Di penghujung bulan Mei saat badan mulai letih dan otak serasa berhenti berkreasi, para sahabat menjadi obat pemacu semangatku untuk tetap menyalakan gairah berbagi cerita dengan kalian. Hampir saja di bulan ini tidak ada satu pun yang bisa kubagi dengan para pembaca blogku. Bukannya tidak ada aktifitas bepergian ke tempat wisata atau kuliner, tapi entah kenapa hati ini rasanya malas bercerita. Bahkan rasa malas telah merasuki semua organ tubuh termasuk 10 jemari yang biasanya giat menekan tombol-tombol huruf dan mengerakkan kursor laptop. Hampir saja rasa malas mencapai titik klimaks. Dan kalau itu benar-benar terjadi, boom.......alamat, aku sudah mati rasa. Tidak ada lagi cerita di blog ini. Tinggal sejarah..........
|
Meninggalkan Jakarta yang super macet dan bising |
Namun, sahabat-sahabatku justru berpikir sebaliknya. Mereka menganggap titik vakum adalah hal biasa dalam menulis cerita. Anggap saja sebagai jeda dalam membaca sebuah kalimat. Kita kan perlu bernafas sebentar untuk melanjutkan kalimat berikutnya. Begitulah dalam sebuah karya tulis. Break dulu merupakan hal yang wajar. Tapi semua harus dibatasi agar tidak keterusan dan bisa berabe urusannya. Nah itu dia yang membuat sahabatku berkonspirasi memaksa tubuh ini menaiki sebuah speed boat dari Marina Ancol menuju Pulau Pramuka. Pulau ini sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Jakarta apalagi yang hobby menyelam karena disini terdapat pesona bawah laut yang luar biasa indahnya. Bagi wisatawan ber-budget terbatas atau sekadar ingin menyatu dengan masyarakat biasa, kita bisa menggunakan kapal rakyat dari Muara Angke. Disana juga tersedia tempat parkir mobil bagi mereka yang ingin menyeberang pulau. Jangan salah, aku juga pernah merasakan naik kapal nelayan dari Muara Angke, tapi lebih memilih naik taxi ke Muara Angke karena khawatir aja meninggalkan mobil di tempat terbuka semalaman. Gayanya sih pengin seperti backpacker, tapi yang ada malah pusing hampir muntah di kapal yang berjarak tempuh lebih 2 jam ke Pulau Pramuka. Maklum, di dalam kapal kita udah kayak ikan asin berbagi tempat dengan penumpang lainnya yang bermacam-macam latar belakang. Ada juga beberapa bule di kapal tersebut, sepertinya mereka juga ga tahan berlama-lama di dalam deck kapal. Mereka seringnya keluar deck menikmati udara segar laut Jakarta. Sebenarnya aku tahan juga di dalam deck, tapi setelah beberapa penumpang mulai muntah, kepalaku mulai klinyengan juga. Langsung saja aku keluar deck dan menenangkan diri.
|
Dermaga Pulau Pramuka dilihat dari penginapan pinggir pantai |
|
Penangkaran penyu di Pulau Pramuka |
|
Induk penyu untuk budidaya |
|
Bak tempat penampungan penyu |
Pulau Pramuka ternyata lumayan besar dan berpenduduk lumayan banyak serta mempunyai fasilitas lengkap seperti sekolah, bank dan rumah sakit. Awalnya kukira hanya sekadar pulau dengan resort-nya saja. tapi kenyataannya justru tidak ada resort sama sekali. Yang ada hanya beberapa penginapan sederhana yang dikelola oleh penduduk setempat. Harga sewa kamar tergantung lokasi penginapan, kalau yang di area penduduk lebih murah daripada yang persis di bibir pantai. Semua penginapan memberikan breakfast gratis, tapi jangan berharap bergaya hotel ya....karena disini tersedia croissant, pancake atau orange juice untuk sarapan. Kalau sekadar telur dadar ceplok dengan segelas kopi panas sih ada. Jangan khawatir kelaparan, makanan ada dimana-mana, termasuk di malam hari. Warung kecil dan penjaja gorengan siap mengganjal perut kalian. Tapi kalau ingin yang sedikit berkelas, kalian bisa mampir ke restaurant terapung yang ada di sebelah pulau. Disana kita juga bias melihat penangkaran hiu. Sayangnya, untuk menuju kesana kami harus menggunakan speed boat milik penduduk, alasannya mereka yang boleh mengantar pengunjung. Ya sudahlah, bagi-bagi rejeki.
|
Menuju tempat makan malam |
|
Tempat budidaya ikan hiu |
|
Anak-anak hiu |
Di dekat Pulau Pramuka terdapat pulau kecil yang memiliki pantai biru dan pasir putih yang indah. Pulau ini hanya dihuni oleh satu keluarga yang sekaligus membuka warung kecil di pulau tersebut. Pulau ini kerap dijadikan pemotretan pre-wedding karena keindahan alamnya. Juga bagi penyuka wisata bawah laut, disini lah para penyelam dibawa. Kalau yang takut kedalaman laut, kalian bisa sekadar snorkeling disini.
|
Snorkeling |
|
Keindahan bawah laut kalau mau menyelam |
|
Hasil bidikan kamera khusus untuk menyelam |
|
Perlu untuk dipromosikan |
|
Menakjubkan |
Dari Pulau Pramuka, perjalanan dilanjutkan ke Pulau Ayer. Pulau ini lebih kecil dari Pramuka, tapi tidak kalah menawannya bagi yang butuh ketenangan atau escape dari Jakarta. Tempat penginapannya yang unik karena dibangun di atas laut. Tapi kalau paranoid dengan penginapan di atas air, kalian dapat memilih yang diatas tanah. Disini tersedia juga bungalow bergaya rumah panggung berukuran macam-macam, mulai untuk kapasitas 2 orang sampai yang untuk keluarga besar alias 20 orang. Berbagai fasilitas olah raga juga tersedia disini seperti lapangan voli, badminton dan jogging track. Sayangnya disini tidak tersedia tempat untuk berjemur ria di pantai karena tidak punya hamparan pasir putih yang luas yang bebas dari rumah-rumah keong dan kerikil pantai. Pulau ini menyediakan gedung pertemuan yang lumayan luas, so bisa digunakan bagi rombongan perusahaan yang ingin ber-rapat ria.
|
Rumah di atas laut |
|
Indah bukan? |
|
Ada kamar mandi dan plus AC biar ga panas |
Itu hanyalah eksplorasi di dua pulau dari 342 pulau yang ada di gugusan Kepulauan Seribu di Jakarta. Masih banyak pulau yang mempunyai keindahan alam yang perlu kita kunjungi. Semoga ada waktu dan kesempatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar