Berawal dari tantangan seorang teman yang menguji kehandalanku dalam
berwisata yang katanya kurang menantang kalau wisatanya bergaya mewah, pakai
pesawat full service kelas bisnis, kemana-mana diantar dan didampingi guide
atau assistant perjalanan. Kata mereka
itu jauh dari kata seru! Harusnya yang mandiri, yang bisa ditiru atau diikuti
oleh kebanyakan orang. Kalau serba
diantar jemput atau di-service habis ya pakai travel agent aja. Konsekuensinya bayar mahal dan tidak bisa
bebas sepuas hati kita. Jeleknya, kita
tidak bakal tahu harus kemana dan naik apa bila kita harus mengulangi pergi
kesana. Bisa dibilang kita jadi buta moda
transportasi dan sistem pelayanan publik di negara itu. Nah, karena hal itulah, teman-teman bisnis
sekaligus komunitas pecinta jalan-jalan menantangku untuk jalan-jalan mandiri
layaknya orang biasa. Semuanya harus
dilakukan sendiri. Booking tiket
sendiri, hotel sendiri dan tidak boleh pakai guide ataupun teman di lokasi
jalan-jalan. Satu lagi persyaratan dari
mereka, tidak boleh pakai taxi!
Alasannya taxi meskipun masuk kategori transportasi umum, tapi taxi
masuk juga kategori transportasi mahal dan cara termudah menuju tempat
tujuan. Itu terlalu mudah dan tidak ada
seninya, kata mereka. Intinya aku harus
berhemat dalam menggunakan uang perjalanan.
Mereka tahu betul kesulitan terbesarku.
Kalau sekadar waktu singkat dan memaksimalkan kunjungan ke tempat-tempat
wisata itu sudah biasa dan tidak pernah jadi masalah bagiku. Tapi jalan-jalan pakai transportasi umum, itu
baru luar biasa!
|
Changi, pintu gerbang utama Singapura |
Karena keterbatasan waktu libur, akhirnya kami sepakat memilih Singapura
sebagai tujuan tantanganku. Disamping
lokasinya tidak jauh dari Jakarta, negara ini lumayan kecil wilayahnya, bagus
sistem transportasi publiknya, banyak tempat menariknya, dan rendah angka
kriminalitasnya. Aku juga punya
persyaratan buat mereka, boleh saja aku harus berhemat, tapi tidak harus
melarat kan? Maksudnya, aku tidak harus menginap di lodge atau hotel budget
para backpacker yang satu kamar diisi 4 sampai 8 orang. Pokoknya aku tidak mau sekamar dengan orang
lain yang tidak aku kenal. Ini bukan
masalah selera, tetapi lebih cenderung ke urusan safety atau keselamatan jiwa
dan barang bawaan kita. Juga, aku perlu
tidur dengan nyaman, tanpa harus ‘terpaksa menerima gangguan’ dari perilaku
orang lain di dalam kamar seperti yang ngoroknya kencang atau yang hobby ‘buang
gas’ sembarangan. Masa’ perjalanan yang
super singkat dengan bejibun persyaratan ujung-ujungnya aku menderita, sakit
atau kelelahan? Melakukan perjalanan
harus happy dan fun! Dan aku minta
diberi waktu minimal 1 bulan sebelum hari H perjalanan. Tujuannya, supaya aku dapat harga murah untuk
beli tiket pesawat dan penginapan.
Mereka tidak mau kalah dalam memberi tantangan kepadaku. Salah satu persyaratannya, perjalanan hanya
untuk 24 jam dihitung dari jam kedatanganku di Singapura sampai dengan aku
meninggalkan negeri itu. Jadi kalau aku
tiba jam 2 siang hari Sabtu, maka aku harus sudah berada di Bandara Changi hari
Minggu siang jam 2 untuk meninggalkan Singapura. Salah duanya, setiap biaya harus aku laporkan
ke mereka terlebih dahulu untuk dapat persetujuan atau keputusan apakah itu
masuk kriteria hemat atau tidak. Kalau
masuk hemat, maka aku bisa jalan terus dan biaya tersebut akan diganti full
oleh mereka. Salah tiganya, mereka
mewajibkan aku mengunjungi minimal 3 tempat wisata favorit dan minimal 2 tempat
wisata yang tidak atau kurang popular. So,
show must go on, acara jalan-jalan hemat tanpa harus melarat ke Singapura
dimulai!
|
Super Tree dan Hotel Marina Bay Sands, 2 andalan wisata |
|
Changi terus berbenah dan berinovasi |
Aku dapat harga murah untuk tiket pesawat. Mempertimbangkan persyaratan waktu, terpaksa
aku pilih penerbangan yang mempermudah ruang gerakku. Berangkat aku pakai Airbus 320 milik Scoot
Tiger, nomor penerbangan TR 277 jam 11.30 WIB dan diperkirakan mendarat di
Changi pukul 14.25 waktu setempat.
Sedangkan pulang ke tanah air aku pakai pesawat Boeing 737 seri 800 Lion
Air dengan nomor penerbangan JT 157, take off jam 17.15 waktu Singapura. Untuk tiket pulang pergi aku dapat harga
dibawah 1 juta rupiah. Itu hanya karena kita beli tiket jauh-jauh hari. So, satu point aku dapat. Teman-teman ngasih approval untuk tugas
berikutnya yaitu hotel. Memanfaatkan
kesempatan harga murah, aku segera searching hotel di area Orchard, kalau bisa
yang sangat strategis berdekatan dengan stasiun MRT dan pusat perbelanjaan ION,
Far East dan Lucky Plaza. Nama yang
terakhir itu adalah destinasi favorit turis dari Indonesia karena di tempat
itu tersedia barang-barang murah untuk beli pernak-pernik souvenir, makanan
oleh-oleh, bahkan untuk makan murah meriah termasuk nasi Padang sebagaimana yang ada di Asian Food hall di dalam Lucky Plaza. Aku dapat harga murah di Yotel,
hotel bintang 4 dengan harga 1,1 juta per malam. Harga itu sangat murah bila melihat lokasi,
fasilitas dan pelayanan yang diberikan.
Ruangannya sangat bersih dengan desain yang modern dan menggunakan
material berkualitas. Ranjangnya bisa
distel naik turun seperti ranjang di rumah sakit. Sprei dan selimut terbuat dari sutra putih dengan
4 bantal bulu angsa yang benar-benar membuat tidur kita berkualitas dan
menghilangkan rasa capek dari perjalanan.
Belum lagi fasilitas di dalam kamar seperti TV layar lebar, free high speed wifi, setrika
dan mejanya, hair dryer, payung, sandal, mini bar, toiletries lengkap, semuanya membuat
kita nyaman di dalam kamar.
|
Icon Singapura di Sentosa World Resort |
|
Yotel International di Orchard |
|
Minimalis, modern, bersih dan lengkap fasilitasnya |
Bersyukur pesawatku mendarat lebih awal di Bandara Changi
Singapura. Setibanya di terminal bandara,
aku bergegas menuju stasiun MRT yang berada di dalam terminal. Aku harus membeli Singapore Tourist Pass (STP)
seharga SGD 26 untuk 2 hari penggunaan.
Ini cara termudah dan termurah bila kita ingin bepergian keliling kota
Singapura menggunakan transportasi umum.
Cukup dengan STP kita bisa naik MRT, bus, LRT sepuasnya sampai jam
pelayanan transportasi itu berakhir.
Rata-rata jam 10 malam tutupnya.
Harga 26 dollar itu pun sebenarnya hanya 16 dollar, karena bila kita
selesai menggunakan STP dan akan meninggalkan negeri singa ini, kita dapat
menyerahkan kembali STP tersebut di stasiun MRT untuk dapat uang deposit 10
dollar. Coba kalau kita beli tiket
transportasi ketengan? Pasti ribet!. Hitung-hitung lebih mahal dan makan waktu
karena kita harus antri di loket atau di mesin tiket di setiap stasiun keberangkatan.
|
Kartu untuk semua moda transportasi umum |
Antrian di depan loket STP cukup panjang. Jam sudah menunjukkan pukul 3 sore waktu
setempat, alamat argo waktu makin nambah dan jam perjalanan semakin
berkurang. Akhirnya 30 menit kemudian
kartu STP sudah ada di tangan. Aku
langsung keluar barisan antrian dan putar badan menuju portal masuk MRT. Dua jalur kereta MRT semua menyediakan rute
ke Tanah Merah, tujuan terakhir kereta dari Changi ke MRT East West Line/EWL
(warna hijau). Aku sengaja pakai EWL dan
berhenti di stasiun Tanah Merah karena harus melanjutkan perjalanan ke EWL
jurusan Tuas Link. Aku akan turun di
stasiun Raffles Place, stasiun MRT terdekat dengan Singapore River. Tujuannya, tidak lain tidak bukan supaya
cepat ke Merlion, icon Singapura. Nah,
di pinggiran sungai inilah dapat kita temui spot-spot menarik yang tidak pernah
diekspos seperti Cavenagh Bridge di depan Fullerton hotel, Merchant statue dan
The First Generation Sculpture.
|
Singapore River, pusat perdagangan tempo doeloe |
|
The first generation sclupture dan jembatan Cavenagh |
Artinya kalau aku sudah sampai ke patung ibu singa Merlion, aku sudah
langsung dapat 3 point tempat wisata popular yaitu Patung Merlion, Hotel Marina
Bay Sands dan Gedung Esplanade. Aku juga
dapat 3 point spot kurang popular di Singapore yang semuanya terletak di sisi
atau pinggiran sungai. Oiya, aku sebut
ibu singa karena Singapura mempunyai 3 patung singa dengan ukuran berbeda. Yang di Merlion ada 2, patung si ibu yang
besar menghadap sungai, dan satu lagi yang kecil yang berada di taman dekat
jalan. Sedangkan patung bapak singa yang
berukuran super besar ada di pulau Sentosa, tepatnya di stasiun monorail Imbiah
kawasan Resort Sentosa.
|
'Bapak-nya' Singa yang ada di Sentosa |
Dari Merlion aku kembali ke stasiun MRT Raffles Place untuk melanjutkan
perjalanan ke Gardens by the Bay, obyek wisata baru andalan Singapura. Dari Raffles aku naik North South Line
jurusan Marina South Pier, tapi aku berhenti di stasiun Marina Bay untuk
melanjutkan kereta Circle Line jurusan HarbourFront dan berhenti di stasiun
pertama setelah Marina Bay yaitu Bayfront.
Turun di stasiun Bayfront bergegas keluar melalui pintu exit C lalu
berjalan ke kanan di pemberhentian bus untuk melanjutkan perjalanan menggunakan
bus bernomor 400 yang akan memberhentikan kita tepat di depan pintu gerbang
masuk Gardens by the Bay. Keuntungan
menggunakan kartu STP terbukti disini.
Berganti moda transportasi tidak menjadi masalah, cukup di tap kartu STP
di alat scanner di tiang dalam bus saat masuk dan keluar, kita sudah dinyatakan
sah sebagai penumpang.
Aku geleng-geleng kepala saat melihat air terjun buatan yang berada di
dalam ruangan Cloud Forest. Antara geli,
lucu dan heran. Air terjun itu lebih
mirip pancuran air melalui pipa dari atas ke bawah seperti yang ada di
kampung-kampung atau pedesaan. Bedanya,
hanya di ukuran pipanya. Sengaja dibuat
besar dan diletakkan di ketinggian supaya kucuran airnya juga besar seperti air
terjun. Supaya terlihat lebih alami, semua
saluran air itu ditutupi tanaman-tanaman bukit dan dibuat batu-batu cadas
buatan. Kondisi ini semakin menarik
setelah didramatisir dengan asap kabut putih dikeluarkan di area bawah sehingga
pengunjung berasa di dalam hutan. Negara
yang miskin sumber daya alam ini memang tidak berhenti berkarya. Ide-ide inovasi terus keluar dan selalu
berusaha menjadi yang pertama dalam mempertontonkan hal-hal baru. Sadar betul kekurangan yang dimiliki,
Pemerintah Singapura berusaha memberikan sesuatu kepada rakyatnya yang menurut
logika tidak mungkin itu diberikan. Tapi
ilmu pengetahuan dan teknologi membuktikan bahwa yang tidak mungkin bisa
menjadi mungkin. Hutan dan air terjun buatan sudah, bisa jadi sebentar lagi
mereka bikin gunung buatan.
|
Air terjun buatan yang menarik perhatian pengunjung |
|
Berhasil mendatangkan jutaan pengunjung/turis |
|
Tidak disarankan bagi yang takut ketinggian |
|
Lintasan pejalan kaki mengelilingi area |
Dari kawasan Gardens by the Bay, aku pergi ke Singapore Flyer (SF). Semula aku berencana naik MRT dari Bayfront
ke Promenade, tapi setelah berjalan kaki menuju stasiun Bayfront, aku melihat
jaraknya tidak jauh dari SF, makanya aku memutuskan untuk berjalan kaki ke
sana. SF juga merupakan destinasi
favorit para turis, namun masih kalah pamor dengan Merlion. Bisa jadi karena harga tiketnya mahal atau
tidak semua orang berani dengan ketinggian.
|
2 icon berdekatan, Singapore Flyer dan Super tree |
Jam sudah menunjukkan pukul 19.30 waktu Singapore, artinya aku harus
segera bergegas menuju stasiun MRT kalau masih ingin menggunakan kartu STP
karena kesempatan naik MRT tinggal satu setengah jam lagi. MRT di Singapore rata-rata mulai beroperasi
jam 8 pagi dan berhenti melayani di jam 9 malam. Ada beberapa stasiun yang buka lebih lambat
dan tutup lebih awal tergantung situasi dan kondisinya saat itu. Waktu yang dibutuhkan ke hotel sekitar satu
jam karena dari stasiun Promenade aku harus naik MRT Center Line tujuan Marina
Bay. Dari stasiun Marina Bay aku harus
ganti kereta bertanda merah ‘North South Line’ tujuan Jurong East. Aku harus melewati stop over di 4 stasiun
sebelum berhenti di stasiun Orchard.
Dari stasiun Orchard yang berada dibawah ION Mall, aku menyeberang lewat
underpass ke Wheelock Place dan selanjutnya tinggal menyeberang ke Yotel
International Building tempatku menginap.
|
Stasiun MRT Raffles Place |
|
Suasana di dalam MRT |
Setelah mandi dan ganti pakaian, perjalananku berlanjut menikmati gemerlap dan
ramainya Orchard. Jalan ini sangat
popular di Singapore apalagi turis asal Indonesia. Sepanjang jalan dipadati oleh orang yang berlalu
lalang dengan berbagai tujuan. Terlihat
beberapa para penampil jalanan yang menarik perhatian. Tujuannya sama, mereka butuh ‘bantuan’ untuk
melanjutkan hidup di Singapura yang berbiaya tinggi itu. Satu tempat lagi yang menarik perhatian
pengunjung khususnya yang dari Indonesia adalah ice cream gerobak Uncle. Aku
tidak begitu jelas nama si paman ini.
Yang pasti mereka berseragam polo shirt warna merah dan di bagian depan
gerobak dipajang foto-foto artis Indonesia yang pernah menikmati Uncle Ice
Cream. Terbukti banyak turis Indonesia
yang antri dan hal ini menarik perhatian turis lainnya yang akhirnya
ikut-ikutan beli. Oke juga strateginya!
|
ION Mall |
|
Nyebrang via underpass dari Wheelock Place |
Keesokan harinya, jam 8 pagi aku sudah check-out karena agenda kegiatan
sudah menunggu dan waktu perhitungan semakin dekat. Dari Yotel aku segera
berjalan menuju underpass yang berada di sudut persimpangan jalan Orchard
dengan Scotts. Underpass ini membantu jalanku ke stasiun MRT. Pagi ini aku akan pergi ke World Resort Sentosa, kawasan wisata popular di Singapura yang menawarkan berbagai macam destinasi hiburan. Disini ada Universal Studio, tempat hiburan keluarga seperti Disneyland yang disukai oleh anak-anak atau remaja. Ada juga SEA Aquarium, tempat hiburan seperti sea world Ancol yang menampilkan berbagai macam satwa air hidup, ikan, ubur-ubur, karang laut dan lain-lain.
|
Halaman depan atau area terbuka di kawasan Waterfront |
|
Gerbang Waterfront |
|
Tiket induk, lapor dulu di counter Guest Service setiap wahana |
|
Dapat stempel tanda penggunaan |
Aku naik MRT jurusan HarbourFront. Dari stasiun HarbourFront, aku berjalan menuju Harbour Center, menggunakan escalator untuk naik ke lantai 3 tempat pembelian tiket masuk kawasan resort sekaligus tiket untuk naik monorail. World Resort Sentosa terdiri dari 3 area yang masing-masing memiliki stasiun monorail, Waterfront, Imbiah dan Beach station. Aku jelas tidak mungkin punya waktu untuk mengunjungi semua stasiun karena setiap stasiun saja punya banyak spot-spot menarik. Tapi yang pasti kudatangi adalah Universal Studio yang ada di area Waterfront. Tempat ini menjadi destinasi utama bagi siapapun yang berkunjung ke pulau Sentosa, bahkan mereka cenderung mengabaikan obyek wisata lainnya seperti SEA aquarium, Royal Albatross dockside, Adventure Cove waterpark, Trick-eye Museum dan lain-lain.
|
Spot utama Universal Studio |
|
Albatros Dockside |
|
Pintu masuk SEA Aquarium |
Setelah turun dari stasiun Waterfront, aku keliling area terbuka terlebih dahulu karena semua wahana masih tutup. Maklum saja aku tiba disana jam 09.15 sedangkan wahana dibuka jam 10 pagi. Tapi ada baiknya, karena dengan begitu aku punya banyak kesempatan untuk berfoto ria di semua spot yang ada termasuk bola besar Universal Studio sebagai bukti bahwa aku sudah sampai di obyek wisata popular Singapore. Puas berkeliling dan berfoto, aku berjalan menuju Guest service counter SEA Aquarium untuk menunjukkan tiket masuk utama World Resort, dapat tiket masuk khusus SEA Aquarium dan stempel di tiket masuk utama sebagai tanda aku sudah menggunakan ke salah satu wahana. Beruntung datang lebih awal, antrian tidak panjang di depan counter Guest Service.
|
Dari Guest Service dapat tiket masuk SEA Aquarium |
|
SEA Aquarium-1 |
|
SEA Aquarium-2 |
|
SEA Aquarium-3 |
|
SEA Aquarium-4 |
Satu jam keliling di dalam SEA Aquarium melihat secara langsung beragam satwa air kurasa sudah cukup untuk segera beranjak ke spot lainnya. Kunjungan berikutnya ke Universal Studio. Sesuai prosedur, aku harus ke counter Guest Service untuk menunjukkan tiket induk dan mendapatkan tiket masuk ke Universal. Memang lumayan ribet, tapi gimana lagi kalau sudah menjadi ketentuan ya harus dipatuhi. Aku tidak punya banyak waktu, harus benar-benar atur sedemikian rupa supaya kunjunganku singkat tetapi padat. Beberapa spot menarik memang kuabadikan sekaligus laporan ke teman seperti ke Minion Mart, Transformer, Old Cinema dan lain-lain.
|
Dari Guest Service dapat tiket masuk Universal Studio |
|
Area depan Universal Studio |
|
Maritime Experiential Museum-1 |
|
Maritime Experiential Museum-2 |
Dari Universal Studio, kusempatkan mampir ke Hard Rock Cafe sekalian berjalan menuju stasiun monorail. Perjalananku berikutnya ke Stasiun Imbiah karena aku ingin menikmati pemandangan pulau Sentosa dari atas, maksudnya menggunakan cable car. Cukup menunjukkan tiket induk di loket dan mendapatkan stempel sebagai tanda sah menjadi penumpang cable car untuk jalur Imbiah ke Siloso Island. Satu unit cable car dapat memuat 4 sampai 6 orang, tetapi aku beruntung tidak harus berbagi dengan orang lain. Di setiap stasiun cable car, petugas selalu mengecek isi cable car dan tiket. Aku menghabiskan waktu sekitar 20 menit untuk pulang pergi dari stasiun cable car Imbiah.
|
Hard Rock Cafe Sentosa |
|
Tempat yang wajib dikunjungi |
|
Tiket masuk cable car |
|
Siap-siap ber-cable car |
|
Tidak disarankan untuk yang takut ketinggian |
Kita sebenarnya bisa seharian di World Resort Sentosa karena kawasan wisata ini memiliki tempat menarik selain yang aku sebutkan di atas. Ada Madame Tussaud, Maritime Experiential Museum, dan pantai Siloso, tapi 'cerdiknya' si pengelola World Resort hanya membatasi kita disini sampai jam 7 malam, padahal tempat ini baru dibuka jam 10 pagi. Beberapa wahana malah ditutup lebih awal sekitar jam 6 sore.
|
Pantai Siloso dilihat dari cable car |
Setelah puas dan lelah berkeliling Sentosa, aku segera balik arah meninggalkan Sentosa untuk ke stasiun MRT HarbourFront dan selanjutnya menuju ke bandara Changi. Lumayan panjang perjalanan. Dari HarbourFront aku harus naik MRT line warna ungu North East tujuan Punggol. Aku berhenti di stop over atau stasiun pertama Outram Park karena harus turun dan ganti kereta line hijau East West jurusan Changi. Ada 12 stasiun yang harus dilalui untuk sampai atau turun di stasiun Tanah Merah, intersection khusus bagi penumpang yang ingin melanjutkan perjalanan ke Changi. Dari Tanah Merah, penumpang akan naik kereta khusus ke stasiun MRT di Bandara Changi.
|
Asian Food hall di dalam Lucky Plaza |
|
Murah, meriah, banyak pilihan dan ramai pengunjung |
Demikianlah perjalanan singkat ala Amazing Race-ku di Singapura. Capek memang, tapi perjalanan ini memberi kesan tersendiri karena semua aku lakukan sendiri, maksudnya mengatur perjalanan sendiri tanpa bantuan orang lain. Tidak ada lagi pelayanan ekstra atau serba dilayani. Singkat, jelas, murah, hemat tapi tidak perlu menderita atau melarat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar