Jumat, 20 November 2015

Warung 'SS', Penuh Sensasi dan Surprise

Kesal juga saat mendengar prejudice sebagian orang tentang selera makanku yang tergambar dalam blog jalan-jalan ini.  Mereka mengatakan kalau aku cenderung menampilkan high class option, rumah makan yang mewah dengan menu-menu yang terdengar asing di telinga dan harga yang tidak ramah bagi mereka yang berkantong tipis.  Atau terkesan aku lebih mementingkan ambiance atau suasana tempatnya daripada rasa makanan itu sendiri.  Sorry, that is completely wrong!!  Salah besar.  Seperti yang kutulis di artikel sebelumnya bahwa faktor utama yang menjadi prioritasku dan selalu menjadi daya tarik bagiku untuk datang ke restaurant itu adalah kebersihan!  Karena bersih dekat dengan sehat.  Meskipun tempatnya di lingkungan kalangan atas dengan landscape yang super fantastis dan perabot-perabotnya international brands, tapi didalamnya berserakan benda-benda yang menjijikan atau debu dimana-mana atau tercium bau-bau tidak sedap, wuih.....aku langsung ilfil, hilang selera makan.  Yang ada malah putar haluan dan tidak akan lagi datang ke tempat itu. 
 
Bersih tidak ada kaitannya dengan sosialita karena tidak semua orang miskin hidupnya tidak bersih atau tidak tahu kebersihan.  Bersih juga tidak ada kaitannya dengan pendidikan karena banyak juga orang yang pendidikannya tinggi malah kurang peduli dengan kebersihan, jorok dan gaya hidupnya ga sehat sama sekali.  Berikutnya, terkait dengan harga makanan.  Tidak semua yang murah identik dengan 'murahan'.  So, aku sama sekali ga ada urusan dengan harga.  Murah atau mahal itu relative.  Sangatlah wajar kalau kita harus membayar lebih mahal untuk suatu makanan atau minuman yang sama hanya karena makanan atau minuman itu disajikan di tempat dengan fasilitas yang modern super mewah dan dilayani dengan pelayan-pelayan professional bersertifikat.  Makanya jangan heran kalau secangkir kopi hitam bisa berbeda harganya di kedai kopi dengan di mal.
 
Bukan untuk menepis penilaian buruk tentang preferensi-ku, sengaja kali ini aku mengikuti pilihan temanku untuk makan siang di Warung Special Sambal atau lebih dikenal dengan Warung SS di jalan Kisamaun Tangerang.  Mengapa tidak? pikirku, masa' aku yang sudah beberapa tahun ini lebih banyak menghabiskan waktu hidupku di Tangerang malah tidak tahu tempat-tempat makan enak di kota yang berkembang pesat ini.  Ya, sekali-sekali boleh juga lah kembali ke Jakarta, tapi tidak ada salahnya kalau hunting makanan di Tangerang.  Anggap aja ini untuk memenuhi hobby wisata kulinerku sekaligus untuk mengisi ruang blog-ku yang mulai kuhidupkan kembali, plus semoga bisa menghapus persepsi orang tentang Tangerang (dulu) yang sering dianggap sebagai kota 'penjara', kota 'kusta' atau kota 'pengemis'.  Tangerang telah tumbuh sangat pesat.  Geliat perekonomian yang melaju pesat terlihat dimana.  Lokasi yang sangat dekat dengan Jakarta membuat kita sulit mengetahui batas kota Jakarta dengan Tangerang karena semua terlihat sama.  Kota-kota mandiri banyak bermunculan di Tangerang dan membentuk komunitas elite super lengkap seperti Lippo Karawaci, Bumi Serpong Damai, Sumarecon Serpong, Alam Sutera, yang tidak kalah dengan kota tetangganya.  Bravo Tangerang!


Promosi dan keunggulan variasi menu SS sudah terlihat dari depan
Spanduk yang ditempel di dinding luar

Warung SS berada di kawasan Pasar Lama Tangerang.  Tempat ini lumayan ramai dikunjungi oleh pengunjung di jam makan siang.  Tidak jarang kita harus menunggu bila ingin dapat tempat duduk.  Sesuai dengan namanya, menu special di SS adalah sambal.  Konsistensi misi bisnisnya bahkan ditunjukkan dengan memajang top 10 list sambal yang laris pilihan pengunjung.  Dari fasad luar kita dengan mudah mengetahui kalau pasar SS ditujukan untuk kalangan menengah ke bawah atau mereka yang ingin makan enak tapi kantong cekak.  Makanya tempat parkir di depan warung ditujukan untuk pengendara bermotor, bukan bermobil.  Kalau kamu datang pakai mobil tidak perlu khawatir.  Kamu bisa memarkirkan mobil di seberang jalan yang dibuat satu arah dan sengaja dialokasikan untuk parkir mobil termasuk mobilku Jumat siang itu.  Aku langsung terkesan dengan signage yang sengaja diletakkan di depan pintu masuk.  Pengunjung diharap bersabar karena hari Jumat dan sebagian pelayan, juru masak atau petugas lainnya di SS sedang menunaikan ibadah sholat Jumat, sehingga pelayanan kepada pengunjung akan sedikit terganggu.  Wow, sungguh hal yang luar biasa.  Pesan yang simple tapi sangat efektif dan langsung mengena ke pengunjung. 

Motor semua. Mobil terpaksa parkir di seberang jalan

Pesan yang menenangkan pengunjung
Top 10 sambal siang itu

Dari tampilan bangunannya, kita bisa menebak kalau ini rumah penduduk yang diubah fungsinya menjadi rumah makan.  Dugaanku benar,  Sesampai di dalam bangunan, kesan rumah penduduk benar-benar tidak bisa hilang.  Ruang tamu menjadi ruang makan bergaya lesehan, ruang keluarga menjadi ruangan makan dengan kursi dan meja minimalis.  Kamar tidur beralih fungsi menjadi dapur, ruang makan ber-AC dan ruangan pekerja.  Acungan jempol bagi pengelola atau design interior SS yang berhasil memaksimalkan space yang ada, sehingga ruangan terlihat lebih lapang, banyak pilihan (AC & non-AC, duduk atau lesehan), serta memuat lebih banyak pengunjung.  Toilet cuman ada satu, tapi wastafel tersedia dua unit diletakkan di area samping depan toilet.  Di SS juga disediakan musholla kecil bagi pengunjung yang ingin menunaikan sholat selagi menunggu pesanan datang. Menurutku sebaiknya di musholla ini dicat warna terang dindingnya agar tidak terlihat sempit atau salah satu dindingnya dilapisi kaca untuk memberi kesan luas dan dapat berfungsi bagi pengunjung untuk merapikan diri setelah sholat.  Dan satu lagi, penempatan rak sepatu/sandal di area lesehan rasanya tidak perlu karena rak itu terlalu tinggi dan sangat dekat dengan kursi pengunjung.  Takutnya aroma sepatu atau sandal itu akan mengganggu selera makan pengunjung.  Lagian kulihat pengunjung juga malas meletakkan sepatu/sandalnya ke rak.  Sebaiknya, petugas atau pelayan membantu merapikan sepatu atau sandal tersebut di lantai, tapi jangan pakai tangan terbuka karena nanti pengunjung merasa jijik bila melihat pelayan habis megang sandal terus megang piring makanan ke pengunjung.  Petugas bisa menggunakan kakinya untuk menyusun rapi sandal/sepatu atau menggunakan japit besar sehingga tangan tidak bersentuhan langsung dengan sepatu/sandal.  Langkah ini terlihat lebih praktis dan higenis, juga secara tidak langsung ngajarin pengunjung sadar akan kerapian dan kesehatan.

Ruang lesehan sebelah kanan depan

Ruang lesehan sebelah kiri depan

Ruang tengah dengan meja dan kursi makan minimalis
Rak sepatu/sandal in sebaiknya ditiadakan saja
Musholla dan 2 wastafel

Efektifitas signage atau promosi tidak hanya di depan gedung.  Di dalam ruangan, SS menempatkan pamflet dinding yang cukup jelas bagi pengunjung.  SS menyebut customernya sebagai 'Boss' atau 'Big Boss', sepertinya SS ingin menunjukkan betapa customer adalah orang-orang yang harus sangat dihormati dan dilayani.  Dan itu ternyata tidak sekadar kata-kata belaka.  Terbukti waktu pesanan temanku belum datang dan ditanyakan ke pelayan, si pelayan serambi minta maaf mengatakan bahwa ayam bakar yang ada tinggal potongan paha saja, yang dada sesuai pesanan sudah habis. Meskipun temanku tidak keberatan, pelayan SS kembali minta maaf saat menyerahkan pesanan makanan di atas meja temanku.  Komitmen.  Ya, kita butuh komitmen luar dalam dari pelayanan seperti ini.  Jangan hanya mengatakan 'konsumen adalah raja' tapi mereka dilayani bak orang miskin yang menunggu rangsum atau jatah makanan. Salut buat SS.
 
Yang tidak hanya sekadar slogan
 
Lihat kata 'Big Boss' itu.

Media advertising yang dimaksimalkan oleh SS
 
Meskipun 'Special Sambal', tidak semua makanan di SS pedas atau ber-cabe.  Ada juga yang menu untuk mereka yang tidak begitu suka pedas seperti jamur goreng, tahu goreng, ayam goreng dan ikan lele goreng yang kami pesan siang itu.  Karena kita sedang berada di 'surga' makanan pedas, mustahil kalau kita tidak pesan bermacam-macam sambal.  Kali ini kita memesan sambal mangga muda, sambal petai, sambal bawang ijo, sambal korek brambang (bawang merah), sambal rempelo (ampela /jeroan) ati.  Di dalam deretan daftar menu SS, aku penasaran dengan nama-nama menu-nya yang unik, terkesan 'Jawa-sentris', tapi menjual atau efektif dalam ilmu marketing.  Hari itu aku pesan telur gobal gabul dan jus gobal gabul.  Ternyata itu telur dadar yang dicampuri dengan beberapa rempah seperti daun bawang, bawang merah dan irisan cabe.  Sedangkan jus gobal gabul adalah perpaduan 4 buah yaitu nangka, melon, apel dan alpokat yang diblender jadi satu.  Sangat menyegarkan dan cocok menjadi teman makanan pedas.  Meskipun aku bukan penyuka makanan pedas, tapi sambal-sambal di SS memberikan sensasi tersendiri bagiku.  Sambal korek brambang yang tidak begitu pedas terasa nikmat bagiku.  Apalagi sambal mangga muda kesukaanku.  Meskipun terasa lebih pedas, aku bisa menghabiskan 3/4 serutan mangga mudanya.  Sambal bawang ijo-nya pun enak dan gurih.  Kulihat temanku bisa menghabiskan 2 porsi piring kecil yang terbuat dari tanah liat.  Siang itu aku dibuat berkeringat oleh SS.  Rambut kepala sudah basah semua.  Kipas angin yang berada tepat di atas kepalaku tidak mempan melawan rasa pedas yang ada.  Anehnya, meskipun pedas, aku tidak berhenti menyolek lagi dan lagi sambal-sambal itu.  Ini mungkin yang namanya 'tobat cabe', ilang pedasnya, kumat lagi pengin makan sambal itu kembali ha...ha....
 
 
Aneka sambal yang kami pesan
 
Makanan yang disajikan unik dengan piring kecil tanah liat
Jamur goreng yang gurih dan lezat

Jus gobal gabul perpaduan 4 buah segar
 
Setelah perut kenyang dan hawa tubuh makin panas karena kepedasan, aku bergegas menuju meja kasir yang berada di sudut tengah ruangan.  Aku tercengang mendengar harga yang harus aku bayar.  'Ga salah hitung tuh kasir?', pikirku.  Masa' kami bertiga yang makan segitu banyak macamnya cuman dihargai kurang dari Rp 150.000??  Melihat aku terbengong-bengong karena saking murahnya makanan di SS, temanku menyadarkanku sambil menyodorkan struk yang memunculkan harga masing-masing menu yang kami pesan.  Semuanya murah, kisaran Rp 2.500 sampai 10.000.  Hanya ayam dan jus gobal gabul yang harganya di atas 10.000.  Bahkan temanku bilang, warung SS yang di Jogjakarta lebih murah lagi.  What??  Bisa jadi SS memang mengambil margin rendah dan focus ke volume penjualan.  Makanya ga heran kalau pengunjungnya banyak yang berstatus mahasiswa atau pelajar yang sangat 'sensitif' dengan harga.  Tapi bagiku, ini bukan urusan harga atau gengsi.  Yang penting bersih, enak, nyaman dan unik,  warung SS di Tangerang ini tepat untuk menjadi destinasi para pecinta kuliner dan layak diulas dalam blog-ku. 
 
Murah kan?
Tidak akan menguras kantong

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar