Setelah sarapan pagi di hotel, aku langsung menuju stasiun kereta api di Voss. Cukup dengan berjalan kaki selama 5 menit sudah nyampe ke stasiun kereta yang saat itu sedang sepi. Mungkin hari itu tidak banyak orang yang bepergian. Mungkin juga karena masih terlalu pagi atau memang mungkin mereka enggan keluar rumah karena suhu saat itu menunjukkan angka 3 derajat! Kalau aku justru harus tetap berangkat bila ingin menikmati pemandangan sepanjang perjalanan ke Flam dan tiba di tujuan tidak terlalu sore. Tepat pukul 8 pagi kereta dengan 5 gerbong besar berangkat dari Voss yang hanya mengangkut sekitar 30 penumpang. Berdasarkan brosur dan information display, keretaku akan mengambil rute ke Myrdal terlebih dahulu. Di intersection ini aku harus turun dan ganti kereta api yang direct ke Flam. Hawa dingin masih menyengat tubuhku. Sekilas kulihat di brosur rute kereta bahwa posisiku sekarang berada di daerah dengan ketinggian 960 meter diatas permukaan laut, makanya suhu di Voss sangat dingin pagi itu meskipun sedang musim panas. Perjalanan dari Voss ke Myrdal berarti aku akan menuruni lembah dan berharap suhu semakin hangat.
|
Voss masih sepi |
|
Kereta api yang stand by di stasiun |
|
Stasiun kereta api Voss |
|
Kabut menyelimuti pagi itu |
|
Di dalam kereta yang super hangat |
40 menit kemudian aku tiba di stasiun Myrdal yang berada pada titik elevasi 866 meter Mean Sea Level atau diatas permukaan laut. Ternyata harapanku tidak kesampaian. Suhu justru makin dingin, minus 1 derajat! Gila, pikirku, musim panas seperti ini suhunya ekstrim dibawah nol, gimana di musim dingin? Apalagi angin berhembus sangat kencang menyambut langkahku keluar dari kereta menuju peron. Kulihat dari kejauhan ada pemandangan yang indah di atas gerbong kereta api yang sedang memasuki Myrdal. Bukit-bukit tertutupi salju. Para turis termasuk aku berebut mengabadikan panorama yang indah itu dan mengabaikan sejenak hawa dingin yang menyengat tubuh.
|
Salju menutupi puncak bukit |
|
Suhu super dingin karena angin berhembus kencang |
|
Information display di dalam peron |
|
Stasiun Myrdal, toiletnya lumayan bersih dan gratis |
|
Sepi karena penumpang berada di dalam peron semua |
Sepanjang perjalanan dari Myrdal ke Flam inilah semua penumpang kereta disuguhi pemandangan yang mempesona. Kereta api yang aku naikin tidak hanya sebagai transportasi biasa, melainkan menjadi kereta wisata karena tidak ada henti-hentinya informasi lewat automatic announcement menceritakan sejarah dan kondisi spot-spot menarik yang dilewati kereta. Sayangnya, informasi itu disampaikan hanya dalam 3 bahasa, bahasa Norway, Inggris dan Jepang. Bisa jadi saat itu memang sedang banyak-banyaknya turis dari Jepang.
|
Kereta wisata Flambana |
|
Interior kereta wisata Flambana |
|
Siap meninggalkan Myrdal menuju Flam |
|
Air terjun di Kjosfossen, ketinggian 669 MSL |
Kereta berhenti selama 5 menit di Kjosfossen untuk mempersilakan para penumpang turun sebentar dan mengambil gambar di depan air terjun yang menarik untuk dijadikan back ground foto karena posisinya sangat dekat dengan rel kereta. Berikutnya penumpang melintasi bike track atau jalur sepeda yang sangat menantang di Kardal karena kemiringan track-nya yang 45 derajat dan diapit oleh 2 air terjun disetiap sisinya. Lalu melewati desa tua dibawah lembah dan beberapa pemandangan alam yang tidak kalah indahnya.
|
Menuju Flam-1 |
|
Menuju Flam-2 |
|
Menuju Flam-3 |
|
Menuju Flam-4 |
|
Menuju Flam-5 |
|
Menuju Flam-6 |
Setiba di Flam, karena jam sudah memasuki jadwal makan siang, aku mencoba makanan lokal sekali lagi di kota kecil ini. Tapi sekarang tempatnya bukan di dermaga, melainkan di sebuah restaurant di dalam hotel Fretheim yang berlokasi di belakang museum kereta api. Restaurant ini berada di lantai 2 menempati area yang cukup luas. Design interior memberikan kesan cozy dan berkelas.
|
Fretheim hotel tempatku makan siang |
|
Area dining di bagian kanan depan |
|
Bagian dalam berfungsi sebagai bar |
|
Tata ruang yang classy |
|
Ruang makan bagian kiri |
|
Elegan |
|
Wine corner |
|
Hotel ini didominasi kayu tapi dipadukan dengan modern |
Impresi pertama masuk sudah menyakinkan, so aku semakin yakin kalau menu yang ditawarkan pasti enak. Seperti biasa ala western, roti dan mentega menjadi sajian pembuka, diikuti dengan sup tomat segar yang bikin mata melek dan pikiran terang. Main course di restaurant ini dan menjadi menu andalan adalah smoked salmon yang lembut dan lezat dagingnya. Terakhir, mereka menyajikan chocolate brownies dengan topping milk cream yang super laziz, pas sebagai menu penutup. Oiya, white wine tidak ketinggalan untuk melengkapi suasana. Semua hidangan porsinya pas untukku. Fully recommended untuk restaurant ini karena selain makanannya yang enak, pelayannya ramah, sehingga kita dibikin betah dan berselera makannya.
|
Table manner |
|
Sup tomat sebagai pembuka |
|
Main course |
|
Makanan penutup |
Selesai makan siang, aku masuk ke museum kereta api dan mencoba mengabadikan semua tempat-tempat menarik di dermaga Flam yang belum sempat aku datangi pada kunjungan pertama. Jangan sampai ada yang ketinggalan karena siang itu aku harus menuju Bergen, kota terbesar kedua di Norwegia.
|
Museum kereta api fasad depan |
|
Museum tampak samping |
|
Yang antik menjadi pajangan |
Sekitar jam 4 sore aku tiba di Bergen, kota tua yang dulu menjadi dermaga utama kaum Viking. Mumpung masih terang matahari di sore itu, aku menyempatkan diri menaiki Floybanen funicular, cable car yang membawaku menuju puncak Floyen. Meskipun tingkat kemiringan cable car ini hampir 90 derajat dan lumayan mengerikan bagi yang takut ketinggian, tapi keselamatan menjadi prioritas, bahkan untuk orang cacat pun disediakan khusus jalur masuk ke wahana ini berikut tempat untuk kursi rodanya.
|
Peron masuk, cek tiket |
|
Map puncak Floyen |
|
Tiket pp Floyen |
|
Inilah transportasi Floyen |
Di
puncak ini kita bisa melihat pemandangan kota Bergen dan disini juga
kita dapat berpose di depan bangunan tua, gereja St.Mary dan restaurant
rakyat Floyen.
|
Menjadi salah satu tempat idola di Bergen |
|
Tidak pernah sepi pengunjung |
|
Kota Bergen dilihat dari puncak Floyen-1 |
|
Kota Bergen dilihat dari puncak Floyen-2 |
|
Bagi yang suka hiking dan jogging tersedia track |
|
Playground dengan 'Troll' maskot Norway |
|
Restaurant |
|
Stasiun Floyen |
Keindahan kota Bergen terlihat jelas di depan mataku. Aku tertegun dengan gedung-gedung tua yang didirikan pada tahun 1400 sampai dengan 1800 masih terawat keasliannya. Tidak mengherankan kalau UNESCO menetapkan kota Bergen sebagai situs warisan dunia. Kita cukup berjalan kaki bila ingin menikmati dan memotret keindahan kota ini. Untungnya selama aku tinggal di Bergen, cuaca sangat mendukung, terang, cerah dan tidak berangin kencang, padahal kota ini dikenal juga kota hujan karena curah hujan atau frekuensi curah hujannya lumayan tinggi.
|
Bergen-1 |
|
Bergen-2 |
|
Bergen-3 |
|
Bergen-4 |
|
Bergen-5 |
|
Bergen-6 |
Hampir setiap sudut kota menarik perhatianku. Bangunan-bangunan yang sudah ratusan tahun usianya terawat dengan baik. Kota yang bersih dan masyarakat yang sadar lingkungan menjadi nilai tambah bagi Bergen. Jangankan turis asing, turis lokal pun kerap menyambangi kota ini. Bila di musim panas dan bersuhu tinggi, dermaga kota ini akan dipenuhi orang-orang berjemur ria atau mandi di laut.
|
Gereja tua di tengah kota |
|
Kota dermaga-1 |
|
Kota dermaga-2 |
|
Kota dermaga-3 |
|
Kota dermaga-4 |
|
Kota dermaga-5 |
|
Kota dermaga-6 |
|
Kota dermaga-7 |
|
Populasi rendah, namun daya beli tinggi |
|
Bila yang kangen nasi, silakan mampir kesini |
Selain hunting tempat-tempat menarik, aku lampiaskan juga hasrat kulinerku. Sasaran pertama sudah pasti makanan lokal yang terkenal dengan ikan kod-nya. Ada dua tempat yang menyajikan menu ikan kod. Yang pertama yang fancy modern dan harus booking dulu, cafe 1877 dan satu lagi yang fancy super jadul dan punya tempat lebih banyak plus tidak perlu booking, Unicorn. Bernama Unicorn sebagai check point karena di bagian atas gedung dipasang kepala kuda unicorn. Kalau restaurant yang pertama gampang nyarinya karena nama dan gedungnya jelas. Tapi kalau yang kedua agak sulit karena dia ada di lantai dua deretan bangunan tua yang warna warni di depan dermaga. Udah gitu, pintu masuknya dari arah samping gedung, sempit lagi. Jangan salah masuk, karena di lantai bawah terkesan mirip cafe, tapi kalau dicium dari baunya kita bisa langsung tebak kalau itu bar. Kalau orang bule mungkin udah biasa dengan bau itu, tapi kalau orang kita kebanyakan mengatakan seperti bau kandang babi he....he.....
|
Fasad depan Cafe 1877 |
|
Restaurant Unicorn yang menempati bangunan tua berumur 200 tahun |
|
Menu ikan kod |
|
Menu ikan halibut |
Aku bermalam di hotel Thon di jalan Rosenkrantzgate 7. Dari meja resepsionis sudah terlihat keramahan petugas hotel. Mereka dengan senang hati membantu kita mengenal dan menelusuri kota Bergen. Disamping memberikan peta kota yang tersedia di meja, si resepsionis juga membantuku untuk booking atau memastikan tempat duduk di restaurant yang aku tuju. Wow, luar biasa pelayanannya. Mereka tahu Indonesia lho dan ga nyangka melihat orang Indonesia nyampe ke Bergen karena mereka berfikiran jarak dari Indonesia ke Norway sangat jauh, pasti membutuhkan effort dan biaya yang sangat besar.
|
Sienna, resepsionis yang super ramah dan baik hati |
Fasilitas di kamar hotel Thon sangat bagus dan super lengkap layaknya hotel-hotel berbintang di Jakarta. Ada kimono sepasang plus sandal. Kamar tidur luas dengan minibar dan meja kerja. Lemari pakaian, seterika dan payung tersedia. Masih ingat kenapa payung? Karena Bergen kota hujan, jadi payung menjadi barang penting disana. Meskipun ada minibar dengan ketel pemasak air, kalau kita malas masak air, kita juga bisa mengambil teh, kopi atau coklat hangat di minibar lobby gratis. Wifi juga gratis, ga ribet pake password dan super kencang. Kamar mandi lumayan lengkap peralatannya. Sarapan pagi di restaurant samping lobby dengan menu bervariasi. Croissant dan pancake-nya hmm.....enak! Pokoknya, hotel ini rekomended lah.
|
Ranjang yang standar ukurannya di hotel-hotel Norwegia |
|
Mini sofa di sudut kamar |
|
Meja kerja |
|
Lemari pakaian dan mini bar |
|
Cermin besar dekat pintu kamar |
|
Kamar mandi |
|
Peralatan mandi lumayan lengkap |
Bergen telah memikat hatiku. Suatu saat kalau diberi kesempatan oleh Yang Maha Kuasa, rasanya pengin kembali kesana. Semoga.
|
Senja hari di dermaga Bergen |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar