|
Bendera Norwegia, dominasi warna merah dan biru |
Bicara tentang Norwegia bisa menghabiskan sekian lembar cerita. Kalau dibuat film, mungkin butuh ratusan episode. Kenapa? Keindahan alamnya sangat luar biasa. Norwegia memang terkenal dengan fjord-fjord dan keindahan alamnya. Fjord merupakan semacam teluk yang berasal dari lelehan gletser atau glaciar yaitu tumpukan es yang sangat tebal dan berat. Sebuah fjord bisa sangat dalam dan sangat panjang. Fjord banyak ditemukan di negara Scandinavia dan di Amerika Utara, terutama Alaska dan Kanada. Tapi bagi Norwegia, fjord adalah daya tarik utama turis berkunjung ke negara ini. Ada 2 fjord besar di Norwegia, yang pertama dan diakui oleh UNESCO sebagai world heritage site, Sognefjord yang mempunyai panjang 203 km dan dikelilingi oleh alam liar dan air terjun-air terjun di sepanjang bukit. Yang kedua, Hardangerfjord dengan panjang 179 km yang juga memiliki alam indah, namun masih kalah dengan Sognefjord. Inilah 2 bagian cerita perjalananku ke negeri asal para Viking yang siap kubagi dengan kalian.
|
Perjalanan ke Flam Norwegia yang menyenangkan |
|
Penuh pemandangan indah |
|
Bersih, tertata rapi, segar dan super sejuk |
|
Lihat danau itu, seperti cermin |
|
So beautiful................!! |
Memasuki suatu negara melalui jalur udara sudah biasa, pakai jalur laut dengan kapal pesiar sudah pernah, pakai kereta api juga sudah pernah, nah ini sebenarnya sudah pernah aku lakukan yaitu melalui jalur darat dengan mobil, tapi ini sedikit berbeda karena jarak tempuhnya yang sangat jauh. Tidak seperti waktu aku keliling ke beberapa negara di Eropa barat yang jarak tempuhnya lumayan dekat di setiap negara. Kali ini aku memasuki negara Norwegia dari Swedia. Butuh perjalanan sekitar 7 jam untuk memasuki Norwegia. Kota perbatasan yang kutuju adalah Hamar. Tiba di kota kecil itu jam sudah menunjukkan pukul 6 sore, so aku memutuskan bermalam dulu di hotel Scandic Hamar yang berlokasi di jalan Vangsvegen 121. Hotel ini bergaya minimalis mulai dari lobby, kamar tidur sampai restaurant buat sarapan. Fasilitas di kamar tidur tidak ada minibar dan air mineral. Kamar mandi juga hanya sabun cair yang bisa untuk mandi dan keramas. Kalau pengin teh atau kopi atau air mineral, kita bisa ambil sendiri di restaurant, tapi itu sebelum jam 10 malam karena setelah itu ruangan ditutup. Fasilitas wifi di kamar ada, namun harus login dengan memasukan nama lengkap, nama negara dan nomor handphone. Meski lumayan ribet untungnya kecepatannya oke banget.
|
Hotel Scandic Hamar di Perbatasan Swedia-Norwegia |
|
Jumlah kamar banyak dengan view menghadap taman |
|
Kamar lumayan luas |
|
Semua bergaya twin bed, tapi bisa disatukan |
|
Meja kerja lumayan luas meski ga ada mini bar, tapi ada pemanas ruangan |
|
Kamar mandi-1 |
|
Kamar mandi-2 |
|
Setrika dan mejanya tersedia |
|
Lemari pakaian yang minimalis |
Dari Harmar aku pagi-pagi banget segera menuju ke Flam karena aku sudah tidak sabar lagi untuk mengetahui dan membuktikan kisah menarik tentang fjord di Norwegia. Kalau sekadar cerita orang tidak cukup. Melihat dari televisi, national geography, miniseri Viking, juga tidak cukup. Aku harus melihat dengan mata kepala sendiri apa itu fjord. Dan Flam-lah tempat yang tepat untuk ber-cruise ria menelusuri lembah dan teluk dari gletser itu.
|
Kesan pertama begitu indah memasuki Norwegia |
|
Mereka punya domba juga, mengingatkanku New Zealand |
|
Tapi Norwegia punya banyak 'danau cermin' |
Perjalanan menuju Flam menjadi sangat berkesan saat mobil yang aku tumpangi memasuki tunnel di kaki bukit yang sangat panjang. Terowongan Laerdal sepanjang 24,5 km merupakan tunnel terpanjang di Norway. Satu hal yang menakjubkan menelusuri terowongan ini adalah kita dapat melihat fenomena alam di 3 bagian di dalamnya. Terdapat bebatuan yang memancarkan cahaya kebiru-biruan. Kita boleh memperlambat kendaraan bila ingin mengambil gambar fenomena ini, tapi kita dilarang berhenti karena berbahaya bagi kendaraan lainnya. Meskipun penerangan di dalam terowongan sangat baik dan kecepatan kendaraan dibatasi, tapi risiko dieliminir oleh Pemerintah lokal dengan cara melarang kendaraan apapun berhenti di dalam terowongan.
|
Fenomena bagian pertama-1 |
|
Fenomena bagian pertama-2 |
|
Bagian tengah terowongan |
|
Bagian kedua menjelang pintu keluar-1 |
|
Bagian kedua menjelang pintu keluar-2 |
Tiba di Flam, aku segera membeli tiket cruise di gedung mall of Norway, dekat dengan dermaga. Jangan salah paham dulu, namanya memang mall, tapi tidak seperti mall-mall yang ada di Jakarta. Mall of Norway hanya sekadar bangunan berlantai 1 terbuat dari kayu dengan ukuran luas sekitar 200 m2. Konter pembelian tiket cruise ada didalam mall. Dibilang mall karena selain ticket counter, di dalam bangunan ini juga terdapat produk-produk souvenir dari Norwegia. So, sekarang tahu kan kenapa dinamakan mall? Setelah tiket seharga 250 NOK di tangan, aku memutuskan untuk makan siang dulu di Flam. Katanya ada restaurant yang menyediakan makanan khas Norway dan rasanya lezat.
|
Mall of Norway |
|
Tempat pembelian tiket sekaligus informasi buat turis |
|
Counter tiket |
|
Tempat penjulan souvenir dan produk-produk lokal |
|
Suasana di dermaga Flam |
|
Menuju restaurant untuk makan siang |
|
Flam view-1 |
|
Flam view-2 |
|
Flam view-3 |
Lokasi restaurant tempatku makan siang persis di gedung sebelah mall. Tempatnya lumayan fancy, so aku lega banget karena ga ketemu dengan turis-turis China yang berisik dan kurang sopan itu. Maklum, kalau ketemu mereka bawaannya bete melulu. 2 hal itu yang paling ga aku suka dari mereka. Jangan tersinggung, dan bukan rasis, tapi kalau kalian sering jalan-jalan keluar negeri dan mampir ke tempat wisata dan ketemu rombongan dari China, pasti kalian akan setuju dengan pendapatku.
|
Pelayan sedang merapikan meja |
|
Tidak terlalu ramai pengunjung dan tidak ada turis China |
|
Stylist, teh dan kopi tersedia dan ambil sendiri |
|
Sup sebagai makanan pembuka beserta roti dan mentega |
|
Main course dengan 2 potong ayam yang super besar |
|
Makanan penutup |
Sesuai jadwal, aku mengikuti cruise yang berangkat jam 3 siang. Cukup bagiku untuk rileks sebentar di restaurant untuk makan siang dan berbelanja souvenir plus foto-foto dermaga Flam. Di dermaga juga tersedia angkutan kereta api Flambana. Makanya aku naik cruise yang one way bukan pulang pergi karena aku ingin mencoba jalur kereta api balik ke Flam. Katanya di jalur kereta api nanti akan kujumpai berbagai macam keindahan alam.
|
Cruise bersih dan nyaman |
|
Cruise lain yang sedang bersandar di dermaga |
|
Tempat duduk cenderung sepi karena penumpang berkumpul di dek |
Kuakui, fjord di Norway memang luar biasa! Banyak kutemui air terjun di sepanjang bukit, ada yang sekadar satu hilir ada juga yang lumayan deras airnya. Belum lagi perkampungan kecil di samping sungai yang kami lewati, bersih dan unik. Dari cruise kita juga bisa melihat puncak gunung yang masih tertutup salju. Pokoknya ga nyesel 2 jam menelusuri fjord dari Flam sampai Gudvangen.
|
Fjord-1 |
|
Fjord-2 |
|
Fjord-3 |
|
Fjord-4 |
|
Fjord-5 |
|
Fjord-6 |
|
Fjord-7 |
|
Fjord-8 |
|
Fjord-9 |
|
Fjord-10 |
Tiba di dermaga Gudvangen, aku meneruskan perjalanan ke Voss. Pemandangan di Gudvangen tidak kalah indahnya dengan di Flam khususnya di Tvinde kita bisa menemui air terjun di pinggir jalan yang deras airnya.
|
Dermaga Gudvangen |
|
Air terjun di desa Tvinde |
|
Deras dan menakjubkan |
Setelah menempuh perjalanan sekitar 1,5 jam, akhirnya aku tiba di kota kecil Voss. Jam menunjukkan pukul 7 malam. Aku harus bermalam disini karena besok pagi akan menikmati transportasi publik lokal, kereta api dari Voss ke Flam. Kata orang pemandangannya bagus-bagus. So, malam itu kuputuskan menginap di Park Hotel Vossevangen. Setahuku ini hotel satu-satunya yang ada di dekat stasiun kereta api. Kota Voss sepi banget sore itu. Tenang, tidak banyak mobil dan manusia lalu lalang di jalan. Atau mungkin karena ini hari Minggu? Tapi kata resepsionis, memang seperti inilah Voss di malam hari, sepi, tidak banyak keramaian dan rata-rata toko tutup jam 6 sore kecuali bar dan restaurant. Saking sepinya malah terkesan spooky bagiku. Apalagi di seberang hotel terdapat gereja yang dibelakangnya selalu digunakan untuk makam. Udahlah, kalau dipikir-pikir ntar malah ga bisa tidur. Hantu bule ga seseram hantu-hantu Indonesia, paling-paling vampir. Di tv, layar lebar para vampir selalu ditampilkan rapi pakai jas, gaun, cantik-cantik dan ganteng. Coba kalau di Indonesia, bentuknya seram-seram.
|
Gereja dan kuburan ada di persimpangan jalan |
|
Hotel tampak dari depan |
|
Sejam muter-muter jalan kaki, tidak lebih 20 kendaraan lewat |
|
View di belakang hotel, danau dengan jogging track |
|
Sore itu di pinggir danau hanya 5 orang lokal yang kutemui |
|
Bagian belakang hotel |
Suasana hotel memang agak creepy mulai dari lorong setelah resepsionis menuju lift jadul di lantai 1. Beberapa lukisan dan benda-benda seni dipajang di sepanjang ruang lobby. Penerangan remang-remang dan tidak ada satupun orang di lobby. Sesampai di kamar aku merasakan situasi yang berbeda, lebih nyaman dan lumayan oke fasilitasnya.
|
Ranjang yang lumayan besar |
|
Kamar minimalis |
|
Ada pemanas ruangan, tapi tidak ada mini bar |
|
Kamar mandi-1 |
|
Kamar mandi-2 |
|
Kamar mandi-3 |
|
Lemari pakaian, setrika & mejanya |
Menyadari kalau hotel menyeramkan, pihak manajemen menjalankan beberapa strategi jitu untuk meningkatkan pendapatan. Counter souvenir disamping resepsionis tertulis huruf besar diskon sampai dengan 50% kecuali jaket dan magnet pajangan. Belum lagi untuk meredam kegelisahan tamu, pihak hotel menyediakan menu makanan pagi, makan siang dan malam super enak. Kuakui, saat makan malam disini, menunya bervariasi, enak semua, apalagi dessert-nya, itu chocolate muse dan pudingnya lezat banget......
Tidak ada komentar:
Posting Komentar