
Kata penjual, yang ngetop dan berciri khas Makasar adalah sutra
Sengkang. Soal harga, sangat
relatif. Kalau yang 100% sutra, harganya
bisa super mahal. Lucunya, bagi kaum
pria muslim, ada tulisan peringatan besar di dalam toko bahwa haram hukumnya
bagi pria menggunakan sutra!
|
Baca tulisan peringatan di kanan atas |
|
Otak-otak pun dicari orang buat oleh-oleh |
Selama di Makasar aku menginap di Hotel Santika yang lokasinya tidak jauh
dari Pantai Losari. Hotel ini memiliki lobby yang lumayan luas dan
terlihat bersih. Aku surprise saat sampai di hotel sore hari itu dan hujan
lumayan deras membasahi kota. Petugas hotel memberikan secangkir minuman
selamat datang. Dari penampilannya seperti kopi ber-krim, tapi setelah
dicoba, rasanya lebih mirip wedang jahe.
|
Hotel Santika-1 |
|
Hotel Santika-2 |
|
Hotel Santika-3 |
|
Hotel Santika-4 |
|
Hotel Santika-5 |
Meskipun bergaya minimalis, tata ruang dan material
furniture yang digunakan menimbulkan kesan luas.
Yang paling kusuka dari hotel ini adalah
kebersihan ruangan dan fasilitas di dalamnya.
Selanjutnya kesigapan petugas hotel merespon kebutuhan tamu, perlu
diacungin jempol.
Menu sarapannya
variatif dan kelebihan lainnya adalah fasilitas free wifi-nya bisa diandalkan
kecepatan dan kemudahan aksesnya.
|
Patung Hasanuddin di gerbang bandara |
|
Penumpang bandara di area security check point pertama |
|
Terminal bandara yang luas |
Akhirnya aku harus berpisah juga dengan Makasar. Rasa syukur tidak pernah hilang karena diberi kesempatan melihat kembali kota ini. Ibarat menggali kenangan lama yang hampir pudar, semoga kota Makasar menjadi makin bersinar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar