Kamis, 01 Februari 2018

Wisata Kuliner Solo Tidak Bikin Kantong Melongo



Benar kawan, aku juga terkejut saat melihat dan mengalami sendiri perjalanan culinary di Solo.  Tidak disangka, kota ini punya berbagai tempat untuk memuaskan ‘kampung tengah’ kita.  Aku sudah sangat lama tidak ke kota ini, jadinya terbengong-bengong melihat perkembangan kota Solo yang sedemikian cepat.  Mungkin saja karena sudah terlalu lama, tetapi aku yakin perubahan wajah kota terjadi dimana-mana.  Perekonomian kota ini semakin hidup, dunia bisnis bergerak cepat seiring dengan pertumbuhan sektor pariwisata kota Solo termasuk di urusan wisata kuliner. Dan untuk bulan spesial ini, Solo kupilih sebagai tempat wisata dalam negeri yang laik masuk dalam edisi spesial blog-ku.


Bandara Adi Sumarmo Solo

Lebih besar daripada Adi Sucipto Semarang

Lebih megah sebagai pintu gerbang utama Jawa Tengah

Satu-satunya Executive lounge yang ada di bandara

Lumayan luas dan lengkap fasilitasnya


Memang awalnya aku tidak terpikir berwisata kuliner di Solo.  Tujuanku hanya ingin melihat obyek wisata unik umbul ponggok dan membeli batik khas Solo, Laweyan.  Tapi setelah melihat beberapa tempat makan sepanjang perjalanan dari bandara ke hotel Alila tempatku menginap dan setelah beberapa menit berkeliling kota, aku menilai bahwa Solo tidak kalah dengan kota-kota lain di Indonesia yang ‘menjual’ produk-produk kulinernya untuk menarik wisatawan.


Wisata air Umbul Ponggok

Sepintas seperti kolam renang biasa


Umbul ponggok masuk dalam daftar yang ingin kukunjungi karena tempat ini menawarkan sesuatu yang unik yaitu foto studio di dalam air.  Tempatnya lebih mirip seperti kolam renang, persegi panjang dan dikelilingi oleh kursi-kursi pengunjung dan counter-counter komersil seperti penyedia jasa sewa peralatan renang, café dan warung nasi.  Studio fotonya ada di dalam kolam.  Pengunjung yang berminat untuk foto, tinggal memilih atribut apa yang ingin digunakan dalam berfoto seperti motor, sepeda yang semuanya di pajang di pinggir kolam.  Per paket foto ongkosnya Rp 100.000, itu bisa 50 sampai 100 file. Sedangkan atribut foto seperti motor dan sebagainya dibandrol berbeda.  Hasil pemotretan akan diberikan oleh provider dalam bentuk soft copy.


Foto bawah air yang menjadi daya tarik Umbul Ponggok

Murah, meriah dan mengasyikan


Selain Umbul Ponggok, sebenarnya banyak tempat-tempat bagus yang dapat kita kunjungi di Solo.  Misalnya, Wana wisata Sekipan.  Lokasinya memang jauh dari kota Solo, lebih tepatnya berada di kawasan wisata Tawangmangu yang terkenal dengan air terjunnya.  Ini tempat yang tepat bagi pecinta alam untuk dekat dengan alam yang hijau, segar dan bersih.  Memang tempat wisata ini kalah pamor dengan air terjun Grojogan Sewu Tawangmangu, tetapi Sekipan mempunyai keunggulan tersendiri dibandingkan tempat wisata lainnya di Solo.  Selain alam yang bersih dan asri, tempat ini menyediakan area berkemah buat keluarga yang sangat luas dan tersebar di beberapa tempat dan ada juga camp area yang unik seperti Wellit camp yang sepintas lalu mirip rumah adat di Papua.  Disamping itu, di Sekipan juga terdapat candi yang berada di tengah kawasan hutan lindung ini yang dikelola oleh Perhutani BKPH Lawu Utara Jawa Tengah ini.  Mereka mengklaim bahwa Sekipan adalah hutan legenda yang menyimpan sejarah, bukan sekadar kawasan hutan yang indah.



Gerbang masuk kawasan Sekipan

Tertata rapi dan bersih

Hawanya segar dan tempatnya aman

Camp Wellit yang unik itu

Serasa di Papua


Area berkemah buat keluarga


Tempat kuliner pertama yang kukunjungi, rumah makan Timlo.  Ini rekomendasi teman yang katanya enak dan pas dimakan saat lagi malam dingin karena hujan.  Menu andalan rumah makan ini ya Timlo, sejenis sup bening yang isinya bisa macam-macam.  Ada yang daging biasa, ada jeroan dan lain-lain.  Sebenarnya aku agak ragu apakah Timlo adalah makanan khas atau asli dari Solo?  Tapi karena rekomendasi, aku tidak keberatan mampir kesini.


Katanya disini Timlo yang paling enak

Cocok kalau disantap hangat-hangat


Bila Timlo masih dirasa kurang mengenyangkan atau bila perut kita masih kuat menampung yang lain, tidak ada salahnya mampir ke Gulo Jowo.  Kalau tempat ini rekomendasi dariku.  Ini tempat yang kucari di Solo karena disinilah selera makanan lokalku terpenuhi. Aku memang suka banget sama jajan pasar seperti ketan kelapa, bubur cenil, gethuk lindri, dan sebagainya.  Meskipun tidak semua yang kuinginkan ada disini, tapi aku sangat puas menikmati makanan kesukaanku.


Gulo Jowo, bagi mereka yang suka makanan lokal

Cangkirnya unik

Nama menunya khas Jawa banget

Dapurnya sederhana

Penuh warna dan meriah


Bagaimana tidak puas? Tempatnya menarik dengan disain yang sederhana, colorful dan dihiasi dengan gambar-gambar menarik perhatian untuk dilihat.  Ada yang berupa gambar menu, ada juga yang berupa pepatah atau puisi yang ditulis dalam Bahasa Jawa.  Memang tidak semua tulisan itu aku paham maknanya, tapi yang pasti menuturkan tentang kebaikan.



Gambar-gambar menu di dinding

Ada yang ketan dilumuri fla manis

Atau singkong keju dan fla

Atau yang orisinal, ketan dan parutan kelapa yang gurih

Super murah


Tempat makan selanjutnya yang perlu dicoba, yaitu Bakmi Djowo Koeno yang dari namanya sudah mengikrarkan diri sebagai penyedia bakmi paling lama di Solo.  Aku tidak tahu persis apakah ini benar-benar yang otentik asli Solo.  Bagiku ''apalah arti sebuah nama?" yang terpenting adalah rasanya!!  Rumah makan yang satu ini hanya buka di sore hari sekitar jam 5 sampai jam 10 malam, tetapi kadang bisa sampai jam 11 atau 12 bila akhir pekan.  Memang tidak ada waktu yang pasti tergantung persediaan bahan bakunya.  Kalau weekend cenderung ramai dan sulit untuk mendapatkan tempat duduk yang memang terbatas, baik yang di bagian luar ataupun yang di dalam.  Sepertinya pengunjung lebih menyukai tempat yang di luar.  Suasana Jawa lebih terasa dan kita bisa melihat langsung bagaimana mereka mengolah makanan dengan peralatan tradisional.  Dan, jangan khawatir urusan harga makanan disini, super murah!


Hanya buka di sore sampai malam hari

Tempat terbatas di bagian luar dan dalam 

Teh tradisional dengan gula batu

Tahu bakso sebagai makanan pembuka

Mie godhok khas Jawa Koeno yang menjadi andalan

Nasi mawut, nasi goreng plus mie goreng

Menggunakan peralatan masak tradisional


Oiya di Solo juga gudangnya ayam dan bebek goreng.  Bagi penggemar kedua masakan itu, segera saja datang ke Solo.  Tidak akan sulit mencari tempat makan yang menyajikan menu ayam atau bebek goreng.  Ada yang disambal merah atau hijau.  Ada yang sedikit berkelas dengan tempat yang ber-AC, tapi ada juga yang kelas kaki lima.  Tapi saranku, sebaiknya menyempatkan diri untuk menikmati nasi liwet khas Solo.  Ini menu pas banget di segala moment, mau untuk sarapan kek atau makan siang.  Bahkan untuk makan malam pun enak juga.  Kalau orang yang pernah ke Solo ditanya tentang nasi liwet, mereka selalu mengarahkan kita ke nasi liwet wongso lemu di Jalan Teuku Umar, Keprabon.  Aku justru tidak mau kalau diajak kesana lagi.  Disamping jumlahnya banyak di sepanjang jalan itu yang cenderung memusingkan kita, tidak semua rumah makan itu menyajikan nasi liwet yang enak di lidah dan tidak semua transparan harganya.  Pernah makan disitu, sudah tidak enak rasanya, e harganya terlalu mahal untuk ukuran Solo.  Mungkin mereka naikkan harganya setelah tahu kami dari Jakarta.  Tapi sekarang aku punya tempat makan nasi liwet yang super special. Special rasanya yang lazizz banget, special harganya yang super murah, special tempatnya yang hanya di emperan, dan special bersihnya karena aku tidak sakit perut setelah menelan makanannya.  Ya, nasi liwet itu milik Bu Tik yang berada di halte bus seberang stasiun kereta api Purwosari.  Bukanya tengah malam sekitar jam 23.30 WIB karena jam 11, si ibu baru datang dan siap-siap perkakas jualan.  Beberapa kali aku kesini jam 11 lewat, selalu ada orang yang sudah menunggu kedatangan Bu Tik.  Bagi yang gengsian, tanyakan pada diri sendiri sekaya apa sih kalian?  Yang makan disini banyak yang datang pakai mobil bagus yang menandakan mereka orang berada.  Aku pun yang sering traveling luar negeri, tidak malu untuk makan disini.  Bagiku yang penting rasanya enak, makanan dan tempatnya bersih atau intinya aku tidak sakit perut.  Urusan harga, yang penting wajar-wajar saja lah.   


Dijamin enak, puas dan sehat


Nah untuk dessert atau makanan penutup, tidak ada salahnya mampir ke Markobar, Martabak Kotta Barat.  Bukan karena si pemiliknya adalah putra Presiden Republik Indonesia Jokowi, tapi memang rasanya enak dan pas banget buat penutup makan.  Meskipun harganya cukup mahal untuk ukuran warga Solo, tapi kita tidak akan menyesal setelah menikmati martabak manis apalagi yang 8 rasa itu.  



Yang di pinggir jalan inilah awal Markobar


Benar-benar bergaya kaki lima

Tapi lebih disukai pengunjung

Cocok untuk penutup makan

Manis dan mengenyangkan


Kalau masih ada waktu untuk ber-hang out ria dengan teman, boleh dicoba enaknya kopi di kedai Ngopi serius.  Tempatnya khas Jawa abis, makanya aku betah kalau nongkrong disini.  Kursi, meja, dinding dan hiasan interiornya membawa kita ke rumah adat Jawa yang nyaman, tentram, penuh kekeluargaan.  Beberapa pajangan di dinding yang menceritakan tentang sejarah kopi memberikan kesan tidak sekadar pajangan pemanis ruangan, namun dapat menjadi informasi berharga bagi kita untuk mengenal lebih jauh tentang sejarah dan jenis-jenis kopi.


Fasad depan Ngopi Serius

Suasana tradisional dan nyaman

Pajangan sekaligus ilmu pengetahuan

Berbagai macam kopi nusantara ada disini

Klasik dan menarik

Disajikan dengan cara yang unik


Sebenarnya masih ada satu lagi tempat hang-out yang nyaman di Solo khususnya untuk kongkow kongkow dengan teman di malam hari.  Point 9 cafe yang lokasinya persis di sebelah pom bensin.  Aku memang awalnya tidak yakin bisa nyaman karena khawatir bau bensin merusak suasana, tetapi ternyata setelah datang kesana, bau itu sama sekali tidak terasa.  Yang ada justru perasaan nyaman, super rileks dan terhibur dengan pelayanannya.  Disini kita juga bisa menikmati live music yang disediakan di pojok cafe yang dibangun panggung menghadap ke meja pengunjung.  Sedangkan ruangan di lantai 2 menurutku lebih tepat untuk mereka yang sedang kasmaran karena terlalu romantis setting-annya.



Bagian luar sisi kiri cafe

Bagian luar sisi kanan cafe

Live music mulai jam 10 malam


Secangkir kopi tidak cukup disini


Kalau Sekipan adalah tempat yang cocok bagi pecinta alam, maka bagi pecinta tempat makan yang enak dan dekat dengan alam di Solo juga ada, yaitu Bali Ndeso.  Pasti agak aneh mendengar nama rumah makan ini.  Sama, aku juga awalnya berfikiran bahwa Bali Ndeso ini mungkin tidak ada kaitannya dengan Bali, namun mungkin mengambil nama dari bahasa Jawa yang artinya kembali ke desa.  Tetapi tebakanku salah.  Aku melihat budaya Bali diusung kesini.  Ada bale-bale khas Bali dan yang sangat menyolok adalah kain hitam putih kotak-kotak yang menjadi ciri khas Bali.  Hampir saja aku balik badan untuk membatalkan makan disini.  Masa' jauh-jauh dari Jakarta ke Solo malah makan atau singgah di rumah makan Bali?  Tapi karena capek menempuh perjalanan dari kota Solo ke tempat ini dan rasa kagum dengan landscape serta alam di sekitar rumah makan ini, akhirnya kuputuskan untuk rehat dan makan siang disini.



Area parkir penuh kendaraan

Lihat kain kotak-kotak hitam putih itu

Setting tempatnya bagus, serasa di perkampungan tradisional

Cocok untuk bersantai menghilangkan kepenatan

Spot berfoto yang tidak pernah sepi pengunjung

Segar, bersih, hijau, asri

Apakah kita punya fikiran yang sama setelah melihat kain hitam putih itu?


Bagi penyuka ayam, tidak ada salahnya untuk mencoba menu paket ayam di Waroeng Mbok Marni.  Tapi jangan terkecoh dengan nama 'warung' karena yang ini lebih tepat dibilang restaurant.  Menyediakan dua lantai dengan bangunan ala ruko dan dikemas nyaman untuk keluarga termasuk anak-anak karena di bagian depan disediakan kid zone dan internet gratis.  Tempatnya bersih dan ada dua pilihan tempat duduk, mau yang pakai kursi atau lesehan dengan bantal alas duduk.  Semuanya bikin nyaman dan yang terpenting rasa makanannya enak.  Ayamnya empuk dan berasa bumbunya.  Penyajiannya pun tidak lama, sehingga kita tidak khawatir kehilangan selera makan karena menunggu.




Bagian yang sedikit formal

Lesehan dengan TV dan kipas angin

Paket ayam kremes

Paket ayam bakar


Karena ini bulan penuh cinta dan bulan spesial buatku, ada satu tempat yang tepat untuk dessert time.  Ice cream Tentrem perlu dikunjungi untuk merasakan ice cream legendaris yang katanya sudah ada sejak tahun 1952.  Memang tidak semua menu disini menu legendaris, bahkan tempatnya pun jauh dari kesan legendaris, menurutku malah terkesan modern.  Tapi tidak masalah, yang penting kita berkesempatan menikmati es krim yang dulu sangat ngetop di jamannya.  Ice cream tutti frutti dan rainbow ice cream adalah 2 yang legendaris, tetapi sayangnya malam itu yang ada hanya tutti frutti karena rainbow sudah habis.  Kemasan tutti frutti unik seperti paket sepotong keju dibungkus dengan kertas timah supaya awet dan tidak berubah rasanya.  Disamping rasanya yang pantas menjadi legendaris, harganya pun murah.  Sepotong es krim tutti frutti dihargai Rp 15.000 saja.  Kalau anda datang di malam minggu, setelah makan es krim bisa dilanjutkan jalan-jalan di pasar malam disamping Tentrem yang diadakan oleh Pemda Solo untuk mempromosikan produk-produk lokal.  




Es Krim Tentrem

Tempat duduknya terbatas

Ada ice cream, juice buah dan nasi liwet juga

Sudut ruangan yang menarik

Tutti Frutti yang legendaris itu

Casablanca pun enak juga

50 meter di sebelah Tentrem ada pasar malam


Terakhir bicara tentang makanan, entah ini tepat atau tidak menjadi ciri khas Solo karena jujur saja ini sama sekali tidak ada kaitannya dengan budaya Jawa, tapi suka atau pun tidak, produk makanan yang satu ini sudah memikat hati orang Solo apalagi para anak muda.  Aku pun penasaran dibuatnya.  Kabarnya ini milik artis.  Ah....ternyata fenomena artis berbisnis merambah ke Solo juga.  Aku sih tidak kenal si artis itu dan cenderung tidak peduli.  Bagiku yang penting rasa dari kue pluffy yang katanya enak itu.  Dengan membayar Rp 56.000 untuk satu kotak kecil, aku membawa pulang pluffy rasa coklat.  Penasaranku terbayar, ternyata rasanya enak banget!  Kuenya lembut dengan komposisi rasa manis yang pas sehingga tidak bikin neg.  Boleh juga untuk jadi oleh-oleh bila jalan-jalan ke Solo.




Counter Pluffy Cake


Punya beberapa rasa, coklat, original, blueberry, green tea


Lembut dan enak


Selama beberapa kali ke Solo, aku menginap di Alila, hotel yang punya reputasi pelayanan berkelas internasional.  Bukannya aku tidak mau menginap di hotel bernuansa tradisional seperti Sahid Jaya.  Namun karena punya pengalaman yang kurang baik di hotel itu, makanya aku cenderung menginap di hotel yang pelayanannya bisa dipastikan membuat kita nyaman dan tidak menyesal telah membayar mahal.  Kesan baik di Hotel Alila sudah terlihat saat kita memasuki lobby hotel sampai dengan kamar tidur.  Hampir setiap sudut ruangan mendapat perhatian dari pengelola hotel, sehingga tidak ada yang luput dari pemikiran untuk memberikan yang terbaik bagi tamu hotel.  Hotel ini sangat bersih, disain interiornya terkesan megah, space kamar tidur pun sangat luas dengan memisahkan antara shower room, wastafel dan toilet.  Di bagian shower room berdinding kaca menghadap kebagian luar, sehingga kalau menghidupkan lampu shower, bisa jadi terlihat oleh orang diluar.  Tapi jangan khawatir, karena pihak hotel menyediakan curtain screen yang bisa ditarik naik turun.  


Lobby area dengan nuansa tradisional Jawa

Kamar tidur

Sofa manis di sudut kamar

Kamar mandi terpisah antara shower dan toilet

Fancy wastafel


Sebenarnya Solo juga punya banyak hotel.  Mulai dari yang berbintang sampai dengan yang tidak.  Bahkan harganya pun terkadang mencengangkan mata.  Rp 250.000 termasuk breakfast!  Kalau dilihat dari luar sih bentuk hotelnya lumayan bagus, bukan bangunan tinggi, minimalis dan bersih.  Cuman dengan harga segitu mungkin kita tidak bisa terlalu banyak menuntut kualitas fasilitasnya.  Ada rupa ada harga.  Tapi urusan makanan, jangan khawatir bila di Solo, dijamin kantong anda tidak melongo!






Tidak ada komentar:

Posting Komentar