Kalau bukan temanku yang minta, mungkin aku tidak akan
menceritakan perjalananku ke negara ini. Alasanku karena perjalananku ini sudah
cukup lama kejadiannya dan beberapa foto-nya pun sudah ga jelas dimana
rimbanya. Tapi temanku ‘memaksa’ ku
untuk berbagi cerita selama di negara kecil yang lebih dikenal dengan cerita
seramnya daripada yang baik-baik.
Adalah Bermuda, negara pulau di Samudera Altantik di bawah
kendali Pemerintah Inggris yang lebih sering dikait-kaitkan dengan mitos
Segitiga Bermuda yang menyeramkan itu.
Aku tidak punya niat sebelumnya untuk jalan-jalan kesana. Sama seperti kebanyakan orang, kita sering
paranoid duluan bila mendengar hal-hal yang mengancam jiwa kita. Ga kebayang di pikiran kita kalau kita
jauh-jauh ke negara orang hanya sekadar stor nyawa. Kenapa begitu? Sangat wajar bagi kita orang Indonesia. Puluhan tahun tinggal dan menuntut ilmu di
Indonesia, aku tidak pernah mendengar cerita indah tentang Bermuda. Yang ada justru cerita-cerita kecelakaan
penerbangan, kapal laut yang melintasi area segitiga yang membentang dari
Florida (Amerika) sampai Puerto Rico dan Bermuda. Para scientist atau ilmuwan yang tidak
percaya mitos mengatakan bahwa di segitiga itu ada daya tarik gravitasi yang
sangat tinggi sehingga laut yang diatasnya berubah menjadi palung raksasa yang
siap menyedot apapun yang melintasi area tersebut termasuk pesawat udara yang
sedang terbang tinggi di atasnya. Sudah
ribuan nyawa melayang dan sampai sekarang belum ada yang berani memastikan apa
dan bagaimana sebenarnya yang terjadi di area segitiga itu. So, karena aku seorang traveler, bukan
ilmuwan, lebih baik fokus bagaimana bisa nyampe ke Bermuda dengan selamat. Bukannya percaya mitos atau percaya ilmuwan,
namun buat apa ingin membuktikan sesuatu kalau nyawa taruhannya? Cari aman saja lah.
Keputusan direksi sudah bulat bahwa aku harus mendampingi
salah satu direktur untuk menghadiri event internasional yang akan
diselenggarakan di Bermuda. Terang saja
aku excited sekaligus khawatir. Kapan
lagi bisa mengunjungi negara di Selat Karibia, pikirku. Mungkin ini awal yang baik, siapa tahu nanti
bisa punya kesempatan mengunjungi Cuba dan Cayman. 2 negara pulau yang penuh kontroversi menurut media dan film-film Hollywood. Yang satu terkenal dengan cerutu dan imigran
gelap ke Amerika, yang kedua terkenal dengan destinasi penyimpanan uang-uang
haram para koruptor.
Koleksi uang Bermuda-ku |
Pesawat Air Canada yang menerbangkanku dari Bandara Pearson
– Toronto Canada mendarat dengan selamat di Bandara Internasional LF Wade. Bandara ini cukup mungil dan berlokasi di
Pulau Saint David. Sepertinya bandara
ini mendominasi dan sengaja diperuntukan bagi bandar udara. Aku yang sudah mengantongi surat undangan
dari penyelenggara dan undangan dari Gubernur Bermuda dapat melenggang bebas
melewati counter imigrasi. Oiya, karena
dibawah teritori Pemerintah Inggris, Bermuda dipimpin oleh seorang Gubernur
sebagai perwakilan dari Kerajaan Inggris.
Gubernur akan membawahi seorang perdana menteri dan beberapa
menteri. Urusan visa, kita bisa
mengajukan ijin tinggal ke Kedutaan Inggris.
Aku memang tidak mengajukan visa ke Kedutaan Inggris karena di dalam
surat Gubernur Bermuda disebutkan bahwa aku dapat menggunakan surat tersebut
sebagai bukti bahwa aku adalah undangan dari Pemerintah Bermuda alias surat itu
berfungsi sebagai visa. Yang lucunya
saat aku berada di depan konter imigrasi.
Petugasnya memang ga banyak bertanya karena langsung baca surat ‘sakti’
itu yang kuselipkan di dalam passport.
Dia cuman bilang, ‘welcome to Bermuda, you are the first Indonesian
coming to Bermuda’. Whats?? Ah lebay tuh
petugas, pikirku dalam hati, memangnya
ga ada orang Indonesia yang pernah datang kesini? Mungkin dia baru bangun tidur langsung jaga
tugas…he…he…
Bandara L.F.Wade Bermuda |
Terminalnya kecil tapi rapi dan bersih |
Yang reseh justru petugas bea cukainya. Aku sempet ditanya ini itu. Untungnya semua bisa kujawab dengan cepat dan
mereka tidak sempat nyuruh buka koper besarku.
Akhirnya aku keluar dari bandara pake taxi yang sudah siap di depan
terminal. Yang unik adalah jalan keluar
bandara yang berupa jembatan beton sempit dan panjang yang menghubungkan
bandara dengan pulau utama Bermuda.
Jembatan ini bisa suatu ketika ditutup karena badai yang setiap hari
‘mengunjungi’ Bermuda. Jadi jangan heran
bila suatu saat kita tidak bisa terbang hanya gara-gara air pasang dan angin
kencang sedang menerpa Causeway atau jembatan ke bandara itu. Ironisnya, penduduk disini seolah-olah sudah
‘berteman’ dengan badai. Bahkan ada channel
khusus di televisi yang mengabarkan badai setiap harinya. Di channel itu kita bisa tahu dimana letak
badai, apa yang harus kita lakukan dan ada juga kabar tentang potensi atau
rencana lokasi badai. Alhasil, penduduk
setempat sudah terbiasa waspada dan para turis pun tidak menjadi panik atau
ketakutan. Dan forecast cuaca dan badai
benar-benar presisi. Kalau besok
dibilang akan gerimis atau hujan, e tepat sekali ramalannya, besok benar-benar
kejadian!
Hotel Fairmont Southampton |
Shuttle bus gratis dari Hotel ke halte bus kota |
Aku sengaja nginap di Fairmont Southampton hotel karena
lokasi acara bertepatan di hotel ini.
Ada sih rekomendasi dari panitia untuk hotel di sekitar Fairmont yang
lebih murah dan bagus view-nya, tapi setelah di-check, ternyata harus 10 menit
pake free shuttle atau kendaraan antar jemput gratis dari penyelenggara. Kelamaan dan ga praktis kalau harus ngambil
sesuatu barang yang tertinggal di hotel atau perlu rehat sebentar misalnya.
Meskipun harus bayar 500 US dollar per malam, aku putuskan untuk
menginap seminggu di Fairmont Hotel. Tidak
hanya interior hotel yang megah, Fairmont sangat serius menjaga kenyamanan
tamunya dengan penataan landscape yang luar biasa. Taman-taman di sekitar hotel dibuat seperti
hutan mini yang nyaman bagi pejalan kaki atau yang mau jogging. Setiap area dibuat berbeda dengan kumpulan
tanaman yang sengaja dibuat berlainan.
Belum lagi hotel ini dikaruniai pantai yang indah dengan air laut yang
biru, pasir putih bersih dan batu-batu karang besar. Khusus bagi tamu hotel diberi akses bebas ke
pantai yang juga menyediakan lapangan tenis, bar dan kursi-kursi berjemur. Di pantai inilah acara farewell party super
meriah diadakan di akhir acara.
Menjelang farewell party di tepi pantai |
Makan malam di pantai dekat hotel |
Yatch yang sempat membawaku keliling pantai |
Romantis kan pantainya? |
Tempat wisata di Bermuda didominasi oleh yang berbau
laut. Bisa jadi karena Bermuda adalah
kumpulan dari lebih 100 pulau, makanya pantai menjadi obyek andalan. Berbagai macam pantai dengan keindahannya ada
disini, mulai dari yang berpasir putih sampai yang berpasir merah muda. Ada yang berpadu dengan batu-batu karang, ada
juga yang membentuk laguna. Laut
sepertinya memberi cerita tersendiri bagi warga Bermuda. Rangkaian sejarah dan cerita yang terkait
dengan laut di Bermuda dapat kita lihat
di Museum Maritime di Royal Naval Dockyard.
Di sekitar museum ini pula kita dapat mengunjungi perajin benda-benda
seni yang terbuat dari gelas dan toko-toko souvenir.
Scooter banyak dijumpai di pusat kota Bermuda |
Pantai adalah andalan wisata Bermuda |
Keindahan alam yang perlu dinikmati |
Banyak hal-hal unik di Bermuda yang dapat aku share dengan kalian.
1.
Mata uang Bermuda senilai dengan dollar Amerika
dan dollar Canada, tapi sebaiknya cepat tukar uang sebelum meninggalkan Bermuda
karena terbukti di Canada, aku sangat kesulitan mendapatkan money changer yang
mau menerima uang Bermuda, akhirnya terpaksa dibawa sampai ke Indonesia;
2.
Jalan raya di Bermuda sangat sempit, kecuali di
pusat kota, rata-rata sekitar 6 meter lebarnya dan digunakan untuk 2 kendaraan
dari arah yang berbeda. Meskipun
demikian, selama disana aku belum pernah menemui kemacetan;
3.
Pusat kota Bermuda jangan disamakan dengan
Indonesia. Aku lebih tepat mengatakan
kota kecil karena tidak banyak jumlah gedung bertingkatnya. Kalaupun ada, mereka tidak setinggi
gedung-gedung di Jakarta. Hanya punya
satu supermarket dan 1 restaurant Chinese food, namanya Chop stick dan
disinilah dijual menu-menu Asia termasuk gado-gado dan nasi goreng. Di dalam menu sih bukan tertulis gado-gado,
tapi mixed food with various vegetables, namun kalau dilihat dan dirasa lebih
mirip gado-gado di negara kita.
Restaurant ini punya pelayan berwarga negara Malaysia, makanya dia
senang banget ketemu sesama orang Asia.
Harga per menu lumayan mahal berkisar 20 sampai 60 dollar Bermuda. Kebayang kan berapa dollar kita butuhkan untuk
sekadar makan setiap hari?;
4.
Ada transportasi umum seperti bus kota di Bermuda,
tapi bayarnya harus beli token dulu.
Token itu seperti uang-uangan berbentuk logam yang bisa kita dapati di
hotel atau toko-toko besar. Tapi si
sopir bus akan maklum kalau turis tidak punya token dan mau bayar tunai. Yang jadi masalah, jadwal bus sangat
lamban. Kita bisa menunggu 30 menit
bahkan 1 jam hanya sekadar ingin naik bus.
Kalau pengin cepat, kita bisa naik taxi.
Pengalamanku selama tinggal di Bermuda, setiap hari aku harus
mengeluarkan 200 dollar untuk pulang pergi dari hotel ke pusat kota. Disamping memang jauh lokasinya, supir taxi
ber-argo ini sangat patuh rambu-rambu lalu lintas dan karena kecilnya pulau,
tidak ada jalan alternative bila ingin berpergian. Kita akan melewati jalan yang sama lagi saat
pulang.
Yatch ada di semua sudut pulau |
5.
Beberapa orang lokal yang kutemui mengatakan
tabu bicara tentang Segitiga Bermuda.
Ada yang beralasan itu mitos seram yang menakutkan untuk dibahas, ada
juga yang trauma karena ditinggalkan oleh orang-orang tercinta yang menjadi
korban keganasan Segitiga Bermuda. So,
memang sebaiknya kita bicara yang enak-enak saja
6.
Karena jajahan Inggris, semua penduduk lancar
berbahasa Inggris, cuman aksen-nya saja yang menurutku unik seperti aksen orang
Jamaica. Ada beberapa istilah yang
mereka gunakan yang sama sekali tidak kumengerti. Mereka bilang, itu bahasa lokal atau bahasa
ibu mereka. Menurutku sah-sah saja dan
bukan hal baru di suatu negara.
7.
Karena jajahan Inggris juga lah makanya di
Bermuda kita temukan box telepon umum warna merah menyala seperti di
London. Gedung-gedung Pemerintahan pun
bergaya Inggris.
Telephone box seperti di London |
8.
Jangan heran bila sedang asik nonton tv
tiba-tiba layar tv gelap dan hanya terdengar ‘dengungan’ yang menandakan adanya
bahaya. Itu hampir tiap hari
terjadi. Bahkan 1 hari bisa terjadi
beberapa kali. Itu adalah tanda waspada
bahwa di suatu lokasi sedang terjadi badai.
Makanya kita kudu rajin-rajin buka channel badai.
Kapal kecil menjadi alat transportasi utama |
9.
Populasi Bermuda sangat rendah. Kebanyakan anak-anak mudanya sekolah dan
mencari kerja di luar negeri. Sasaran
mereka Amerika karena Bermuda dekat dengan Florida. Penduduk lokal lebih suka berdiam di rumah,
mungkin karena mereka rata-rata berusia tua yang ga pengin dugem lagi. Makanya sepanjang jalan terlihat sepi. Oiya kota-nya pun tidak buka 24 jam. Kalau mau hang out malam hari, para turis
terpaksa memilih café atau bar yang ada di hotel.
Shopping mall di Dockyard |
10.
Toko souvenir tidak banyak di Bermuda. Bahkan di tengah kota pun yang kutemui hanya
2 buah. Yang ‘made in Bermuda’ hanya kain rajutan dan beberapa produk yang
terbuat dari gelas/kaca, selebihnya buatan China dan negara-negara Karibia. Harganya luar biasa mahal, untuk sekadar topi
bertulis Bermuda dihargai sekitar 35 dollar, T-shirt sederhana dihargai 45,
magnet tempelan kulkas rata-rata 12 dollar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar