Dari sekian banyak negara di Eropa, orang tidak banyak tahu
tentang negara yang satu ini, Slovenia.
Mendengar nama ini, aku teringat dengan sopirku dulu sewaktu jalan-jalan
ke Praha-Warsawa. Lelaki paruh baya yang
meninggalkan keluarganya hanya untuk mencari sesuap nasi di negeri orang. Cerita-cerita haru mengalir dari
mulutnya. Betapa beratnya hidup di
Slovenia membesarkan 2 orang anak yang masih kecil dan butuh pendidikan yang
layak agar tumbuh besar menjadi orang yang bisa membanggakan orang tua. Dari kisah Nico sang sopir ini membuat aku
penasaran, apa dan bagaimana Slovenia itu.
Apa benar sebagai negara berkembang pecahan dari Yugoslavia, kehidupan di Slovenia sama dengan
Indonesia? Lebih parah atau lebih
baik? Bagaimana dengan industri pariwisatanya? Apakah mereka tidak
memiliki kekayaan alam dan budaya yang layak menjadi daya tarik bagi
wisatawan? Semua pertanyaan itu
sebenarnya bisa kita ‘google’ di internet, tapi itu bukanlah jawaban yang
memuaskan bagiku. Alangkah baiknya kalau
kita datang dan melihat sendiri agar jawaban yang kita berikan benar-benar
solid dan valid!
|
Bendera negara Slovenia |
Aku masuk Slovenia melalui Italia, tepatnya di Venisia karena belum ada penerbangan langsung atau yang connect dengan Slovenia. Disamping memang aku ada kepentingan di Italia, lokasi Venisia lebih dekat dengan Slovenia dan cukup berbekal dengan visa Schengen aku dengan mudah masuk ke perbatasan Slovenia yang memang sudah tidak perlu ada pengecekan lagi. Dan lebih enaknya lagi, Slovenia juga memberlakukan mata uang Euro, jadinya aku tidak perlu lagi tukar uang di bandara.
|
Imigrasi di Bandara Marcopolo Venisia - Italia |
|
Nunggu bagasi yang super crowded |
|
Jumlah conveyor belt terbatas |
|
Enaknya tidak ada pemeriksaan bagasi oleh bea cukai |
|
Bandara Marcopolo tampak dari samping |
|
Bandara Marcopolo tampak dari depan |
Tempat wisata pertama yang kukunjungi adalah Postojna Caves,
gua stalaktit dan stalakmit terpanjang di dunia. Dalam bahasa Slovenia dibilang Postojnska
Jama yang berarti gua Postojna. Tempat
ini masih menjadi tempat favorit dan kebanggaan warga Slovenia. Bila di akhir pekan tempat ini banyak dikunjungi oleh wisatawan lokal dan mancanegara, maka di hari kerja lebih banyak anak-anak
sekolah yang melakukan pengenalan dan penelitian ‘keajaiban’ alam. Karena menjadi destinasi pilihan, tempat
parkir disini sangat luas untuk kendaraan pribadi maupun bus-bus pariwisata. Tapi dari fasilitas itu semua, yang paling
penting bagi turis Indonesia yang tidak terbiasa dengan hawa dingin yang bikin
pengin kencing yaitu toilet. Disini
hanya menyediakan 3 lokasi toilet. Satu di tempat parkir, satu lagi di dalam
restaurant self service Brijant dan satu lagi di depan restaurant pintu masuk
gua, tepatnya di turunan jalan keluar.
Sudah barang tentu, toilet yang di dalam restaurant yang lebih nyaman
bagi pengunjung apalagi bila disaat musim dingin atau hujan datang. Tetapi yang jadi masalah bagi turis perempuan, karena jumlah biliknya terbatas, jadi
siap-siap antri panjang.
|
Map kawasan wisata Postojna Cave |
|
Tiket masuk Postojna Cave |
Jika kita datang di musim liburan, maka sebaiknya sedia
payung bila hujan atau gerimis datang tiba-tiba. Juga sebaiknya pakai jaket atau baju hangat
karena antrian di pintu masuk berada di outdoor atau ruangan terbuka. Petugas hanya mengatur antrian dan memastikan
si pengunjung sudah memegang tiket masuk gua.
Selanjutnya pengunjung harus meletakkan tiket pada bar code scanner di
autogate. Persis di depan autogate
terdapat 2 petugas perempuan yang memotret satu persatu pengunjung. Hasil jepretan foto itu akan dipajang di
dinding pintu keluar gua dan dijual seharga 5 Euro per lembar. Kita tidak wajib membayarnya, tapi kalau
melihat hasil foto dan tujuan berwisata, rasa-rasanya sayang kalau kita
lewatkan begitu saja.
|
Restaurant sekaligus toilet gratis |
|
Sepanjang jalan menuju gua |
|
Mendekati pintu masuk gua |
|
Pemandangan dari atas tangga |
Tepat di depan pos pertama pintu masuk, sudah stand by
kereta kecil tapi panjang dengan kapasitas sekitar 30 kursi. Masing-masing kursi dapat diisi oleh 2 orang
dewasa. Masinis berada pada depan log
kereta. Dengan kecepatan yang sekitar 10
km/jam, kereta bergerak perlahan memasuki gua yang remang-remang sinar
lampunya. Tapi kita masih bisa melihat
dengan jelas stalakmit yang ada disini.
Kita diperbolehkan mengambil gambar di dalam gua tetapi tidak boleh
menggunakan flash. Kata petugas, cahaya
flash dapat mengganggu stalakmite dan kehidupan binatang yang ada di dalam gua khususnya salamander yang menjadi icon di gua ini.
|
Pintu masuk |
|
Antrian sudah panjang meski masih pagi |
|
Persis di dalam lorong gua |
|
Kereta di dalam gua sudah menunggu |
|
Hasil jepretan petugas yang harus bayar kalau ingin memilikinya |
Suhu di dalam gua berkisar 5 sampai 10 derajat. Makanya kita disarankan menggunakan jaket
atau baju tebal. Menurutku malah
sebaiknya pakai jaket yang bertutup kepala karena tetesan air dari atap gua
terkadang dapat mengenai kepala atau badan kita. Dan juga fisik kita harus dalam kondisi fit
saat mengunjungi tempat ini karena kereta akan berhenti di pos terakhir dan
selanjutnya kita harus berjalan kaki menaiki jalan tanjakan dan turunan yang
lumayan jauh. Belum lagi semua permukaan
jalan basah kena tetesan air, sehingga kita harus lebih berhati-hati bila berjalan
kaki. Di setiap titik-titik tertentu,
petugas akan menceritakan sejarah gua Postojna berikut keunikan dari
bentuk-bentuk stalagmite yang ada. Bagi
pengunjung yang tertarik untuk mengetahui lebih banyak tentang sejarah gua ini
dan ingin punya kenang-kenangan, jangan khawatir, di dalam gua ini tersedia
toko souvenir.
Satu lagi tempat favorit warga Slovenia dan turis
mancanegara adalah Danau Bled. Lokasi
danau ini sangat jauh dari ibukota. Namun
tempat ini selalu menjadi pilihan bagi warga lokal bila saat liburan tiba khususnya di musim panas. Sedangkan bagi wisatawan asing, ada 2 (dua)
spot bersejarah yang perlu dikunjungi.
Yang pertama, Bled castle, puri yang ada di puncak bukit. Puri yang sudah berusia ratusan tahun ini
akan membawa kita kembali ke kehidupan masa silam. Bangunan-bangunan baik yang ada
di luar maupun di dalam puri masih terawat dengan baik, meskipun beberapa
tempat sudah beralih fungsi menjadi souvenir shop, museum dan café. Bicara tentang café, rasanya tempat ini
menjadi tempat romantis bagi sepasang kekasih. Bagaimana tidak, suasananya sangat
mendukung. Jumlah kursi terbatas,
pemandangan sekeliling sangat indah apalagi kita bisa melihat kota maupun pemandangan danau
Bled dengan jelas dari atas puri. Belum
lagi, menu yang disajikan di café ini pas banget untuk berdua. Tak heran tempat ini kerap menjadi lokasi shooting film-film romantis. Yang jadi masalah hanyalah jalan menuju puri
atau memasuki area puri. Kita dipaksa
menaiki jalan tanjakan yang memiliki anak tangga terbuat dari batu-batu koral
hampir 100 buah!
|
Danau Bled |
|
Kastil bagian bawah |
|
Pemandangan kota Bled |
|
Indah dan segar |
|
Danau Bled terlihat dari atas puri |
|
Bled castle bagian atas |
|
Mngingatkanku shooting film Reign |
Sedangkan satu tempat lagi yang menjadi destinasi bagi para
wisatawan yaitu gereja The Assumption of Mary.
Mengapa gereja ini bagitu special?
Satu, karena berlokasi di pulau kecil yang berada di tengah danau
Bled. Makanya kita harus menaiki perahu
yang stand by di pinggir danau bila ingin berkunjung ke pulau ini. Kedua, konon kabarnya, suster Mary yang
mendirikan gereja ini sempat putus asa tidak dapat menyeberangkan lonceng dari
daratan ke pulau ini. Saking putus asanya,
sampai-sampai dia berangkat ke Vatican untuk mengabdikan diri sebagai biarawati
disana. Ketiga, ada mitos bila kita
sempat berdoa di dalam gereja, lalu membunyikan lonceng gereja ini 3 kali, maka
doa-doa kita akan terkabul. Memang
lonceng gereja ada di puncak menara, tetapi tali tambang untuk membunyikan
lonceng terjulur ke bawah sampai di depan altar gereja.
Slovenia termasuk salah satu negara pecahan
dari Yugoslavia dengan ibukotanya Ljubljana. Sebagai ibukota, Ljubljana memiliki banyak cerita, mulai dari
pisahnya atau peperangan mereka dengan Kroasia, lalu bersatunya mereka dengan
European Union atau menggunakan mata uang Euro, sampai dengan upaya
Pemerintah Slovenia yang membangun negerinya.
Memang Slovenia masih masuk kategori negera berkembang di Eropa, namun
Pemerintah terus mengembangkan potensi negaranya dan membuka diri bagi turis
asing yang ingin berwisata ke Slovenia. Banyak
spot-spot menarik yang dapat kita kunjungi disini. Ada Ljubljana cathedral, castle tower, Preseren
square, city hall, dragon bridge dan triple bridge. Semua berada dalam satu area dan kita bisa
mengunjungi semua tempat tersebut dalam waktu sekian jam.
|
Nyaman untuk pejalan kaki |
|
Preseren square lengkap dengan patungnya |
|
Malam hari terlihat indah kota Ljubljana |
Dragon bridge dibangun pada tahun 1819 berupa jembatan kayu oak
yang sangat kuat. Karena di area tersebut
banyak terdapat butchers atau para penjual daging, makanya jembatan ini dulunya
disebut Butcher’s bridge. Sekarang pun,
di dekat jembatan ini dibangun pasar daging yang berada pada bangunan tertutup,
sedangkan area terbukanya disediakan untuk penjual buah-buahan, sayur dan
produk-produk lokal lainnya. Jembatan
ini tidak lagi terbuat dari kayu, tapi sudah dibuat dari beton. Namun di seberang dari Dragon bridge, dibuat
jembatan kayu untuk mengenang Dragon bridge, tetapi jembatan ini malah disebut
sebagai Love Bridge karena di sisi kiri dan kanan jembatan dibentang besi
memanjang tempat para pasangan meletakkan gembok tanda ikatan kasih. Sedangkan kunci dari gembok itu sengaja
dibuang ke sungai di bawah jembatan agar gembok itu tetap terkunci, ‘mengunci’
cinta sang pasangan itu. Oiya, di dekat jembatan cinta itu ada toilet gratis, tapi harus tahan baunya yang lumayan 'sedap'.
|
Dragon bridge tampak depan |
|
Dragon bridge tampak samping |
|
Pasar rakyat di taman dekat jembatan |
|
Love bridge |
|
Cafe-cafe di sekitar Jembatan Cinta |
Slovenia ternyata punya castle di atas bukit seperti di kota Bergen Norwegia yang untuk mencapainya kita harus menggunakan funicular atau kereta magnet dengan kemiringan hampir 90 derajat. Panjang rel kereta 118,20 meter dengan tinggi bukit sebenarnya 70,15 meter. Ljubljana castle tower namanya dan kita akan dibawa ke puri lama yang dulu dijadikan penguasa untuk memantau kota dan menjaga kota dari serangan musuh. Di puri ini juga punya penjara, namun sekarang sudah beralih fungsi menjadi tempat administrasi petugas puri.
|
Kereta magnit ke puri di puncak bukit |
|
Ljubljana Castle Tower |
|
Tempat nyaman untuk hang-out dan jalan-jalan |
|
Chapel di dalam castle |
Kalau urusan kebutuhan perut sih sebenarnya tidak sulit di Ljubljana. Kota ini memiliki banyak spot-spot kuliner, namun hampir sebagian besar berupa cafe dan rumah makan yang menyediakan menu western. Untuk orang Indonesia yang selalu harus makan nasi akan sedikit sulit mencarinya karena Chinese restaurant yang selalu menyediakan nasi, sedikit jumlahnya disini. Salah satunya ada di city hall Ljubljana yaitu Han restaurant. Makanan di restaurant Han lumayan enak dan tempatnya pun cukup nyaman plus dengan toilet yang bersih. Harga makanannya pun tidak mahal. Jadi tempat ini dapat menjadi rekomendasi bila ingin ketemu nasi.
|
Han Restaurant-1 |
|
Han Restaurant-2 |
|
Han Restaurant-3 |
Hotel tempatku menginap di Slovenia adalah Austria Trend Ljubljana yang beralamat di Dunajska Cesta 154. Lobby hotel bersifat minimalis termasuk restaurant tempat breakfast-nya. Untungnya kamar tidurnya tidak ikut-ikutan minimalis yang super sempit atau fasilitas super irit khas hotel-hotel di Eropa.
|
Hotel tempatku menginap di Ljubljana |
|
Lobby hotel yang minimalis |
Mempertimbangkan jumlah destinasi wisata, mungkin 2 hari sudah cukup untuk jalan-jalan ke Slovenia. Yang reportnya hanya urusan aksesibilitas langsung dari Jakarta ke Slovenia yang belum ada, sehingga kita masih harus stop over di negara lain. Tapi, tidak ada salahnya kan kita melihat negeri orang sambil menilai sisi positif dan negatif-nya bila dibandingkan dengan negeri kita?. Demikianlah sharing acara jalan-jalanku ke Slovenia, negara ke-47 yang sudah kujelajahi sepanjang hidupku.
Bravo...negara ke47. Semoga bs ketularan 😋
BalasHapus