Mungkin karena terlalu banyak restaurant khas makanan Sunda di Jakarta,
sehingga aku tidak terlalu antusias mampir ke restaurant khas Sunda bila sedang
bepergian ke Bandung. Bukannya bosan,
tetapi hanya sekadar ingin variasi saja dan tidak ingin melewatkan kesempatan
menikmati sesuatu yang unik di Bandung.
Maklum kota yang satu ini tidak pernah berhenti berkreasi, selalu saja
ada yang baru. Kalau tidak cara
penyajiannya yang tidak biasa, terkadang bentuk makanannya yang berbeda. Sekarang pun mulai muncul berbagai macam
produk makanan buat oleh-oleh yang notabene bukan makanan khas Bandung tetapi
lumayan bagus mendapat respon pasar karena produk ini dimiliki dan dipopulerkan
oleh artis-artis lokal. Aku termasuk
salah satu pasar mereka, namun sayangnya, aku bukan pengagum berat mereka dan
makanan yang dipasarkan pun menurutku biasa-biasa saja.
|
Tampilan depan Huize Satee |
|
Daftar menu pilihan diluar dessert |
Sebenarnya ada tempat yang kerap aku kunjungi di Bandung dan semuanya
punya style yang sama. Dutch food atau
makanan khas nonik dan sinyo Belanda. Tidak
perlu dijelaskan kenapa aku suka banget makanan mereka. Yang pasti di Bandung yang masih merawat
bangunan-bangunan kuno era kolonial, punya beberapa tempat yang layak aku
kunjungi, salah satunya Huize Satee.
|
Lantai dasar |
|
Cukup menampung 50 orang |
|
Lantai 2 dengan kapasitas yang sama dengan lantai dasar |
Restaurant ini masih berusia muda dan ternyata dimiliki oleh sepasangan
anak muda juga. Mereka asli orang Sunda
atau berdarah Sunda, tetapi si pria sebenarnya blesteran Sunda-Belanda. Bahkan kalau dilihat, dia lebih ‘bule’
daripada berwajah Indonesia. Ide bisnis
kuliner ini berasal dari dia yang sebenarnya belum punya pengalaman di bidang
ini. Hanya passion yang sangat besar dan
kecerdikan dia membaca pasar, sehingga dia memberanikan diri membuka restaurant
perpaduan Indonesia-Belanda di jalan Lengkong Kecil ini.
|
Bule-bule pun suka |
|
Warga lokal menyukai makanan di Huize |
Karena sadar betul akan kekuatan dan perilaku pasar, Huize Satee tidak
berani memasang tarif mahal. Ternyata
strategi mereka berhasil. Pasar merespon
dengan baik. Masyarakat Bandung mulai
mengenal Huize Satee dan beberapa turis asing khususnya yang berasal dari
Belanda pun tertarik untuk mencoba menu yang ditawarkan Huize. Menu paling popular dan banyak dipilih oleh
konsumen bervariasi. Bila warga lokal,
mereka menyukai sate taichan yang pedas dan gulai sate kambing. Sedangkan turis asing, mereka lebih cenderung
menyukai sate orisinal dengan saus kacang yang tidak pedas dan sup iga. Tapi kedua konsumen ini menyukai menu yang
sama untuk dessert yaitu Dutch Choco Cake.
Cobain saja, pasti suka!
|
Daftar harga yang super murah |
|
Bersih, lezat, dan sehat |
|
Sate ayam keju yang banyak disukai turis asing |
|
Ini dia rajanya, Dutch Choco Cake |
So, sekarang aku sudah punya tempat tujuan baru untuk memuaskan
seleraku. Huize Satee layak masuk daftar
restaurant favoritku. Tempatnya super
nyaman, pelayanannya cepat dan bagus, makanannya enak-enak, porsinya pas dan
harganya tidak bikin kantong memelas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar