Senin, 11 Juli 2016

Waktu Terbatas Dengan Kegembiraan Tanpa Batas, Australia Selalu Ada di Hati

Ada kemauan ada jalan, ada kemampuan ada jalan-jalan.  He….he…itu prinsip hidupku dalam memenuhi hobby mengarungi dunia.  Bagiku tidak ada yang tidak mungkin kalau kita punya kemauan dan kemampuan.  So, waktu yang sangat terbatas tidak menghentikan semangatku menghabiskan cuti bersama ke negeri kangguru.  Entah ini yang keberapa kali aku mengunjungi negeri sekaligus salah satu benua di galaksi ini. Yang pasti stempel imigrasi di passport melihatkan lebih dari 10 kali.  Dan yang pasti aku punya alasan tersendiri sering ke Aussy yang sayangnya tidak semua urusan wisata, namun  bukan untuk konsumsi publik, sorry.

 
Bandara Brisbane, Queensland Australia

Arrival hall
Mendarat di Bandara Brisbane Queensland, tidak terlihat sesuatu yang luar biasa.  Sebagai bandara terbesar ketiga di Australia, dilihat dari jumlah penumpang yang dilayani, Brisbane masih kalah jauh dengan Jakarta.  Namun bila dilihat dari prestasinya, Brisbane terlihat lebih megah, bersih, rapi dan sering mendapat penghargaan tingkat internasional sebagai salah satu bandara terbaik di dunia di kelasnya.  Dari bandara aku langsung bergegas menuju Halt St.Warf untuk menyeberang ke Tangalooma.  Kata saudara jauhku, aku harus kesana karena bertepatan dengan para lumba-lumba liar menunjukkan diri di pantai.  Tapi karena acara melihat lumba-lumba itu di sore hari, maka setibanya di Tangalooma, aku memutuskan pergi ke Sand Tobogganing (ST).  Mengendarai four wheel drive, perjalanan ke padang pasir ST sangat menantang seperti sedang off road racing.  Lumayan extreme dan jantung berdebar di sepanjang perjalanan.  Tidak berhenti disitu saja, sport jantungku kembali tertantang dengan harus naik ke puncak gurun yang punya kemiringan 75 derajat lalu meluncur dengan menggunakan papan triplex ringan yang lebih dikenal dengan sand surfing board.  Sangat menantang dan memberikan sensasi tersendiri bagiku.  Selanjutnya, menyadari hanya 1 malam di Tangalooma, aku memutuskan menikmati tempat wisata ini dengan ber-chopper ria selama 1 jam.  Mahal memang ongkosnya, tapi ini adalah risiko kalau kita ingin bersenang-senang tapi tidak punya waktu banyak.

 
Pantai Tangalooma dekat dermaga

Pelican menyambut kedatanganku
Siap-siap mendaki puncak gurun pasir sebelum sand surfing


Jangkar bersejarah penemu Tangalooma

Senjata berburu ikan paus
Chopper yang membawaku keliling Tangalooma

Menikmati sunset
Tepat sekitar jam 7 malam, kegiatanku di Tangalooma diakhiri dengan menonton lumba-lumba yang muncul di bibir pantai.  Sayangnya kita tidak boleh memotret lumba-lumba itu dengan menggunakan flash karena akan mengganggu mereka yang berakibat mereka akan lari meninggalkan pantai.  Menyedihkan sekali! Tapi melihat lumba-lumba dari dekat dan melihat keahlian penjaga pantai dalam berkomunikasi dengan lumba-lumba cukup mengobati kekecewaanku mengakhiri perjalanan di Tangalooma sebelum keesokan harinya berangkat ke Dreamworld di Gold Coast.  Tujuanku sebenarnya hanya ingin mengunjungi HardRock Café yang ada di Gold Coast, tapi kan ga asyik ke café tersebut di pagi atau siang hari, makanya selama pagi dan siangnya aku memutuskan pergi ke Dreamworld.  Ini pun sekalian memanfaatkan platinum membership saudara.





Dreamworld di Gold Coast

Tidak pernah sepi pengunjung

Atraksi kejar-kejaran di Dreamworld
Atraksi-2
Atraksi-3

Performance-1

Performance-2

Performance-3
Uji nyali dengan Superman roller coaster yang super gila


Hanya semalam di Gold Coast, aku melanjutkan perjalanan ke Sydney.  Maklum, aku tidak punya banyak waktu untuk berlama-lama di setiap kota.  Ada rasa kecewa meninggalkan Gold Coast karena tidak ada atraksi surfing di sepanjang pantai.  Semua orang tahu kalau Gold Coast adalah surga bagi para peselancar.  Jadi kalau tidak melihat atraksi menantang ombak itu, alhasil rugi pergi ke Gold Coast.  Namun ga benar-benar rugi sih, karena aku sempat hang out dengan teman-teman di HardRock café.  Saking senangnya, aku kembali dari café itu jam telah menunjukkan pukul 1 pagi.  Jalan kaki dari café ke hotel Holiday Inn tempatku bermalam tidak menimbulkan rasa takut sama sekali.  Disamping lokasi hotel yang tidak jauh dari HR café, tingkat kriminalitas di Gold Coast sangat rendah sehingga aku tidak khawatir berjalan kaki di malam hari.  Kalau dihitung-hitung, murni aku hanya pake hotel kurang dari 6 jam, karena di pagi hari aku harus sudah terbang ke Sydney. 

 
Menemui wombat, salah satu hewan khas Aussy
 
Lalu sowan ke kandang buaya


Kemudian membangunkan si raja tidur koala


Lalu pergi ke kandang kangguru


Terakhir, bertemu harimau putih di Tiger Island

Bandara Gold Coast sangat kecil bila dibandingkan dengan Soekarno-Hatta.  Tapi lay-out yang tertata rapi membuat bandara ini terlihat lebih luas.  Pagi itu kupilih terbang bersama airlines lokal yaitu Virgin Blue. 

 
Check-in area yang masih sepi di pagi hari


Check-in counter di Bandara Gold Coast

Virgin Blue yang siap menerbangkan diriku ke Sydney

Dinding toilet yang unik

Penumpang mulai berdatangan


Setibanya di Bandara Kingsford Smith Sydney, bersama mobil yang sudah stand by di area parkir kedatangan, aku bergerak menuju pantai Bondi, pantai yang paling terkenal di Australia.  Para Baywatch di Bondi sudah melegenda, sampai-sampai ada film serial menggambarkan ketangkasan mereka menjaga dan menyelamatkan orang-orang serta binatang yang berkunjung ke Bondi. Disamping ingin melihat langsung keberadaan para penjaga pantai seperti biasa di setiap kunjunganku, kali ini aku sekaligus ingin sun bathing alias berjemur.  Lumayan buat tanning, biar kulit agak gelap sedikit meskipun yang ada hanya cuman merah kepanasan kayak udang rebus dan beberapa hari kemudian balik lagi ke warna aslinya.  Susah benar pengin punya kulit sawo matang!

 
Masih sepi, maklum masih jam 10 pagi!
 
Sisi kiri Pantai Bondi

Sisi kanan pantai-1

Sisi kanan pantai-2


Dari Bondi, aku menyempatkan diri ke Gap Park, kawasan perumahan elit untuk makan siang di rumah teman sebelum pergi ke opera house, icon Sydney sekaligus icon Australia.  Bukan ke gedung unik itu tujuanku, melainkan ke salah satu café area terbuka pinggir dermaga.  Aku sudah ditunggu oleh teman-teman yang sangat antusias menunggu kedatanganku. Acara di kota tersibuk di Aussy ini lebih banyak diisi dengan hang-out dan hang-out doang.  Mungkin teman-teman sudah hafal dengan jadwal kunjunganku yang selalu terbatas, makanya mereka tidak pernah membiarkan aku mengunjungi tempat-tempat wisata di kota terbesar Aussy ini.  Pokoknya harus ada our time, biar semua happy katanya.




Puncak tebing di kawasan Gap Park
Opera house, icon Australia
Jalan kaki ke opera house
Icon Aussy dilihat dari Mrs.Macquaries's chair

Mengakhiri perjalananku di Aussy adalah mengunjungi Melbourne.  Ya, aku harus ke Melbourne.  Kalau tidak datang ke kota ini, alamat aku ga usah pergi ke Australia.  Bisa dibilang wajib lah.  Jetstar Airways membawaku tiba di Bandara Tullamarine Melbourne Victoria.  Melbourne memang sangat terkenal bagi masyarakat Indonesia khususnya para mahasiswa yang ingin melanjutkan ilmunya disana.  Disamping sebagai kota yang ramah dengan para pencari ilmu, di kota ini juga kita bisa temui trem, moda transportasi tengah kota yang sangat pupuler di masa kolonial Belanda di Indonesia.  Tidak hanya itu, Melbourne juga memiliki tempat-tempat wisata yang harus dikunjungi seperti Fitzroy garden dan Captain Cook’s cottage, si penemu New Zealand dan Great Barrier Reef di Australia.  Atau kita dapat mengunjungi Victoria market untuk mencari produk-produk Aussy dengan harga miring.  Oiya, ada tempat yang menarik, unik dan bersejarah yang perlu aku kunjungi di Melbourne meskipun berada jauh dari kota, yaitu Ballarat.  Disinilah kita bisa tahu perkampungan jaman dulu bak tinggal di film-film cowboy, kita bisa melihat toko, bank, salon, pedati dan penjaga toko dengan pakaian tempo dulu.  Tapi yang menjadi central atraksi adalah tambang emas yang dibangun pada tahun 1861, sepuluh tahun setelah pertama kali ditemukannya emas disana. (Ssstt......bagi yang suka judi, di tengah kota Melbourne ada casino yang lumayan besar)

 
Bandara Melbourne-1
 
Bandara Melbourne-2

Bandara Melbourne-3

Bandara Melbourne-4


Hunting produk murah di Queen Victoria market
Kotak surat unik
Tambang emas Ballarat-1

Tambang emas Ballarat-2

Tambang emas Ballarat-3

Tambang emas Ballarat-4
Tambang emas Ballarat-5

Usai pertunjukan cara mencetak emas murni
James Cook's House


Satu lagi, meskipun kali ini tidak masuk agenda, bagi siapa pun yang datang ke Melbourne, tidak ada salahnya mengunjungi gedung tertinggi kedua di Australia yaitu, Eureka Skydeck tower.  Dari sini kita dapat melihat semua penjuru kota Melbourne. 
Kota Melbourne dilihat dari Eureka Skydeck

Kota Melbourne-2

Kota Melbourne-3
Kota Melbourne-4
Sungguh menggembirakan hati bisa menikmati jalan-jalan di Australia.  Meskipun dengan waktu yang sangat terbatas, sekali lagi selama ada kemauan dan kemampuan, semua keinginan kita bisa terwujud. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar